Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 10

Kim Seon Woo baru saja memasuki rumahnya saat tengah malam. Setelah meninggalkan rumah makan, pemuda itu memilih untuk menghabiskan waktu di suatu tempat dan melarang Sekretaris Kim untuk memberitahukan pada ayahnya di mana ia berada.

Seperti dugaan Seon Woo. Tengah malam itu sang ayah masih duduk di ruang tamu. Rumah besar itu terlihat sangat sepi ketika para pekerja sudah tidur, sedangkan anggota keluarga yang dimiliki oleh Seon Woo hanyalah ayahnya seorang semenjak ibunya meninggalkan karena sakit keras saat pemuda itu berusia tiga belas tahun.

Berhenti sejenak di ruang tamu. Seon Woo memberikan salam kepada sang ayah, "aku pulang."

Seon Woo lantas segera mengakhiri pertemuan keduanya. Pemuda itu melangkahkan kakinya mengarah pada tangga yang terhubung dengan lantai atas. Namun tepat saat kakinya menyentuh anak tangga pertama, teguran itu datang dari sang ayah dan berhasil menghentikan langkahnya.

"Ayah sudah berbicara dengan Guru Choi."

Seon Woo menyahut tanpa berbalik, "aku ingin berhenti."

Ketua Kim lantas berdiri dan menghadap putranya. Dengan sikap yang dingin, sang ayah menginginkan pembicaraan yang lebih serius dengan putranya.

"Apa maksudmu berkata seperti itu?"

Seon Woo berbalik lalu menjawab, "aku menginginkan tutor yang lain. Aku ingin Guru Choi berhenti menjadi tutorku."

"Sejak kapan kau menjadi pemilih seperti ini? Kau tidak akan mendapatkan apapun dengan sikap keras kepalamu ini ... ayah sudah mengatakan pada Guru Choi bahwa kau yang akan maju dalam olimpiade matematika tahun ini. Jadi persiapkan dirimu dengan baik."

"Sejujurnya aku tidak ingin mengingatkan Ayah, tapi sepertinya Ayah sudah lupa."

Sebelah alis Ketua Kim terangkat. "Apa yang ingin kau katakan?"

"Aku berada di peringkat yang tidak memungkinkan untuk maju sebagai perwakilan sekolah. Haruskah aku meminta maaf karena sudah membuat Ayah kecewa?"

Ketua Kim tersenyum, tampak tak bermasalah dengan ucapan sang putra. Namun saat itu Seon Woo lah yang merasa heran karena ayahnya justru tersenyum.

Ketua Kim kemudian berucap, "Hwang Intaek sudah tidak ada. Kau hanya perlu mengalahkan Lee Kyung Woo untuk bisa mendapatkan tempat itu ... ayah pikir bukanlah hal yang sulit untuk menyingkirkan Lee Kyung Woo. Ayah yakin kau bisa lebih unggul dari anak itu."

"Haruskah aku melakukannya?"

Seon Woo tersenyum, namun bukan sebagai reaksi dari perasaan yang baik. Melainkan sebuah ungkapan dari pikiran buruk yang terselubung. Dan hal itu tentunya membuat Ketua Kim mulai menaruh kecurigaan terhadap putranya sendiri.

Melihat reaksi sang ayah yang mulai terganggu dengan ucapannya barusan, Seon Woo kembali berbicara,

"Lee Kyung Woo ... haruskah aku menyingkirkannya?"

"Benar. Itulah satu-satunya jalan agar kau bisa mencapai puncak piramida."

"Lee Kyung Woo, orang itu ... haruskah aku membunuhnya? Sama seperti yang aku lakukan pada Hwang Intaek."

Senyum Seon Woo melebar, namun perkataan pemuda itu berhasil menyentak batin sang ayah dan membuat pria itu terlihat murka.

"Kim Seon Woo!" satu bentakan menjadi awal dari kemurkaan Ketua Kim terhadap putranya.

"Hwang Intaek ... aku yang sudah membunuh anak itu. Kenapa Ayah tidak percaya padaku?" Seon Woo menentang dengan cara yang halus.

"Sadarlah, Kim Seon Woo! Sampai kapan kau akan mengatakan hal konyol semacam itu?"

"Menakutkan ... Ayah terlihat menakutkan saat sedang marah. Aku merasa takut."

Berbeda dengan ucapannya, Seon Woo justru tersenyum. Dan bukannya ketakutan yang berada dalam sorot mata pemuda itu, melainkan sebuah kekecewaan yang besar.

"Kau ... kau ingin kembali ke tempat itu lagi?" ujar Ketua Kim penuh penekanan dengan amarah yang tertahan.

"Itu mungkin rencana yang bagus. Ayah harus membawaku kembali ke sana sebelum aku menyingkirkan Lee Kyung Woo ... selamat malam, Ayah."

Seon Woo berbalik dan meninggalkan sang ayah yang cukup tertekan dengan ucapannya barusan.

Ketua Kim lantas berucap marah, "sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan?! Berhenti bertindak gila jika kau tidak ingin ayah mengirimmu kembali ke tempat itu!"

Seon Woo yang sudah sampai di lantai atas lantas menghentikan langkahnya. Pemuda itu kembali memandang sang ayah yang masih tampak murka. Namun tatapan pemuda itu justru semakin menunjukkan kesedihan. Terlihat sayu dan tak memiliki minat untuk memandang apa yang akan dihadapkan padanya pada esok hari.

Ketua Kim lantas meninggalkan tempat itu, tak ingin jika sampai ia kehilangan kendali. Sementara Seon Woo masih berdiri di sana selama beberapa menit. Dan bahkan hingga Sekertaris Kim sampai di sana, pemuda itu tak kunjung pergi dari sana.

Sekertaris Kim yang telah berdiri di belakang Seon Woo lantas menegur, "lebih baik Tuan Muda segera masuk."

"Aku merasa kasihan," gumam Seon Woo.

Sekertaris Kim menyahut, "siapa yang membuat Tuan Muda merasa kasihan?"

"Ayahku ... aku merasa kasihan padanya."

"Kenapa Tuan Muda merasa seperti itu?"

"Aku takut akan membiarkannya sendirian di masa tuanya nanti."

Seon Woo kembali tersenyum. Namun bagi Sekertaris Kim, senyuman itu terlihat sangat menyakitkan. Menghela napas panjang dengan pelan, Sekertaris Kim menyentuh bahu Seon Woo dan membalik pemuda itu dengan pelan.

Pria itu lantas memeluk Seon Woo. Meski pelukan itu kembali menjadi pelukan sepihak karena pemuda itu tak memberikan reaksi apapun.

"Mari kita mulai semuanya dari awal."

"Aku menjadi gila setiap waktu hanya karena melihat anak itu menangis," gumam Seon Woo.

"Tidak ada yang perlu Tuan Muda cemaskan, aku akan selalu berada di sisi Tuan Muda. Tuan Muda bisa memanggilku kapan saja Tuan Muda membutuhkan aku."

"Hanya dengan bertahan hidup ... akankah aku mendapatkan pengampunan?"

Sekertaris Kim tak merasa bahwa ia memiliki jawaban yang tepat. Sehingga ia hanya bisa mengusap pelan punggung pemuda itu dan membiarkan pertanyaan itu berlalu begitu saja tanpa mendapatkan sebuah jawaban.






HOME SWEET HOME






Lee Kyung Woo baru saja memasuki kamarnya, masih dengan seragam sekolah yang menegaskan bahwa pemuda itu baru saja pulang. Menaruh ranselnya di lantai tepat di samping meja belajar, pemuda itu duduk menghadap meja belajar dengan wajah yang selalu terlihat bosan sepanjang hari.

Mengeluarkan ponselnya dari saku, Kyung Woo memeriksa sebuah pesan masuk yang belum ia baca. Dan salah satunya berasal dari guru tutor yang membimbingnya di luar jam belajar. Kyung Woo membuka pesan tersebut dan membacanya.

"Lee Kyung Woo, jangan lupakan ulanganmu. Kau harus mempersiapkan diri untuk olimpiade matematika menggantikan Hwang Intaek. Aku harap kau tidak merasa tertekan meski menghadapi situasi yang sulit. Hubungi guru kapanpun kau merasa kesulitan."

Tak berniat mengirimkan balasan atas perhatian sang tutor, Kyung Woo justru menaruh ponselnya di atas meja dengan malas.

Pemuda itu kemudian bergumam dengan cukup kesal, "siapa yang mengatakan bahwa aku setuju untuk melakukannya?"

Kyung Woo kemudian beralih pada komputernya. Menyalakan layar komputer, Kyung Woo memasuki sebuah website bernama Mysfit. Sebuah website yang membuatnya terhubung dengan orang-orang dari negara yang berbeda.

Sudah satu tahun Kyung Woo terdaftar sebagai anggota dan menggunakan Username Lee Kaeng. Meski menjadi anggota dalam website tersebut, bukan berarti Kyung Woo memiliki hubungan baik dengan anggota lainnya. Pemuda ini justru terkenal sebagai perusuh.

Kyung Woo sering melontarkan komentar tanpa mempertimbangkan apakah komentarnya bisa diterima oleh publik atau tidak. Sikap Kyung Woo yang acuh dan terkesan sombong itu membuatnya sering bertengkar dengan beberapa anggota dan bahkan ia terancam dikeluarkan. Namun ada kalanya Kyung Woo bersikap ramah. Namun ia lebih sering menjadi pembaca dan tidak menampakkan diri ketika ia malas untuk membuat keributan.

Seperti satu bulan terakhir ini. Kyung Woo jarang mengakses website itu lagi. Dan sekalinya dia mengakses website itu, dia hanya membaca obrolan para anggota lainnya.

Seperti kali ini. Kyung Woo tak menemukan hal yang membuatnya tertarik. Hingga satu persatu orang memulai obrolan, saat itulah Kyung Woo memutuskan untuk menyapa teman-temannya. Dan tentunya dalam website itu mereka hanya menggunakan bahasa inggris yang bisa dimengerti oleh semua anggota yang memang berasal dari negara yang berbeda.

"Lama tidak bertemu. Kalian masih hidup ternyata."

"Bajingan asia lagi? Aku pikir kau sudah hilang karena badai di tempatmu," satu orang memberikan balasan.

Kyung Woo tahu bahwa pemilik Username itu juga seorang laki-laki. Dengan malas Kyung Woo mengirimkan balasan.

"Apa kau sedang menghina dirimu sendiri, Bung? Aku yakin seratus persen bahwa kau juga orang asia."

"Kau tiba-tiba menghilang dan tiba-tiba muncul, aku pikir kau sudah waras, Tuan Lee," Username lainnya menyahut. Lalu setelahnya beberapa orang lainnya turut menyahut.

Kyung Woo yang memang tidak tertarik dengan pembahasan mereka pun, keluar dari topik.

"Kalian tidak merasa ada yang kurang di sini?"

Berkat bahasa Kyung Woo yang lebih sopan. Mereka pun menyahuti dengan serius.

"Siapa?"

"Apa kau sedang membicarakan Juan?"

"Benar sekali ... sudah berapa lama aku tidak melihat anak itu?"

"Satu bulan mungkin."

Kyung Woo hanya menyimak ketika teman-temannya bertukar pendapat. Namun garis wajah pemuda itu saat ini terlihat lebih serius.

Kyung Woo kemudian turut menyahut dengan mengirimkan, "aku rasa aku telah membunuh seseorang. Kalian tidak berpikir bahwa dia benar-benar telah membunuh seseorang?"

Kyung Woo menunggu balasan dari teman-temannya. Dan tanpa sadar wajah dingin pemuda itu terlihat sedikit gusar. Lalu satu persatu anggota mulai memberikan pendapat mereka.

"Benar. Dia mengatakan bahwa dia merasa telah membunuh seseorang dalam obrolan terakhir sebelum dia menghilang. Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Tidak mungkin. Terdengar tidak masuk akal jika dia benar-benar membunuh orang."

"Tapi kenapa dia tiba-tiba menghilang?"

"Aku harap dia baik-baik saja."

"Dia memiliki kepribadian yang baik selama berbicara dengan kita di sini. Jika itu Lee Kaeng, mungkin aku akan percaya. Sepertinya dia lebih cocok menjadi psikopat."

Sudut bibir Kyung Woo tersungging ketika membaca komentar itu. Bukankah itu berarti dia memang memiliki reputasi yang buruk dalam obrolan itu.

Merasa tak lagi tertarik dengan pembicaraan mereka, Kyung Woo menutup website itu begitu saja tanpa mengucapkan kalimat perpisahan. Kyung Woo lantas menyandarkan punggungnya, mendongak memandang langit-langit kamarnya.

Saat itu tiba-tiba ia teringat akan Baek Hee Seung, si murid baru yang telah menjadi teman dekat Son Young Jae. Entah kenapa Kyung Woo merasa tidak tenang setiap kali bertatap muka dengan Hee Seung. Meski keduanya belum pernah saling bertegur sapa, Kyung Woo sudah merasa ragu untuk berdekatan dengan murid baru itu.

Terlalu malas untuk bergerak, pada akhirnya pemuda itu tertidur di sana.










HOME SWEET HOME







Epilogue :

23 Maret 2021.
Hari kematian Hwang Intaek.

Tengah malam itu, ketika sekolah telah ditutup. Lee Kyung Woo menyusup masuk dengan melompati pagar dan menapakkan kakinya di halaman samping sekolah.

Suasana malam yang sunyi tak membuat pemuda itu ragu untuk melangkahkan kakinya. Kyung Woo berjalan menuju bangunan yang tampak gelap karena seluruh lampu di bangunan itu sudah dimatikan. Namun Lee Kyung Woo sedikit heran karena terdapat satu lantai dengan lampu yang menyala, dan lantai itu merupakan lantai teratas.

"Dia sudah sinting," gumam Kyung Woo dan melanjutkan langkahnya. Namun hanya beberapa langkah ia ambil, dan ia kembali berhenti.

Bugh!

Suara sesuatu yang jatuh dari ketinggian dan berasal dari sebelah kirinya membuat pemuda itu kembali menghentikan langkahnya. Kyung Woo menoleh, dan saat itu pemuda itu terperangah ketika melihat seseorang tergeletak di halaman samping.

Keberanian Kyung Woo tiba-tiba lenyap. Tatapan pemuda itu terlihat gemetar ketika melihat cairan gelap mengalir di lantai, dan cairan itu berasal dari kepala seseorang yang tergeletak di sana.

Dengan langkah yang tampak ragu, Kyung Woo mendekati sosok itu. Dan tak sengaja ia melihat nama yang tertera pada seragam yang dikenakan oleh pemuda yang tergeletak di lantai itu.

"H-Hwang Intaek?" gumam Kyung Woo dengan suara yang gemetar dan hampir tak terdengar.

Perlahan Kyung Woo memberanikan diri untuk memandang ke atas. Dan saat itu juga keterkejutan yang lebih besar terlihat di wajah pemuda itu kala ia mendapati sosok lain yang sangat ia kenal.

Kyung Woo menatap tak percaya pada pemuda yang kini berdiri di tepi gedung itu. Namun saat itu juga kedua tangan Kyung Woo terkepal.

"Kim Seon Woo?"


Selesai ditulis : 25.04.2021
Dipublikasikan : 25.04.2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro