Spring [6.5]: Perjalanan Ke Osaka dan Sikap Aneh Takeo
Playlist: Don't Stop Me Now - Queen
-----------------------------
Setelah aksi menunggu Akemi yang baru sampai setengah jam kemudian, juga membangunkan Rei yang menguras tenaga, kami berangkat ke Osaka nyaris jam dua belas siang. Padahal waktu janjian kami adalah jam sembilan pagi.
Harumi sudah mengomeli Akemi yang berani-beraninya berbohong. Ternyata foto yang tadi dikirim itu diambil dari google.
"Kau menyebalkan sekali, sih. Siap-siap tuh dari kemarin malam, bukan waktu pagi. Berani bohong lagi!" omel Harumi. Akemi hanya membalas dengan senyum tanpa dosa.
"Dasar tukang bohong!" timpal Rei dengan nada menuduh, seolah dia tidak ikut berbuat dosa.
"Kau juga! Tahu diri, dong. Jam berapa ini? Kau ini benar-benar, deh! Tidak tahu ya kalau jalanan macet sekali? Gara-gara kau jadi terlambat sekali, kan?" Sekarang gantian Rei yang kena omel dari Harumi. Aku hanya berusaha menahan senyum.
Shizuko menyenggolku dan berbisik, "Persis ibu-ibu, ya? Cerewet sekali. Begini ini kalau sifat aslinya keluar."
Aku mengangguk sembari tersenyum tanpa suara.
Diam-diam, aku juga merasakan aura di antara aku dan Takeo agak berbeda. Dari tadi aku berusaha menghindari Takeo, tampaknya dia juga melakukan hal yang sama. Bahkan belum ada pembicaraan di antara kami. Takeo juga terkesan lebih diam dibandingkan biasanya.
"Sudah-sudah, jangan mengomel terus. Maaf deh, maaf. Kau tidak capai ya menoleh terus ke belakang? Nanti pusing, terus muntah jadi bau loh mobilnya." Rei menepuk-nepuk pundak Harumi. "Maafkan hamba, Tuan Putri yang Agung."
"Ah! Minggir!" Harumi mengibaskan tangan Rei sampai hampir terjungkal. Akemi yang di sebelah Rei keceplosan tertawa.
"Omong-omong, kau kok diam saja, Takeo? Sakit gigi?" sindir Shizuko yang tampaknya menyadari keterdiaman Takeo.
"Mengantuk," balasnya singkat.
Tanpa sadar, aku menoleh ke belakang dan langsung bertemu tatap dengan mata Takeo. Buru-buru aku menghadap ke depan lagi. Ini salah, ini salah. Mengapa juga tiba-tiba jadi begini?
Sudahlah, jangan dipikirkan, nanti benar-benar kepikiran.
Lantunan musik band Queen menemani perjalanan panjang kami. Harumi yang paling semangat menyenandungkan lagu-lagunya, aku baru tahu kalau Harumi itu penggemar band beraliran rock, terutama Queen. Bahkan jauh sebelum film Bohemian Rhapsody, dia sudah tertarik dengan musik-musik Queen. Mungkin karena itu penampilan Harumi terkesan berani dan berbeda, selera musiknya saja sangat khas.
Aku hanya tahu beberapa lagunya saja, karena memang tidak begitu cocok dengan aliran rock. Sedangkan yang lain, mungkin karena sudah terbiasa berkumpul dengan Harumi jadi terbiasa dengan lagu-lagu Queen.
"I wanna make a supersonic man out of you," teriak Harumi dengan kedua tangan diangkat ke atas, tanda dia meneriakkan semuanya. "Don't stop me now, I'm having such a good time."
"Lama-lama ini mobil bisa pecah gara-gara suaramu," ledek Rei yang langsung dibalas dengan lirikan tajam. "Oke, oke, kita damai, ya? Hamba yang salah, Tuan Putri yang Agung selalu benar."
Aku bisa mendengar suara tawa kecil dari Pak Koji -supir Harumi-yang langsung berdeham dan bersikap serius menyetir, tampaknya dia juga takut dapat lirikan tajam dari Nona Muda satu ini.
"Eh, pengikut Suzume banyak sekali," gumam Akemi yang terdengar di telinga kami. Aku menoleh ke Akemi yang memamerkan ponselnya. "Pengikut instalook, banyak sekali, sih? Sudah mau lima ribu, loh. Padahal kau punya instalook baru satu mingguan."
"Pengikutmu lebih banyak," balasku, "lima belas ribu, loh. Aku tidak ada setengahmu."
"Wah! Anak ini tenar juga, ya," puji Rei sembari mengacak-acak rambutku. Aku menggeram tidak terima, tadi pagi susah-susah aku merapikan rambutku, kok malah diberantakkan. "Maaf, maaf."
"Itu banyak sekali, loh," tambah Shizuko yang dari tadi hanya memperhatikan, "Pengikutku cuma tujuh ribu, sudah mau tersaingi nih. Kalau pengikut Harumi dan Akemi sih memang banyak, mereka kan selebgram. Rei malah cuma tiga ribu, kalau Takeo cuma modal tampang makanya bisa sampai enam ribu. Kebanyakan goda kanan kiri."
"Tukang iri," cibir Takeo.
Aku melirik ke Takeo yang hanya mengedikkan bahu tidak minat sembari tetap menutup matanya. Takeo memang menyebalkan.
"Aku dikirimi pesan beberapa online shop, katanya mereka mau kirim produk untuk aku review. Hanya saja, aku tidak tahu bagaimana cara-"
Ucapanku terputus oleh seruan Harumi. "Terima saja! Menambah pengikut, tapi pilih-pilih yang bagus. Jangan sembarangan produk, apalagi kalau soal kecantikan. Cari produk yang terpercaya, ya."
"Tanya juga harganya, jangan mau harga murah! Jangan mau mereview secara cuma-cuma juga. Postingan fotomu tuh bagus-bagus, kau pakai aplikasi apa sih buat edit?" sambung Akemi tidak kalah semangat dari Harumi.
"Mana tawarannya, coba lihat sini. Biar kami bantu pilihkan, jangan mau dikasih murah! Kita tuh mahal!" Shizuko mengambil ponsel di tanganku.
"Aku pakai Shineroom, sih. Hasilnya bagus, sih. Aplikasi baru, buatan Korea." Aku menjawab pertanyaan Akemi sembari menunjukkan tawaran produk pada Shizuko.
"Nanti aku coba download, deh. Sepertinya bagus. Mana, mana, aku mau lihat juga." Akemi menyeruak di antara Harumi dan Shizuko yang sibuk membaca pesan-pesan di ponselku.
"Dasar cewek," ledek Rei, tidak lama dia ikut-ikutan memejamkan mata seperti Takeo. Tampaknya topik ini tidak menarik untuk dia, padahal dia mudah heboh seperti perempuan.
"Ini! Ambil ini! Produk pakaiannya bagus-bagus dan lumayan branded. Paling tidak minta bayaran lima ribu yen berhubung kau masih baru. Produknya bagus, jadi tidak akan rugi!" Harumi menunjuk sebuah online shop yang sempat kulirik sebelumnya, produk pakaiannya bagus-bagus memang.
"Ini juga! Tokonya terpercaya, review-nya juga bagus-bagus, dia juga mau kasih produk bagus ini. Skincare ini booming di Korea, aku juga beli beberapa di Korea. Sepertinya, baru mau masuk di Jepang. Terima ini!" Giliran Akemi memilih akun yang memiliki pengikut lima puluh juta lebih.
"Toko yang ini juga bagus, deh. Coba lihat make up yang dijual tidak ada produk menengah ke bawah. Sasaran harganya tinggi, aku pernah dikirimi mereka produk juga dan bagus. Sama yang ini juga, kau harus datang ke undangan pembukaan kafe ini. Kalau tidak salah, Akemi juga diundang, kan? Bisa ketemu banyak selebgram." Shizuko menunjukkan foto-foto make up yang masih memiliki harga mustahil untuk aku beli. Dia juga menyuruhku datang ke pembukaan kafe Cat Doll yang acaranya sekitar bulan Juli, masih cukup lama.
"Eh, iya benar. Aku juga diundang. Ayo datang, nanti kukenalkan anak-anak selebgram yang lain. Dresscode-nya juga lucu, sih. Memakai sesuatu yang membuatmu terlihat seperti kucing."
"Nanti juga, kami ajak hunting foto kalau produkmu sudah sampai. Pokoknya ini mengasyikkan, tidak seperti mencari uang, tapi uang datang dan produk pun bertambah." Harumi menepuk-nepuk kursi mobil dengan semangat.
Aku hanya mengangguk-angguk saja mendengarkan mereka. Kelihatannya memang menyenangkan, ya?
Aku bahkan tidak pernah terpikir untuk menjalani kehidupan yang seperti ini. Menjadi selebgram? Tampaknya, karena aku bergaul dengan mereka dan di setiap postingan mereka ada wajahku. Dan dipostinganku juga ada wajah mereka, pasti karena itu pengikut mereka juga mengikutiku.
Yah, wajar saja sih. Akhir-akhir ini, aku selalu ikut mereka ke bar, juga diskotik. Akemi, Harumi, dan Shizuko juga sering sekali mengajakku pergi ke kafe atau belanja di daerah Otomesando, Harajuku, juga Daikayama. Di daerah yang banyak sekali orang-orang kaya dan terkenal. Aku sampai kepayahan sendiri mengatur waktu bekerja dan pergi dengan mereka. Namun, memang kuakui kehidupan mereka memang menyenangkan. Aku bahkan tidak pernah sedikit pun memikirkan kehidupan yang seperti saat ini.
"Wah! Sudah mau sampai!"
Word: 1.159
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro