Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

:: menyerah ::

Percayalah bahwa bukan aku yang aneh. Orang-orang di sekililingku sangat aneh.

Laki-laki bersurai oranye itu kini menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ada yang salah denganku?

"Ada apa ya?" Aku balik menatapnya aneh. Ia hanya menggeleng lalu tersenyum. Matanya hilang saat ia tersenyum, ada ya laki-laki semanis dirinya?

"Ah tidak, kau seperti seseorang yang aku kenal."

"Aku?"

"Iya, aku pernah memiliki seorang teman dan wajahnya sangat mirip denganmu."

"Kau serius? Siapa namanya? Siapa nama temanmu itu?"

"Eh? Kenapa kau penasaran sekali? Lagipula kau tidak akan tahu dia siapa. Dia... bahkan sudah melupakanku."

Benar juga, untuk apa aku begitu peduli? Ah sudahlah! Rasanya aku ingin cepat-cepat pulang saja.

"Ohya, terima kasih Tae... pada akhirnya kau tetap kembali." Cheonsa menyembul dari balik lengan laki-laki bersurai oranye itu dan ia tampak tertawa pelan. Entah sejak kapan Cheonsa sudah berada di samping laki-laki itu, atau lebih tepatnya sedikit berada di belakangnya dan ia melingkarkan tangannya di lengan temannya. Ya temannya, laki-laki itu hanya temannya.

Aku memutar bola mataku malas. Kenapa Cheonsa harus mengulang lagi tentang hal itu? Itu sangat menggelikan asal kalian tahu. Dan itu terjadi di bawah alam sadarku, yab hanya sebagian. Hey! Apakah aku menyadarinya? Benarkah?

Argh gila! Kenapa aku berbicara sendiri?

Aki berdehem, menghilangkan rasa aneh yang menjalari tubuhku. Entah gugup atau apalah itu, aku bahkan tidak tahu harus membalas apa selain membentaknya seperti seorang kakak yang membentak adiknya karena khawatir. Eh, aku khawatir padanya? 

"Karena kau berniat untuk bunuh diri bodoh! Bagaimana orang tidak akan khawatir? Kau menangis sendirian seperti orang gila." Aku menatap Cheonsa dengan malas, yang sebenarnya hanya kubuat-buat saja agar gadis bodoh itu tidak semakin melebarkan senyumnya atau membesarkan sauar tawanya. Seperti sekarang. Gadis itu semakin terkekeh. Ia tidak menjawabku, tapi entah kenapa aku ikut tersenyum tipis karena tingkahnya. 

Ya Tuhan kumohon hentikan saja, jangan buatku ikut terhipnotis oleh tawanya.

"Ya! Benarkah? Kau berbicara serius?!"

Aku baru ingat ada laki-laki berambut tak wajar di hadapanku saat ini. Temannya Cheonsa ya? Kenapa mereka terlihat sangat akrab?

"Ya, Cheonsa sempat menangis dan ingin membekukan dirinya." Aku menatapnya heran. Reaksinya begitu berlebihan. Toh Cheonsa masih ada kan sampai sekarang?

"Ah ayolah pulang! Aku ingin tidur." Kini Cheonsa menarik-narik baju laki-laki itu dan merengek seperti anak kecil. Aku tertawa lagi melihatnya. Kenapa Cheonsa sangat menggemaskan ketika seperti ini?

Dia bisa berubah menjadi sangat agresif, kadang ia juga sangat memaksa dan keras kepala. Lalu beberapa waktu yang lalu aku melihatnya begitu rapuh, naif, dan bodoh. Dan sekarang apa? Aku melihat Cheonsa yang merengek seperti anak kecil.

Cheonsa benar-benar tak terduga.

"Cheonsa kau banyak berhutang penjelasan padaku."

"Ah jangan mengungkit lagi. Ayo pulang!"

"Tapi Cheonsa..."

"Kau tidak lihat Taehyung sudah lelah? Kau ingin membuatnya terjaga di sini hanya untuk menjawab pertanyaanmu? Ayolah pulang!"

Argh kenapa mereka harus bertengkar di hadapanku?!

"Cheonsa, aku akan pulang. Jangan lupa cuci jaketku." Aku membuka suara. Ketika Cheonsa menengok ke arahku dan tersenyum bodoh, aku justru melihat laki-laki bersurai oranye itu menatapku tidak suka. Aku hanya membalasnyad datar. Kenapa perubahan wajahnya sangat kentara sekali?

"Itu jaketmu?" Kini ia menatapku datar. Aku hanya mengangguk sebagai balasan. 

"Tidak usah, kembalikan lagi saja. Kau tahu? Jaketmu bisa habis terbakar oleh Cheonsa." Laki-laki itu melepas jaket yang berada di atas punggung Cheonsa, gadis itu tidak memakainya dengan benar jadi ia dapat dengan mudah melepasnya. Dan setelah jaket itu berada di tanganku, entah kenapa tanganku berkhianat.

Bukankah bagus jika Cheonsa tidak jadi memakainya? Tidak akan ada alasan untuknya bertemu padaku nanti di sekolah. Iya kan? Aku bisa terbebas darinya. 

Aku maju selangkah dan memakaikannya kembali pada Cheonsa. "Kalau begitu buat Cheonsa saja, aku sudah jarang memakainya," kataku.

Eh tadi barusan aku bilang apa?

"Ah ayo pulang Ji. Terima kasih Tae, aku akan mengembalikan jaket ini secepatnya." 

Dan aku yakin Cheonsa mengatakan itu untuk memecah keheningan dan kebodohanku barusan. Aku memberikan jaket kesayanganku pada Cheonsa?! Meskipun aku jarang memakainya, tetap saja itu benda berhargaku! Bodoh!

Sepertinya aku harus mencuci otak dan jiwaku saat ini. Aku semakin gila.

Omong-omong mereka sudah masuk ke dalam mobil sementara aku mematung di tempat yang sama. Kakiku seolah terikat oleh jalanan yang aku pijaki dan kepalaku hanya mengangguk membalas ucapan Cheonsa. Mobil laki-laki itu yang kalau tidak salah Cheonsa menyebutnya Ji, ya mereka sudah melaju dan aku berjalan memutar untuk pulang.

Tunggu, tadi Cheonsa menyebutnya Ji? 

"Ji? Kenapa aku sangat penasaran?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro