Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20

Hari-hari berlalu, dan Sakura masih belum juga sadarkan diri. Setiap harinya Sasuke datang ke ruangan Sakura untuk menjaga gadis itu. Hingga tanpa terasa hari ini adalah hari jadi ke seratus mereka.

"Selamat hari jadi yang ke seratus, Sakura." Sasuke meletakkan bunga di atas nakas gadis itu kemudian duduk dan memegang tangannya yang dingin.

"Kau sudah tidur selama itu, apa kau tidak lelah?" Tanya Sasuke lagi.

"Aku selalu datang kemari setiap hari, sampai ibu sering memarahiku karena aku jarang di rumah...hehe" Tawa sumbang mengakhiri kalimat Sasuke. Setelah tawanya selesai hanya keheningan yang menyelimuti ruangan itu.

Sasuke hanya memandangi gadis itu dengan tatapan sedih dan sendu, berpikir apakah Sakura tidak ingin bangun dan menikmati kehidupannya bersamanya? Ataukah Sakura masih menunggu pangeran berkuda putih datang untuk menciumnya? Pikiran Sasuke yang terkhir membuatnya terkekeh sendiri dan dengan cepat membawanya kembali ke kenyataan bahwa disini tidak mungkin ada pangeran berkuda putih.

*

Sore menjelang, dan tepat pukul empat sore setiap harinya, Sasuke akan pergi dari kamar Sakura dan pulang. Membawanya tubuh dan hatinya yang semakin hancur setiap hari karena melihat kemalangan Sakura.

"aku pulang dulu, aku janji besok akan datang lagi..." Sasuke berpamitan pada Sakura yang bahkan tidak merespon apapun. Menatap gadisnya sejenak, kemudian Sasuke membungkuk untuk mencium kening lebar gadisnya. Lama, dan setitik air mata jatuh ke pipi putih gadis itu.

"Sampai jumpa besok, aku mencintaimu.." setelah berkata seperti itu, Sasuke bergegas pergi karena ia melihat Kakashi-asisten Itachi yang sudah menunggunya di depan pintu kamar Sakura.

*

Disini sangat indah, dengan ayunan kecil yang menggantung di pohon Ginko, rumah-rumah kayu yang terasa hangat dengan asap perapian yang mengepul melalui cerobong asap. Sungai kecil yang seolah menjadi parit untuk rumah kayu itu. Tenang, hening dan menyenangkan.

Hal ini membuatku sangat nyaman dan aku tidak ingin pergi kemanapun. Seolah disini adalah memang tempatku. Sakura membatin dangan senyum yang terpatri di wajahnya.

Sakura tidak tahu sudah berapa lama ia meninggalkan semua orang, meninggalkan Sasuke dan tanggungjawabnya di rumah sakit. Satu jam? Satu hari? Satu tahun? Entahlah.

Setiap saatnya Sakura selalu terbangun dengan keadaan air mata yang mengalir deras tanpa disadari, sejak ia disini setiap pagi ketika Sakura terbangun ia selalu seperti itu.

Saat pertama kali Sakura sampai di tempat ini ia sangat terkejut, karena ia melihat banyak foto-fotonya dan Sasuke dipajang disini. Dan foto yang paling membuatnya terkejut adalah fotonya dan Sasuke yang berfoto dengan seorang anak kecil yang... entahlah tapi dia sangat mirip dengan Sasuke. Apa itu adiknya? Atau bahkan putrinya? Tapi itu anak siapa?

Sakura tidak berani membayangkan terlalu jauh, jika memang Sasuke sudah memiliki anak, berarti selama ini dia membohonginya? Kenapa Sakura tiba-tiba merasa saja hancur?

"Aku pulang..."

"Mama... aku pulang.." teriakan dari ruang depan membuat Sakura kembali pada kenyataan dan dengan refleks menyambut mereka.

"Selamat datang kembali..." Sakura memeluk gadis kecil yang ia lihat mirip dengan anak kecil yang ada di foto kemudian ia memeluk Sasuke.

"Kalian sudah kembali?" Tanya Sakura sambil mengambil alih tas kerja dan jas pria itu.

"Iya mama. Aku sangat benci jika Papa datang ke sekolahku, dia pasti akan tebar pesona dengan senior-seniorku." Cibir gadis itu pada Sasuke yang hanya membuat Sasuke mendecih.

"Sarada, Papa tidak tebar pesona. Tapi papa memanh sudah tampan sejak bahkan kakek dan nenekmu belum berencana membuat papa." Jawaban Sasuke sukses membuat Sakura mencubit pinggangnya dengan kuat. Remasan itu membuat Sasuke meringis dan memerah menahan sakit.

"Sayang, itu bukan kalimat yang pantas untuk di dengar Sarada..." Keluh Sakura pada Sasuke yang kini masih memegang perutnya.

"Tapi dia sudah lima belas tahun, Sakura. jadi kurasa tidak masalah jika dia mendengar hal-hal seperti itu." Sasuke membela dirinya.

"Tapi tetap saja, Sasuke..." geram Sakura.

"Papa benar, Ma. Bahkan aku sering mendengar suara-suara aneh dan teriakan mama ketika aku terbangun tengah malam untuk minum." Jawab Sarada santai.

Sarada dan Sasuke kemudian melakukan hi-five dan melangkah masuk ke dalam meninggalkan Sakura yang masih mematung dengan wajahnya yang memerah menahan marah.

*

Hari ini, Sasuke terlambat ke rumah sakit karena ia terlambat bangun. Mikoto, Itachi dan Izumi-kakak ipar Sasuke merasa aneh dengan tingkah Sasuke yang grasak-grusuk mencari Kakashi.

"Kakak, dimana Kakashi?" Tanya Sasuke pada Itachi.

"Dia kan ke London tadi malam, aku menyuruhnya untuk menggantikanku menghadiri konferensi bisnis disana. Kenapa memangnya?" Tanya Itachi yang heran melihat Sasuke yang mencari asistennya.

"Tidak ada. Kalau begitu kau saja yang mengantarku ke rumah sakit." Sasuke meminta-memaksa Itachi dengan seenaknya membuat sulung Uchiha itu menggeram kesal. Izumi yang melihatnya hanya mampu mengelus bahu suaminya dan berkata, "Antar saja Sasuke, Sayang...". sedangkan Mikoto hanya tertawa melihat geraman Itachi.

*

Sasuke sampai di depan pintu kamar rawat Sakura bersama dengan Itachi. Ini hari Minggu, seharusnya ia sedang bersantai bersama Izumi sekarang, bukannya mengantar Sasuke ke rumah sakit. Itachi membatin kesal. Masih dendam dengan perintah seenaknya dari adiknya itu.

"Sas, kenapa disana ramai sekali?" Tanya Itachi yang heran melihat ruangan Sakura penuh dengan tim dokter dan keluarganya.

"Entahlah, apa sebaiknya kita masuk saja?" Saran Sasuke yang diangguki Itachi.

Semua orang menolh melihat Itachi dan Sasuke yang baru saja tiba. Kemudian Sasori menghampiri mereka dan menepuk pelan pundak Sasuke. Sasuke yang tidak mengerti hanya menatap bahunya yang baru saja ditepuk oleh Sasori, seolah mengerti ia memberi jalan pada Sasuke untuk menuju ke ranjang Sakura.

"Kau bisa melihatnya sendiri, Sas..." Jelas Sasori kemudian ia keluar dan diikuti Itachi.

Sasuke melangkah tergesa menuju ranjang Sakura, ia membelah kerumunan dokter dan keluarga Sakura untuk melihat keadaan Sakura. apa yang terjadi dengan gadisnya? Kenapa ayah dan ibu Sakura menangis?

Sasuke terpaku melihat keadaan Sakura, tubuhnya sudah memucat dan mendingin dan juga alat-alat medis yang menempel di tubuhnya sudah terlepas. Apa yang terjadi dengan Sakura? Batinnya bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Ia menepis semua pikiran-pikiran buruk yang terus beterbangan di kepalanya.

"Bibi, apa yang terjadi dengan Sakura? dia baik-baik saja 'kan?" Sasuke mengguncang tubuh ringkih Mebuki yang kini sedang menangis tergugu.

"Sasori, Kenapa dengan Sakura?" TAnya Sasuke lagi pada Sasori.

Sasori tidak menjawab dan menyeret Sasuke keluar ruangan itu. Setelah berada di luar ruangan itu, Sasori melepaskan tangan Sasuke dan dia menarik napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Sasuke, "Kuharap kau kuat, Sasuke..." Sasori mengawali perkataannya dengan meminta Sasuke kuat.

"Semalam dia terkena serangan jantung. dan dia tidak tertolong karena saat itu dia tidak ada yang menjaga." Sasori melanjutkan kalimatnya,

"Kuharap kau bisa merelakan adikku, kurasa dia lebih baik pergi daripada ia terus menerus sakit seperti ini." Sasori mengakhiri kalimatnya dengan tepukan di bahu Sasuke, setelah itu tubuhnya merosot ke lantai, tidak mampu menahan beban kesedihannya. Karena kehilangan Sakura.

*

HARUNO SAKURA

Pemakaman sudah selesai sejak dua jam yang lalu, tapi Sasuke masih berada di pusara basah kekasihnya. Sakuranya,

"Kenapa kau pergi secepat ini?" Tanya Sasuke sambil menatap batu nisan yang bertuliskan nama dari dokter berbakat itu.

Kakashi yang melihat Sasuke yang sangat mengenaskan itu ikut merasa sedih karena ia tahu seberapa pria itu mencintai Sakura.

"Tuan Sasuke, lebih baik kita pulang sekarang. sebentar lagi akan turun hujan dan anda tidak boleh sampai sakit, Tuan." Bujuk Kakashi sejak dua jam lalu yang hanya dianggap angin lalu oleh Sasuke.

"Tuan Sasuke anda har--" Sasuke tiba-tiba beranjak dan membuat Kakashi terkejut dan menghentikan kalimatnya. Ia sedikit kesal dengan tingkah tiba-tiba Sasuke.

Sasuke kembali ke dalam mobil dan kemudian di kursi kemudi di depannya ia melihat Kakashi yang sudah mulai bersiap.

"Kita ke apartemen Sakura sekarang." Perintah Sasuke telak yang membuat Kakashi mengangguk patuh dan bergegas pergi.

*
CHAPTER ENDING DI PRIVAT KHUSUS FOLLOWERS

*

Haloha chapter depan ending dan sepertinya last chapter bakalan aku Private. Jadi mohon pengertiannya. wkwk

Oh ya bagaimana sama chap ini? btw Sakura aku matiin wkwkw

stay Voment. :*

Dari Eni, Gebetannya Suga

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro