Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

:: Jeon Jungkook ::

Hidup bersama dua bocah tak tahu diri sangat membebani hidpku

Kalimat itu selalu teringat di benakku setiap melangkah masuk ke dalam apartemen dengan dua kamar dan hampir semua ruangannya didominasi warna maroon dan putih. Mungkin ada beberapa warna hitam dan cokelat. 

Sudah jelas itu apartemen milik keluarga Kim. Dua bersaudara bermarga Kim itulah pemiliknya. Kim Taehyung dan Kim Hana, dua saudara yang terlihat sangat terbalik. Maksudku, Hana noona lebih terlihat seperti adiknya Taehyung hyung. Dia begitu manis dan menggemaskan. Sayang sekali dia saudaraku.

"Kookie kenapa kau belum tidur?"

Maafkan aku Ibu, tapi Hana noona sangat manis. Lalu mengapa dia harus memanggil namaku seperti itu? Bagaimana aku bisa berpindah hati kalau begini?!

"E-eh? Kau juga belum tidur, noona." Aku menoleh ke arahnya. Ia tengah mengambil sesuatu dari dapur.

"Aku lapar jadi aku bangun," balasnya sambil berjalan ke arahku. Ia memegang sebuah mangkuk dan segelas air putih di tangan kanannya. 

Ia mengenakan kaus besar dan celana panjang tak kalah besarnya. Benar-benar mirip, dua saudara itu sama saja. Sukanya memakai baju yang tidak sesuai ukuran tubuhnya.

Hana noona berjalan ke arahku dan menempatkan dirinya di sofa di hadapanku, lalu mulai memakan bubur yang ada di mangkuk yang ia bawa tadi. Ya Tuhan dia cantik sekali. Kenapa ia harus terlahir menjadi sepupuku?

Ibu mereka dan Ibuku adalah saudara kandung. Menyakitkan sekali mengetahui fakta itu. Tapi bodoh sekali mengetahui bahwa aku menyukainya. 

Aku harap tidak. Semoga ini hanya rasa kagumku saja.

"Jungkook kau harus segera mencari pasangan agar kau sadar betapa bodohnya dirimu." 

Argh kenapa adiknya harus muncul tiba-tiba? Taehyung hyung sangat menggangu! Eh tapi dia ada benarnya juga sih.

Dia memang tahu semuanya. Dia tahu kalau aku menyukai kakaknya, sepupuku sendiri. Dan dia tahu itu karena ia menuduhku menyukai gadis pengirim surat yang tergila-gila padanya. Hanya karena aku penasaran dengannya dia sampai memojokkanku dengan banyak kemungkinan yang sangat tidak mungkin terjadi. Sampai aku akhirnya tidak sengaja mengatakan kalau aku justru menyukai Hana noona.

"Diam kau hyung." Aku membalas sambil bersungut. Melempar bantal di sofa yang aku peluk. Laki-laki itu berhasil lolos dari lemparanku dan mulai menempatkan dirinya di sebelah kakaknya. 

"Hana-ya, siapa yang buat makanan itu? Ada yang datang ke sini tadi? Aku sepertinya sempat mendengar suara orang lain saat bermain game di atas. Kau sudah sembuh dari demammu?" Ia meletakkan tangannya di kening Hana noona yang langsung ditepis olehnya. Ha! Rasakan itu!

"Aku ini kakakmu bodoh! Dan bukan urusanmu, dia hanya temanku." Hana noona menatapnya tajam dan ia hanya tertawa. Rasanya aku ingin menyemangati Hana noona untuk memarahi Taehyung hyung saat ini. Tapi aku hanya memilih memfokuskan diri pada layar televisi dan mencuri-curi percakapan mereka.

"Kau juga Jungkook, cepat pergi ke kamar kalian!" 

Eh? Kenapa aku terseret?

"Kenapa aku? Aku tidak bisa tidur!" Aku merengek, memanyunkan bibirku karena aku tidak mau tidur saat ini. 

"Tidak usah beraegyo seperti itu. Kau sudah besar aku tidak akan mempan lagi! Taehyung, astaga kau bisa tidak mengecilkan volumenya? Ini sudah jam sebelas malam!" 

Benar. Kalimat ini sungguh benar, Hidup bersama dua bocah tak tahu diri sangat membebani hidpku.

 Hana noona pasti kewalahan mengurusi aku dan adiknya itu. 

"Yasudah aku mau keluar. Kau tidak akan terganggu kan?"

Oh tidak. Mereka bertengkar.

"Yasudah keluar sana! Jangan salahkan aku kalau aku menelepon Ibu!"

"Kau sudah besar tapi kau masih suka mengadu!"

"Kalau begini kau bilang aku lebih besar darimu? Bukankah kau yang bilang aku kekanakan? Kau yang kekanakan Taehyung!"

Aku bisa gila lama-lama mendengar mereka. Sungguh. 

"Aku mau ke minimarket. Hyung, kau mau ikut? Noona, ada yang mau kau titip?" Akhirnya aku menengahkan pertengkaran mereka. Taehyung hyung menganggukkan kepalanya lalu mengambil masker hitam, topi putih, dan mantel miliknya. Ia segera berlari mengejarku yang sudah sampai pintu depan memakai sepatu.

"Kookie, aku titip beli soda!" 

Rasanya aku mau mati tinggal dengan mereka berdua.

***

Cobaan kedua datang padaku. Sepertinya aku benar-benar sial hari ini. Mendengar dua kali pertengkaran adik dan kakaknya.

Saat di minimarket tadi sempat ada seorang perempuan yang sedang dimarahi kakaknya. Aku tidak mau tahu lebih jauh jadi aku buru-buru menyeret Taehyung hyung pulang. 

Dan sepertinya itu salahku. Kau tahu kenapa? Taehyung hyung meninggalkan dompetnya di atas meja karena aku terlalu terburu-buru menyeretnya.

"Yasudah, kita kembali." Aku menghela napas. Ia tampak frustasi dan tidak tega mengajakku kembali karena kita sudah jalan lumayan jauh. Tapi aku tidak mungkin membiarkannya seperti itu. 

Laki-laki itu mengangguk dan ikut berbalik arah bersamaku. Sialnya sudah terlalu malam dan aku mengenakan kaus putih tipis. Meskipun aku mengenakan jaket, tetap saja terasa dingin.

"Hyung, maafkan aku." Aku membuka suara. Aku tidak tega mellihatnya begitu. Jelas saja ia frustasi, di dalam dompetnya ada foto keluarga dan foto neneknya di sana. Foto satu-satunya yang ia punya.

"Maaf untuk apa?" Ia membalas pelan. Suaranya sangat pelan sampai aku hampir tidak mendengarnya.

"Maaf karena membuatmu kehilangan kenanganmu, juga...," Aku menggantungkan kalimatku. Tiba-tiba saja satu kalima muncul di benakku. "maaf karena aku jatuh hati pada kakakmu." 

"Kau hanya kagum padanya, tidak lebih. Perasaan itu akan hilang kalau kau mau melupakannya. Dan aku yakin dompetku masih ada di sana." Ia menepuk pundakku pelan.

Oke, semenyebalkannya dia, sekonyolnya dia, sedinginnya dia pada perempuan, dia tetap sepupu terbaikku. Dan sahabatku.

"Hey kalian! Anak muda!"

"Oppa kau terdengar seperti kakek tua mengatakan itu!"

Apakah suara itu memanggilku? Aku menatap Taehyung hyung dan ia tampak menanyakan hal yang sama seperti yang ada di benakku.

"Iya kau, dompetmu tertinggal kan?"

Ah benar! Ya Tuhan terima kasih telah mengambil satu dari dua kekhawatiranku malam ini.

Aku berbalik dan mendapatkan seorang laki-laki yang, tunggu, itu laki-laki yang tadi membentak adiknya di minimarket kan?

"Ah terima kasih ahjussi, terima kasih banyak." Taehyung hyung langsung membungkuk sembilan puluh derajat dan tak henti-hentinya mengatakan terima kasih pada laki-laki itu. 

Eh apa yang dia katakan?

"Ahjussi? Dia kakakku!" Sebuah suara nyaring membuat Taehyung hyung menegakkan tubuhnya. Dan membuatku ingin tertawa bahagia saat ini. Suara nyaring itu milik gadis itu! Gadis itu sepertinya memang berjodoh dengan hyungku. 

"Eh? Kau?!" Ia tampak kaget dan tak percaya. 

"Uhm, jangan panggil aku ahjussi, aku masih kuliah." Laki-laki bersurai hitam di samping gadis itu terlihat tak nyaman dengan panggilan ahjussi untuknya. Aku tersenyum kikuk dan langsung memperkenalkan diri karena Taehyung hyung masih bergeming dan syok.

"Kami Taekook. Aku Jungkook, dan dia sepupuku Taehyung. Terima kasih karena sudah menyimpan dompet ini, aku rasa Taehyung hyung berhutang padamu." Aku tertawa pelan dan langsung dihadiahi pukulan ringan di perutku. Siapa lagi kalau bukan dari sepupuku tercinta?

"Ah namaku Yoongi. Dan kami hanya menemukannya saja, sepertinya memang itu milik teman Cheonsa jadi aku berniat mengembalikan ini." Laki-laki bernama Yoongi itu balik memperkenalkan diri. 

Aku baru tahu, nama gadis ini Cheonsa? Tunggu, sepertinya aku pernah mendengar nama itu.

"Kau Cheonsa?" Aku menatap gadis itu lamat-lamat. Siapa tahu aku bisa mengenalinya. Karena sungguh rasanya aku pernah mendengar nama itu. Yah meskipun nama Cheonsa bukan hanya ada satu.

Gadis pengirim surat itu, ah maksudku Cheonsa, dia menganggukkan kepalanya dengan semangat dan tersenyum lebar. "Ya, namaku Min Cheonsa," katanya masih menganggukkan kepalanya. Anggukan kepalanya terlalu bersemangat sampai sebuah kalung yang berada di lehernya jatuh. Gadis ini selalu ceria, aku tidak mengerti kenapa Taehyung hyung tidak menyukainya. Mereka sama-sama aneh, harusnya mereka cocok.

"Ya ampun Cheonsa, kau menjatuhkannya lagi." Yoongi mengambil kalung itu sebelum aku berniat mengambilkannya. Dan tak kusangka Taehyung hyung yang tadi sedang melamun kini ikut membantu mengambil kalung itu. Ya ampun kenapa sih dia tidak mau mengakui kalau ia memang perhatian kepada gadis itu?

"Kalung itu?"

Kenapa suasanya tiba-tiba jadi sangat serius ya? 

"Ada apa hyung?" Aku bertanya padanya dan ia hanya menggeleng. Huh tidak jelas.

"Ah sebaiknya kami pergi, dan ini sudah malam. Kalian pulanglah." 

"Ah, terima kasih sekali lagi," balasku sambil membungkukkan badanku berkali-kali, sampai kedua kakak beradik itu pergi dari hadapanku.

"Jungkook." Taehyung hyung menahan pundakku. Aku menoleh dan wajahnya bereskpresi aneh, aku tidak bisa membacanya. Antara ia ingin mengatakan satu hal penting atau ia ingin membuat humor bodoh.

"Apa? Kau aneh," balasku tak acuh. Paling juga ia mau mengeluarkan kalimat tak penting.

"Kalung itu."

Ah? Apa ia mengingat sesuatu? 

"Kalung itu kenapa? Apa kau mengingat sesuatu? Aku mungkin tidak bisa banyak membantumu karena aku tidak tahu masa lalumu, tapi aku setidaknya bisa menyambung cerita dengan otak cerdasku."

Benar kan apa kataku? Gadis itu memiliki sesuatu yang menarik untuk kucari tahu. Apalagi ini menyangkut sepupu tidak pekaku.

"Ah tidak, kalung itu bagus."

 "AKU TIDAK PEDULI HYUNG!"

BODOH! Kenapa aku bisa terperdaya dengan ucapan serius seorang Kim Taehyung yang tak pernah serius?


  ❀ psychoxls 11 Des '16 ❀     

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro