Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 15

"Guru," tegur Baek Hee Seung pada seorang dokter yang bertugas di Unit Kesehatan Sekolah ketika wanita itu baru saja meninggalkan ruang UKS.

Wanita itu berbalik dan sedikit terkejut ketika melihat si murid asing datang membawa seseorang di punggungnya.

"Apa yang terjadi?" tegur sang dokter wanita.

"Dia jatuh pingsan."

"Bawa ke dalam."

Wanita itu lantas menunda kepulangannya dan mengikuti kedua murid itu. Hee Seung membaringkan Young Jae pada salah satu ranjang dan sang dokter yang akan melontarkan pertanyaan tampak tertegun ketika melihat Young Jae lah pemuda yang dibawa oleh si murid asing.

"Young Jae?" Wanita yang lebih sering dipanggil dengan sebutan Guru Shim itu segera menghampiri Young Jae dan tampak khawatir.

"Apa yang terjadi padanya?"

Meski melihat kepanikan wanita itu, Hee Seung tetap bersikap tenang. "Dia pergi ke atap dan jatuh pingsan?"

"Atap?"

Hee Seung menyadarinya, garis wajah wanita itu yang sempat menegang. Menunjukkan situasi yang cukup serius telah terjadi di sana.

"Kau bisa menunggu di luar, aku yang akan mengurus Young Jae."

Hee Seung memandang Guru Shim dengan tatapan bertanya ketika wanita itu telah memunggunginya. Alih-alih menyuruhnya menunggu di ruangan yang cukup luas itu, kenapa wanita itu justru menyuruhnya menunggu di luar. Tak berniat melayangkan protes meski ia merasa tidak nyaman dengan sikap wanita itu, Hee Seung lantas keluar dan menunggu di luar.

🍂🍂🍂🍂

Setelah beberapa menit Young Jae sudah sadar. Guru Shim menyodorkan segelas air putih pada Young Jae. "Minumlah dulu."

Wanita itu kemudian menarik sebuah kursi dan duduk berhadapan dengan Young Jae yang terlihat sedikit kacau. Dan nada bicara wanita itu kemudian melembut ketika ia memulai pembicaraan.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?"

Young Jae memandang Guru Shim dan langsung melontarkan pertanyaan. "Hee Seung, apakah dia ada di sini?"

"Hee Seung?" Guru Shim mempertimbangkan, dia belum sempat melihat seragam milik murid yang mengantar Young Jae. "Ssaem tidak tahu apakah dia orang yang kau maksud, tapi ada murid asing yang mengantarmu tadi."

"Itu pasti Baek Hee Seung, apakah dia masih ada di sini?"

"Ssaem menyuruhnya untuk menunggu di luar."

Young Jae menjatuhkan pandangannya dan terdiam, namun wajahnya terlihat seperti seseorang yang tengah memikirkan sesuatu.

Guru Shim kemudian menegur dengan hati-hati. "Young Jae ..."

Young Jae lantas kembali memandang wanita itu.

"Kenapa kau pergi ke atap?"

Young Jae bungkam tanpa memiliki perubahan dalam raut wajahnya. Guru Shim lantas meraih salah satu tangan Young Jae dan menggenggamnya dengan lembut.

"Apa yang terjadi? Kau bisa mengatakannya pada Ssaem."

"Dia kembali lagi ... Ssaem." Young Jae terlihat ragu-ragu ketika berbicara.

"Siapa? Siapakah yang sedang kau bicarakan?" Guru Shim bertanya dengan lebih hati-hati.

"Hwang Intaek."

Batin Guru Shim tersentak.

"Dia kembali lagi ... apa yang harus aku lakukan sekarang?"

🍂🍂🍂🍂

Pintu ruang UKS terbuka dari dalam dan menarik perhatian Hee Seung yang berdiri tidak jauh dari pintu. Guru Shim menutup pintu dan menegur Hee Seung ketika keduanya berhadapan.

"Pelajar Baek Hee Seung?"

"Ya?" sahut Here Seung, terdengar tegas untuk pemuda seusianya.

Keduanya kemudian berhadapan dalam jarak yang lebih dekat dan Guru Shim memulai pembicaraan dengan si murid baru itu.

"Aku mendengar dari Young Jae bahwa kau adalah murid pindahan, pantas saja kau terlihat asing."

"Bagaimana keadaan Young Jae sekarang?" Bersikap kaku seperti biasa, Hee Seung tak ingin berbasa-basi.

"Dia baik-baik saja. Tapi, Hee Seung ... apakah kau berteman dengan Young Jae?"

Hee Seung sempat terdiam. Pertanyaan itu terdengar seperti pertanyaan jebakan. Ketika ia mengatakan bahwa ia adalah teman Young Jae, maka ia akan mendapatkan satu rahasia yang mungkin tidak akan ia dapatkan ketika ia menjawab sebaliknya.

Hee Seung kemudian menjawab, "dia adalah orang pertama yang menyambut kedatanganku. Dia teman pertamaku."

Guru Shim tersenyum tipis. "Syukurlah jika begitu. Selama ini Young Jae tidak begitu dekat dengan murid lainnya sehingga kesulitan yang dia alami semakin besar. Karena kau adalah teman yang dipilih oleh Young Jae sendiri, izinkan aku mengatakan ini padamu ..."

Hee Seung mendapatkannya, sesuatu yang sudah ia perkirakan.

Guru Shim melanjutkan, "tolong jangan biarkan Young Jae pergi ke atap lagi. Bisakah kau melakukannya?"

"Kenapa?"

Guru Shim kembali tersenyum, tapi di mata Hee Seung saat ini senyuman itu tampak misterius. Wanita itu berkata, "kau hanya perlu melakukannya."

"Selalu ada alasan untuk setiap tindakan. Aku tidak yakin bisa melakukannya ketika aku tidak tahu alasannya ... Ssaem."

Hee Seung tetap bersikap dingin, dan cara bicaranya yang memberikan jeda ketika memanggil gelar Guru Shim tentu saja membuat sang lawan bicara merasa tak nyaman untuk melanjutkan pembicaraan. Tapi sepertinya hal itu tak mampu untuk mempengaruhi sikap tenang Guru Shim.

"Alasan? Kau adalah seseorang yang membutuhkan sebuah alasan untuk melakukan sesuatu rupanya."

"Hanya ada dua alasan kenapa seseorang tidak diizinkan untuk pergi ke suatu tempat."

"Lalu bagaimana menurutmu?"

"Pertama, apa yang ada di sana."

"Kedua?"

"Apa yang sudah terjadi di sana?"

Guru Shim terdiam, tapi sesaat kemudian dia kembali tersenyum dengan cara yang sama seperti sebelumnya. "Kau terlalu kaku untuk anak-anak seusiamu, Hee Seung. Ke depannya kau harus bersikap lebih santai di hadapan teman-temanmu agar mereka tidak merasa canggung ketika bersamamu. Young Jae sudah baik-baik saja, dia tidak perlu mendapatkan perawatan yang serius. Ssaem pergi lebih dulu."

Tak ingin melanjutkan pembicaraan, Guru Ssaem lantas berjalan melewati Hee Seung. Dan pada saat itu pintu UKS kembali terbuka, dari sana, sosok Young Jae keluar dan menyita perhatian Hee Seung sehingga ia mengabaikan kepergian Guru Shim.

"Son Young Jae ... membunuh Hwang Intaek ..." Ucapan Lee Kyung Woo kembali singgah dalam pikiran Hee Seung.








🍂🍂🍂🍂





Tiga hari setelah insiden bunuh diri Hwang Intaek ...

Pemeriksaan saksi oleh Kepolisian Seoul yang dilakukan di gedung sekolah atas izin wali murid. Son Young Jae, dipanggil sebagai seorang saksi. Orang terakhir yang bertemu dengan Hwang Intaek di malam insiden terjadi.

"Pelajar Son Young Jae," sebuah teguran datang dari salah satu dari dua orang penyedik yang duduk berhadapan dengan Young Jae.

"Kapan terakhir kau bertemu dengan Hwang Intaek?"

Tatapan kosong Young Jae yang sebelumnya mengarah pada meja di hadapannya lantas terangkat, menemukan sang lawan bicara yang baru saja bertanya. Namun mulut itu tetap terkatup rapat.

Penyidik kembali bertanya, "kapan terakhir kali kau melihat Hwang Intaek, Pelajar Son Young Jae?"

Kedua petugas itu saling bertukar pandang ketika Young Jae tak kunjung menjawab. Seseorang yang sebelumnya hanya menjadi pengawas lantas menyodorkan selembar kertas kepada rekannya dan berbicara dengan suara berbisik.

"Wali murid menyertakan laporan medis saksi. Haruskah kita tetap melanjutkannya, Pak?"

Seseorang yang terlihat lebih senior itu sejenak menaruh perhatian pada selembar kertas di tangannya. Dengan sedikit pertimbangan, dia kembali memandang pemuda di hadapannya. Pria itu lantas mengganti pertanyaan.

"Pelajar Son Young Jae, apakah ... kau mengenal Hwang Intaek?"

"Aku ..." Suara yang terdengar sangat ragu, Young Jae menjatuhkan pandangannya. Terdiam sesaat dan melanjutkan, "aku tidak tahu ..."

Tanpa suara, pemuda itu menangis ...



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro