
Bab 4. Permintaan Maaf Zain
[Hai]
[Ini Raka yang tadi ketemu.]
[Aku nyoba stalking dan akhirnya ketemu juga akunmu.]
Kayla berdecih membaca deretan notifikasi pesan di akun instagram-nya pagi-pagi. Siapa yang menyangka kalau cowok seperti Raka bakalan stalking seperti kebanyakan cewek. Dengan sedikit rasa penasaran Kayla membuka halaman akun instagram milik Raka. Mata cokelat hangatnya langsung disuguhkan dengan sepuluh foto yang di-upload Raka dalam rentang waktu dua tahun.
"Mayan juga sih sebenarnya," aku Kayla ketika melihat foto Raka yang tersenyum dengan pakaian olahraga. "Tapi narsis," komennya.
Jempol cantik Kayla kembali menggulir layar ke bawah, tak ada komentar lagi dari bibirnya sampai ia melihat foto Raka dengan wanita yang ia lihat kemarin. Tentu ada anak kecil di antara mereka berdua yang sedang duduk di bibir pantai.
Kayla menghela napas pendek kali ini kemudian menutup aplikasi instagram tanpa membalas atau mmembuka pesan dari Raka.
"Dasar! Sudah punya istri masih aja genit."
"Siapa?" sahut Dewi yang baru saja keluar dari kamar mandi. Kayla yang tadinya rebahan di ranjang bangkit dan menaruh ponselnya di atas nakas. Ia mengambil handuk di atas sofa lalu masuk ke dalam kamar mandi.
"Ih, siapa dulu?"
Dewi menghentikan langkah Kayla yang sudah di ambang pintu kamar mandi dengan mencekal tangannya. Ia paling tidak suka saat Kayla mengabaikan pertanyaannya seperti ini karena bakalan membuat dia semakin penasaran nantinya. "Cowok yang kemarin, ya? Kamu suka dia? Baru aja gagal nikah sama Zain, La, masak sudah suka cowok lagi?"
Deretan kalimat Dewi berhasil membuat Kayla bertambah kesal pagi ini. Kayla tahu Dewi sudah menjadi teman dekatnya selama bertahun-tahun tapi tetap saja Kayla terkadang tidak bisa tahan dengan celotehannya yang tanpa filter.
"Ya kalau emang suka sama cowok lain emang kenapa? Kamu berharapnya aku nggak bakalan bisa move on gitu?"
Dewi memajukan bibirnya beberapa senti, kesal karena perkataan menohok Kayla dan tangannya yang ditepis.
"Nggak usah lanjut lagi mainnya, kita balik ke Surabaya aja habis kita sarapan," kata Kayla lagi dari dalam kamar mandi. Hilang sudah mood-nya untuk menenangkan diri di Batu. Mungkin lain kali dia berangkat sendiri saja dari pada pergi dengan Dewi.
Nggak ada tenang-tenangnya sama sekali.
***
Zain mengetukkan jarinya tak tenang di atas setir mobil Pajero Sport-nya. Ini sudah hari ketiga dia setiap pagi berada di depan kompleks perumahan tempat Kayla tinggal bersama orang tuanya. Rasanya masih seperti mimpi bagi Zain ketika pernikahannya benar-benar dibatalkan. Ia pusing sampai hampir gila karena setiap hari kena amukan orang tua dan juga mendapat pesan dari teman-temannya yang bertanya alasan batalnya pernikahan dia dan Kayla.
Apalagi Sheila yang selama ini selalu muncul di depannya sampai membuat ia berpaling dari Kayla menghilang begitu saja seperti di telan bumi. Pesan dan telepon yang ia kirim tak pernah mendapat jawaban. Membuat Zain berkali-kali lipat menyesal karena sudah sempat tergoda dengan Sheila.
Zain meninju pelan setir mobil, kesal luar biasa karena sampai hari ini dia masih belum bisa menemui Kayla.
"Kayla nggak kelihatan di butik, apartemen Dewi juga malah kosong. Kemungkinan besar dia ada di rumahnya tapi kok nggak kelihatan keluar kompleks mobilnya?" gerutu Zain sebal. Tiba-tiba satu pikiran muncul di benaknya. "Wait, jangan bilang dia malah lagi galau di kamar ditemani Dewi."
Zain menepuk pelan dahinya. Kenapa baru kepikiran hal itu sekarang?
"Pantesan aja Kayla nggak kelihatan di mana-mana, pasti lagu galauin pernikahan yang batal tuh. Yakin aku."
Senyum yang menghilang dari wajah Zain selama beberapa hari ini muncul. Hatinya senang karena kemungkinan bukan hanya dirinya saja yang kacau. Wajar saja bagi Zain, hubungan mereka sudah berjalan dua tahun dan pernikahan sudah disiapkan sejak lama. Sudah pasti Kayla sedih luar biasa sampai kehilangan tenaga untuk melakukan apapun.
Namun, garis senyum di wajah Zain menghilang ketika dia melihat mobil mini cooper hijau favorit Kayla di depan sana, hendak menyeberang dan masuk ke dalam komplek perumahan. Zain menggigit bibirnya. Kayla tidak sedang galau atau bahkan menangis meraung-raung di dalam kamar seperti bayangannya.
Kayla hanya keluar rumah dengan santai tanpa sepengetahuannya.
"Fuck!"
Zain keluar dari mobil, berdiri di tengah jalan dengan merentangkan tangan. IA mengabaikan seruan security yang menyuruhnya pergi tapi Zain menggelengkan kepalanya, tanda bahwa dia menolak. Dia harus bicara dengan Kayla sekarang atau pernikahannya benar-benar batal.
Mini cooper yang dikendarai Kayla berhenti di depan Zain. Wanita yang ada di dalam mobil menghela napas pendek, hancur lebur sudah kesabarannya hari ini. Baru saja terbebas dari rasa kesal karena melihat wajah Dewi, sekarang muncul Zain si tukang selingkuh.
Kayla membuka pintu mobil dan keluar, ia berdiri dengan wajah yang sudah terlihat tak bersahabat. Kayla tampak stay cool dengan satu tangan menyentuh pintu mobil sedangkan yang lain menekuk menyentuh pinggang. "Nggak usah malu-maluin lah, yang selingkuh siapa yang sekarang kelihatan kayak pengemis siapa."
Zain tersinggung tapi saat ini bukan saatnya dia untuk keras kepala. Kata-kata yang harus keluar dari mulutnya adalah permintaan maaf agar Kayla mau kembali.
Zain mendekati Kayla dan berusaha memeluk, tapi Kayla dengan cekatan mendorong Zain menjauh.
"Kayla, maafin aku, ya? Aku khilaf."
"Khilaf gundulmu, hah?" sentak Kayla. Sudah tak peduli lagi berapa pasang mata yang mencuri pandang ke arahnya dan Zain. Ia sudah terlampau kesal sekarang. "Listen, Zain. I don't care kamu beneran khilaf atau keenakan, tapi intinya aku sudah nggak mau lagi lihat wajah kamu sekarang. Semua orang sudah tahu kalau pernikahan kita batal jadi nggak usah buang-buang waktu buat nemuin aku lagi. Aku wes wegah ndelok raimu (Aku sudah tidak mau melihat wajahmu lagi)."
Pundak Zain langsung melemas mendengar kalimat menusuk dari Kayla. Wanita yang selama ini memperlakukan dirinya dengan lembut sudah berubah. Tidak ada lagi kata-kata yang menyenangkan hati dari Kayla lagi sekarang, semua yang didengar telinganya hanya umpatan. Zain mencekal tangan Kayla sekali lagi. "Beneran kamu nggak mau maafin aku? Kita bisa memulai lagi semuanya daria awal."
"Dan berakhir dengan aku diselingkuhin lagi?" Kayla menarik tangannya dengan kasar. "Jangan mimpi!"
Kayla langsung masuk ke dalam mobil, mengabaikan Zain yang masih meneriaki namanya. Bagi Kayla perselingkuhan sama sekali tidak bisa dimaafkan, bahkan ketika Zain masih tergoda dan belum melakukan apapun saja itu sudah kesalahan besar bagi Kayla.
***
"Dev, kamu nanti tolong ambilkan kain yang sudah saya pesan di tempatnya Pak Eko, ya?"
Setelah mendapat anggukan sopan dari Devi, Kayla memperhatikan karyawan butiknya yang kebanyakan diam hari ini. Padahal biasanya mereka semua terlihat ceria dan sering bercanda. Kayla menipiskan bibir, ini mungkin saja terjadi karena mereka menganggap suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja akibat pernikahan yang batal.
"Kalian kenapa diam saja hari ini? Guyon aja kayak biasanya, nggak apa-apa." Kayla melempar senyum manis pada karyawannya. "Kalau kalian diam saja saya malah sedih."
"Maaf, Bu, kami pikir bakalan mengganggu suasana hati Ibu kalau kami berisik," sahut Devi mewakili.
"Kalau ada pelanggan yang harus dilayani tapi kalian malah bercanda sih saya bakalan marah," ujar Kayla mencoba melempar candaan. Namun, sudut pandangnya menangkap sosok Raka yang membuka pintu butiknya.
Kayla menegakkan tubuh ketika netra cokelat hangatnya bertabrakan dengan mata Raka yang mengerling nakal.
"Hai, Kayla."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro