Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

:: siapapun ::

"Namanya Kim Taehyung. Tinggi dan tampan. Tidak bisa dibilang pintar, lagipula ia sering membolos kelas."

Laki-laki bersurai oranye yang biasa disebut Jimin mengeluarkan suaranya lagi. Gadis di hadapannya hanya memutar bola matanya jengkel.

"Namanya Park Jimin. Pendek dan berambut oranye. Tidak bisa dibilang pintar, lagipula ia sering menyalin semua tugasku." Gadis di hadapan Jimin kini menatapnya jahil. Setelah menyelesaikan kalimat balasannya itu ia mulai terkekeh pelan.

Jimin menjatuhkan kepalanya di atas meja, memerhatikan gadis itu yang tengah tertawa. Dia manis, seperti malaikat.

"Namanya Yoo Cheonsa. Tubuhnya kecil sekali. Sangat pintar, sang juara sekolah. Cheonsa manis, seperti malaikat dan seperti namanya." Jimin bersuara begitu halus dan pelan. Gadis itu, Cheonsa, dapat mendengarnya dengan jelas. Tangan kecilnya memainkan rambut-rambut Jimin yang berwarna tak wajar itu.

"Aku memang manis." Cheonsa tertawa lagi. Tawa yang selalu membuat hati Jimin berdegup seribu kali lipat tak normal.

"Ya, kau memang manis Cheonsa. Kalau kau adalah gula, aku akan jadi semutnya." Kini Jimin terkekeh. Kepalanya masih ia biarkan bersandar di atas meja. Alasannya sudah jelas karena ia tidak ingin merusak momen ketika Cheonsa memainkan rambutnya. Mereka terlihat seperti pasangan, kan? Jimin berharap ada yang memandangnya seperti itu.

Sangat berharap.

Sangat berharap sampai seseorang merusaknya.

"Tunggu Jimin, kau bilang tubuhku kecil. Lalu kau apa? Kutu air?"

Dan itu adalah Cheonsa.

Gadis itu berhenti memainkan rambutku dan malah memukul kepalaku dengan buku yang ada di atas meja. Bersyukur karena buku itu tipis.

"Aish, kau lebih kecil dariku Yoo Cheonsa." Aku memutar bola mataku malas. Kenapa gadis yang kusukai selalu menyebutku pendek?

"Hahaha Park Jimin juga kecil. Lihat kelingkingmu, kalau dilihat-lihat sepertinya itu hanya setengah bagian milik Taehyung!" Cheonsa tertawa lagi, kali ini ia terlihat lebih cerah. Padahal sebelumnya Cheonsa terus menggerutu karena kejadian di ruang kesehatan kemarin. Yah intinya hanya Cheonsa malu untuk bertemu lagi dengan Taehyung tapi menurut gadis itu ia harus mengutarakan perasaannya. Rutinitas yang dijalankannya belakangan ini. Uh aku juga ingin menjadi Taehyung, menyebalkan.

Selalu ketika ia mengingat Taehyung, Cheonsa tersenyum, tertawa, menangis, menggerutu, atau bersemu merah. Efek Taehyung pada Cheonsa benar-benar tak dapat kuduga.

"Yoo Cheonsa kelingkingmu juga lebih kecil dariku."

"Itu mustahil Park Jimin, jangan mengada-ada."

Cheonsa terus mengatakan kalau aku lebih kecil darinya. Sudah jelas kalau ia lebih kecil dariku, tapi itu memang kebiasaannya. Ia suka menggangguku. Mungkin itu alasan kami dekat. Tidak tidak, seorang Yoo Cheonsa memang mudah bergaul dengan siapapun, Cheonsa disukai siapapun. Jangan heran jika ia banyak dikelilingi orang. Bukan karena untuk memanfaatkan otaknya yang kelewat pintar, tapi Cheonsa memang menyenangkan.

Dan aku adalah manusia paling beruntung di dunia karena bisa dekat sejauh ini dengan Cheonsa. Kata mereka begitu. Ah mereka belum tahu rasanya menjadiku.

"Bisakah kalia berhenti berbicara menggunakan nama panjang seperti itu? Kalian aneh."

Lagi? Gangguan macam apa lagi kali ini?

"Min Yoongi kenapa kau di sini?" Cheonsa menganga lebar ketika melihat Yoongi, atau lebih tepatnya perwalian dirinya berada di sekolah. Di dalam perpustakaan, bersama dua bocah termasuk aku. Orang itu seperti pengganti Ayah bagi Cheonsa. Yoongi hadir ketika Cheonsa kehilangan orang-orang tersayangnya.

"Cheonsa bisakah kau memanggilku dengan sebutan oppa? Dan jangan sebut namaku seperti itu." Yoongi memasukkan tangannya ke dalam saku mantelnya. Kacamata bertengger di hidungnya dan membuatnya terlihat lebih tua. Orang tidak akan ada yang tahu kalau Yoongi adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang tengah disibukkan dengan seorang gadis di hadapannya saat ini.

"Min Yoongi kenapa kau di sini?" Aku mengulang pertanyaan Cheonsa. Aku benar-benar penasaran kenapa ia ada disini. Dan bisa masuk ke dalam perpustakaan dengan seenaknya.

"Jimin kau ingin mati?"

Aku terdiam dan Cheonsa tertawa puas. Yoongi hyung mendorong tubuhku sehingga aku bergeser dan ia langsung memeriksa kaki Cheonsa. Ah iya aku hampir lupa dengan keadaan kakinya. Itu memang alasan Yoongi ke sini. Ya Tuhan kenapa aku bertanya dan menjawab sendiri?

"Oh, tadi Cheonsa terjatuh." Aku menjelaskan. Menunjukkan seragam Cheonsa yang basah dan bau dalam kantung yang ada di atas meja. Yoongi hyung mengangguk dan menyuruh Cheonsa naik ke atas punggugnya.

Demi rumah nanas spongebob yang sangat aneh, laki-laki itu pikir Cheonsa masih kecil? Mungkin gadis lain akan menolak dan meminta untuk dituntun saja. Tapi Cheonsa menuruti oppanya itu dan aku harus mengikuti mereka dari belakang. Membawa tas Cheonsa dan baju kotornya.

Mereka terlihat sangat aneh.

"Sudah kubilang kau harus menjadi pelindung Cheonsa, Jimin-ah. Aku tidak bisa terus di sisinya."

Aku menghela napas. Sudah berapa kali ia mengatakan itu padaku. Andai aku bisa, tapi nyatanya yang Cheonsa harapkan untuk menjadi pelindungnya bukanlah aku.

"Katakan terima kasihku pada Ayahmu, kalau bukan ia yang memberitahu mungkin kau bisa kerepotan membawa babi kecil ini." Laki-laki itu tertawa kecil ketika tangan Cheonsa mendarat dengan sempurna di punggungya dengan suara debam yang lumayan keras.

"Diam kau oppa jelek. Kakek tua. Aku bersumpah akan menghabiskan makanan di kulkas kalau kau terus memanggilku babi kecil." Cheonsa memukul punggung Yoongi sekali lagi lalu menyandarkan kepalanya disana. mengeratkan kaitan tangannya di leher Yoongi.

Andai aku bisa menjadi seperti dirimu, Hyung. Dicintai Cheonsa sebesar ia mencintaimu.


    ❀ psychoxls 27 Nov '16 ❀  

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro