Chapter 11 [HELLO, STRANGER]
Pagi kembali menyapa, semua pelajar kembali ke sekolah untuk melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda. Memasuki gerbang sekolah, Hee Seung mendapatkan sambutan dari wanita cantik yang semalam mengantarnya pulang.
Kim Minji, wanita itu sempat melambaikan tangannya pada Hee Seung sebelum menghampiri pemuda itu dengan membawa seulas senyum di wajahnya. Minji memperhatikan penampilan Hee Seung dan hal itu membuat senyum di wajah wanita itu semakin melebar.
"Kau terlihat keren dengan pakaian itu," sebuah pujian lantas terlontar. Namun hal itu belum cukup untuk membuat garis senyum di wajah pemuda itu.
Minji lantas menyerahkan kunci mobil miliknya. Semalam Hee Seung meminta untuk bertukar mobil dan meminta wanita itu untuk mengirimkan mobilnya ke sekolah. Tanpa banyak bertanya, hanya membutuhkan satu alasan dan Minji menuruti kemauan pemuda itu.
"Aku menaruhya di tempat parkir. Kau seorang pelajar, haruskah kau membawa mobil ke sekolah?" tegur Minji kemudian.
"Aku tidak mengatakan bahwa aku akan menggunakannya untuk pergi ke sekolah.
"Lakukan sesuka hatimu, tapi kau harus berhati-hati. Jangan memakai seragammu saat mengemudi."
"Bagaimana dengan barang yang aku minta?"
"Ada di dalam mobil. Tunggu sebentar."
Minji mendekat dan membenahi dasi Hee Seung yang terlihat kurang rapi. Dan saat itu Young Jae yang baru saja tiba langsung menghentikan langkahnya ketika melihat Hee Seung bersama seorang wanita dan terlihat sangat dekat.
"Berhati-hatilah, kami semua mengkhawatirkanmu," ucap Minji.
Hee Seung menahan tangan Minji dan menurunkannya dengan lembut. Hee Seung kemudian memberikan kunci mobil yang berbeda pada Minji.
"Noona bisa mengambilnya di apartemenku. Terima kasih atas bantuanmu."
Minji menerima kunci mobil itu sembari tersenyum. Wanita itu kemudian berucap, "begini jauh lebih baik. Maksudku aku lebih senang kau mengucapkan terima kasih dibandingkan dengan kata maaf."
"Aku akan masuk, Noona harus pergi sekarang."
Hee Seung terkesan menghindari pembicaraan dengan Minji. Meski wanita itu sangat ramah, namun Hee Seung tetap bersikap dingin meskipun juga terlihat cukup menghormati wanita itu.
Minji mengangguk. "Kita akan bertemu di lain waktu. Kapanpun kau membutuhkan bantuan, hubungi kami dan jangan merasa sungkan ... aku pergi sekarang."
Minji lantas meninggalkan Hee Seung, begitupun dengan Hee Seung yang melanjutkan langkahnya sembari memasukkan kunci mobil yang ia dapat dari Minji ke dalam saku celana.
Sementara itu Young Jae baru beranjak dari tempatnya setelah Minji melewatinya. Pemuda itu lantas menyusul Hee Seung, berjalan di samping Hee Seung dengan satu tangan yang berada di dalam saku celana.
"Siapa? Pacarmu?" tegur Young Jae tanpa basa-basi.
Hee Seung sempat memandang pemuda itu sebelum berucap dengan acuh, "kapan kau datang?"
"Baru saja." Young Jae menyenggol bahu Hee Seung dan berucap, "kau belum menjawab pertanyaanku. Kau berpacaran dengan wanita yang lebih tua?"
Hee Seung menjawab dengan sebuah gumaman yang tentunya berhasil mengejutkan Young Jae.
"Sungguh!" seru Young Jae yang langsung menghentikan langkahnya di hadapannya Hee Seung sehingga Hee Seung pun lantas berhenti.
Hee Seung hendak melewati Young Jae, namun pemuda itu menahan salah satu bahunya.
"Kau benar-benar serius? Wanita tadi itu, dia pacarmu?"
"Kau melihatnya, kenapa tidak tanyakan saja sendiri?" acuh Hee Seung yang kemudian berjalan melewati Young Jae.
Young Jae berbalik, tak bermaksud mengejar dan justru tersenyum tak percaya. Pemuda itu bergumam, "dia mengatakan pindahan dari Amerika, kenapa dia sudah punya pacar di Korea? Seorang Noona? Sulit dipercaya."
Young Jae kemudian menegur dengan lantang, "Ya! Baek Hee Seung."
Hee Seung hanya sekilas memandang sebelum memasuki bangunan sekolah. Dan ternyata Young Jae benar-benar tidak menyusulnya. Hee Seung berjalan seorang diri menyusuri koridor yang sudah ramai.
Memasuki ruang kelasnya, Hee Seung menuju loker miliknya. Namun saat itu beberapa murid laki-laki menghampirinya. Berdiri di samping Hee Seung dan bersandar pada loker lainnya.
Salah seorang dari mereka berucap, "wah ... sepertinya kau benar-benar diberkahi dengan kesialan, Murid Baru."
Hee Seung memandang pemuda yang baru saja berbicara. Tak menunjukkan reaksi yang berarti.
Pemuda itu kembali berucap, "jangan salah paham, aku bukan mengutukmu. Tapi ini kenyataan."
Murid lainnya menimpali, "kau menggunakan loker milik Hwang Intaek, menempati kursi Hwang Intaek dan menjadi teman baik Son Young Jae. Apa kau tidak tahu siapa orang yang selalu mengekorimu setiap hari itu?"
Pemuda lainnya menyahut terlihat ingin memprovokasi Hee Seung, "Son Young Jae, satu-satunya orang yang selalu mengekori Hwang Intaek setiap hari."
Pemuda yang pertama kali berbicara kembali menyahut, "wah ... bukankah ini takdir yang mengerikan. Kau tidak bertanya kenapa Son Young Jae terus saja menempel padamu?"
Hee Seung menutup lokernya dan kembali memandang para murid yang menurutnya sangat mengganggu.
Hee Seung kemudian berbicara dengan acuh, "kalian ingin menjadi temanku?"
"Apa?" ketiga murid itu menatap heran pada Hee Seung.
Hee Seung kembali berucap, "meskipun kalian sangat ingin berteman denganku, tapi aku menolak. Jangan membuang-buang waktu kalian untuk berbicara denganku."
Ketiga murid itu tersenyum tak percaya. Dan ketika Hee Seung hendak pergi, murid pertama yang menegur Hee Seung langsung menarik bahu Hee Seung. Membuat punggung Hee Seung menabrak loker dengan cukup keras, dan hal itu berhasil menarik perhatian dari beberapa orang di dalam ruangan itu.
Pemuda itu terlihat marah, namun hal itu masih belum cukup untuk mengubah pandangan Hee Seung terhadap ketiganya.
Pemuda itu lantas menegur, "hey, Murid Baru. Tidakkah kau berpikir bahwa kau terlalu sombong?"
"Aku tidak memamerkan apapun pada kalian, bisakah aku disebut sebagai orang yang sombong?"
Pemuda di hadapannya Hee Seung kembali tersenyum tak percaya. Pemuda itu kemudian bergumam dengan nada mengancam, "kau sudah bosan hidup."
"Kau ingin membunuhku? Apakah sekolah ini tempat para pembunuh?"
Semua orang terkejut dengan ucapan Hee Seung. Tentu saja ucapan Hee Seung mengingatkan pada mereka tentang kasus Hwang Intaek yang rumornya telah dibunuh oleh salah satu siswa di kelas itu.
Pemuda di hadapan Hee Seung sekilas memalingkan wajahnya, "ya ampun ... kenapa kau mengungkit hal yang sudah kedaluwarsa?"
Pemuda itu kembali memandang Hee Seung dan berucap, "ingin aku beri tahu rumor yang lebih menarik lagi?"
Hee Seung menyahut, "katakan, aku akan mencoba untuk mendengarkanmu."
Pemuda itu berucap sembari menekan dada Hee Seung beberapa kali menggunakan jari telunjuk, "ada rumor baru yang mengatakan bahwa, siapa saja yang memiliki nilai tertinggi ... dia akan bernasib sama seperti Hwang Intaek."
Sebuah seringai muncul di wajah pemuda itu ketika ia menjauhkan tangannya dari Hee Seung.
Dia kembali berucap, "kau ingin mencobanya, Tuan Muda Baek Hee Seung?"
Hee Seung menyahut masih dengan cara yang sama, "kenapa? Apa kau yang membunuh mereka semua?"
"Kau!" Pemuda itu tampak murka setelah mendengar ucapan Hee Seung. Ia hendak melayangkan tinjunya ke arah Hee Seung, namun Hee Seung lebih dulu menendang kakinya.
Semua orang terkejut, tak berpikir bahwa si murid baru memiliki keberanian untuk melawan.
Hee Seung kemudian berucap, "kau harus berterimakasih padaku. Karena jika aku membiarkanmu memukul wajahku, kita akan melanjutkan pembicaraan ini di persidangan."
Setelah mengucapkan hal itu, Hee Seung menaruh ranselnya dan meninggalkan ruang kelas melalui pintu depan. Mengabaikan umpatan dari murid yang sempat mengganggunya. Dan saat itu Young Jae masuk dari pintu belakang.
Langkah Young Jae terhenti, merasa bingung dengan situasi yang terjadi di sana.
"Ada apa ini?" gumam Young Jae.
Pandangan Young Jae kemudian menemukan sosok Hee Seung yang berjalan di depan kelas. Dan umpatan dari ketiga murid di dekat loker yang ditujukan pada Hee Seung membuat Young Jae sedikit mengerti tentang apa yang baru saja terjadi di sana. Young Jae kemudian memutuskan untuk menyusul Hee Seung. Namun sebelum itu ia melemparkan ranselnya kepada murid laki-laki yang berada di dekatnya.
"Tolong taruh di mejaku," ucap Young Jae yang langsung bergegas pergi, mengacuhkan teguran dari teman sekelasnya.
Selesai ditulis : 02.05.2021
Dipublikasikan : 02.05.2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro