Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 09

"Lama tidak bertemu, Kim Seon Woo."

Tatapan dingin Seon Woo mengarah pada seseorang yang baru saja menegurnya. Pria berkacamata yang kini duduk berseberangan dengan sang ayah.

Choi San, pria berusia tiga puluh tahun. Memiliki penampilan yang tampak mengintimidasi, lulusan Universitas Nasional Seoul dan merupakan seorang tutor yang cukup terkenal dalam bidangnya.

Seulas senyum menyambut, namun Seon Woo yang memang memiliki hubungan yang tak cukup baik dengan pria itu tak menerima sambutan hangat yang ditujukan padanya.

Ketua Kim, ayah Seon Woo yang merupakan Dewan Sekolah lantas menegur putranya yang masih berdiri di ambang pintu,

"apa yang sedang kau lakukan, Kim Seon Woo? Cepat kemari dan sapalah Choi Ssaem."

Ssaem : Guru.

Mengambil napas singkat, Seon Woo melangkah masuk. Dan setelahnya Sekertaris Kim menundukkan kepala sebelum menutup pintu dari luar dan berjalan pergi.

Dengan sikap yang terkesan kaku, Seon Woo sejenak membungkukkan badan ke arah Choi San tanpa mengucapkan sepatah katapun. Pemuda itu kemudian menempatkan diri duduk di samping sang ayah yang membuatnya berhadapan langsung dengan Choi San.

Choi San tersenyum lebar dan berucap, "sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan Seon Woo. Aku pikir Ketua Kim sudah mendapatkan tutor yang baru untuk Seon Woo."

Ketua Kim turut tersenyum lebar. "Tentu saja tidak, hal itu tidak akan pernah terjadi. Berkat kemampuan Choi Ssaem, Seon Woo bisa menerima pelajaran dengan baik."

Ketua Kim tertawa ringan sembari sekilas memandang Seon Woo, namun tatapan pria itu terlihat berbeda ketika ia memandang putranya.

"Syukurlah jika begitu. Aku selalu khawatir tanpa sebab," sahut Choi San.

Seon Woo memalingkan wajahnya. Terlihat jelas bahwa pemuda itu merasa sangat keberatan akan keberadaannya di sana.

Tawa Ketua Kim terhenti, dan inti dari pertemuan itu lantas dimulai. Sebuah pertemuan yang tidak diketahui oleh Seon Woo sebelumnya. Dan karena pertemuan yang terkesan mendadak itu, Sekertaris Kim belum sempat memberitahukan pada Ketua Kim bahwa Seon Woo menginginkan tutor yang lain.

Ketua Kim mulai berbicara dengan serius namun tetap terlihat santai, "Hwang Intaek, sungguh sangat disayangkan dengan apa yang terjadi pada anak itu."

Netra Seon Woo menajam ketika mendengar ayahnya menyebutkan nama pemuda itu. Dan tatapan tajam itu mengarah pada Choi San yang justru mengulas senyum tipis ketika bertemu pandang dengannya.

Choi San menyahuti ucapan Ketua Kim, "tidak ada yang menyangka bahwa hal itu akan terjadi. Aku sebagai tutor yang membimbingnya juga merasa terbebani dengan berita itu."

"Tapi ... bukan berarti Choi Ssaem mempercayai rumor yang beredar saat itu, bukan?" Ketua Kim terlihat berhati-hati.

Choi San tersenyum lebar dan menjawab, "tentu saja tidak."

Choi San mengarahkan pandangannya pada Seon Woo dan kembali berucap, "aku mengenal putra Ketua Kim dengan cukup baik. Rumor seperti itu hanya datang dari pihak pesaing yang tidak membiarkan peluang dimiliki oleh Seon Woo. Seon Woo adalah seorang pekerja keras, dia tidak akan melakukan hal kotor semacam itu untuk memenangkan sebuah kompetisi."

Ketua Kim tertawa pelan, tampak puas dengan jawaban meyakinkan dari Choi San yang sama sekali tak membuat Seon Woo merasa terkesan. Entah masalah apa yang melibatkan keduanya sebelum ini. Namun sepertinya yang merasa memiliki masalah di sana hanyalah Seon Woo seorang, karena Choi San justru tampak menyambut pemuda itu dengan baik meski telah mendengar rumor buruk yang menimpa pemuda itu.

Ketua Kim kembali berbicara, "itu membuatku merasa lega. Kalau begitu, tentang Olimpiade Matematika—"

Seon Woo tiba-tiba terbatuk dan menghentikan ucapan sang ayah. Semua pasang mata mengarah padanya.

Seon Woo kemudian berucap, "aku memiliki sesuatu yang harus dikerjakan, aku tidak bisa berada di sini terlalu lama."

"Apa yang sedang kau bicarakan? Kau bahkan baru saja sampai?" tegur Ketua Kim.

"Maafkan aku, Ayah. Tapi aku harus benar-benar pergi, aku permisi."

Seon Woo bangkit dan langsung meninggalkan tempat itu tanpa mempedulikan teguran sang ayah.

"Kim Seon Woo, kembali kemari."

Selesai memakai sepatunya, Seon Woo hendak membuka pintu. Namun sebelum tangannya berhasil meraih pintu, pintu sudah lebih dulu terbuka dari luar dan sempat mengejutkan pemuda itu.

"Di mana pintu keluarnya? Ayo kita pulang ..."

Park Seong Hwa, pria mabuk itu lagi-lagi berulah.

"Ya! Park Seong Hwa, kau sudah gila!" pekikan itu terlontar oleh Kim Minji yang langsung menghampiri Seong Hwa.

"Minggir," Seong Hwa mendorong kepala Seon Woo dan melangkah masuk. Namun kakinya tersandung hingga ia jatuh tersungkur tepat di depan meja.

Ketua Kim dan Choi San yang melihat hal itu pun tak bisa berkomentar. Sementara Seon Woo segera keluar dari ruangan itu, memanfaatkan kesempatan yang ada. Namun setelah keluar, pemuda itu justru menabrak seseorang.

Mengabaikan keributan yang terjadi di ruangan yang baru saja ia tinggalkan, Seon Woo mengangkat pandangannya dan menemukan orang yang baru saja ia tabrak.

Baek Hee Seung, pemuda itu tetap terlihat tenang meski Seon Woo telah menabraknya. Bukannya tidak mengingat Seon Woo. Hee Seung mengingat wajah yang berpapasan dengannya ketika di pemakaman sore tadi. Namun Hee Seung tak memiliki alasan untuk menunjukkan reaksi tertentu ketika ia bahkan tidak mengenal pemuda di hadapannya itu.

"Maafkan aku," ucap Seon Woo, menunduk singkat sebelum bergegas pergi dari sana.

Pandangan Hee Seung mengikuti kepergian Seon Woo hingga Park Seong Hwa yang tiba-tiba bergelayut pada bahunya setelah kedua rekannya menyampaikan permintaan maaf kepada kedua pengunjung yang sudah diganggu oleh Seong Hwa.

Seong Hwa tersenyum lebar ketika memandang Hee Seung. Dalam keadaan setengah sadar, pria itu berucap, "Baek Hee Seung ... kau di sini? Ayo! Kita pulang ... tidak seharusnya kau melarikan diri seperti ini. Kau ..."

Sejun langsung meraih lengan Seong Hwa dan membawa pria itu pergi secara paksa. Tampak cukup kesal dengan sikap rekannya yang cukup memalukan malam itu.

"Sebentar ... aku belum selesai berbicara. Ya! Baek Hee Seung! Aku akan mengirimmu ke neraka! Tunggu saja, eoh! Kau—"

Helaan singkat Minji menggantikan umpatan Seong Hwa yang tiba-tiba tak terdengar. Sedangkan Hee Seung mengibaskan tangannya pada bahunya seakan ingin membersihkan sesuatu di sana.

"Orang itu semakin gila dari hari ke hari," ucap Minji.

"Jangan biarkan dia mabuk lagi," sahut Hee Seung.

"Kau baik-baik saja?"

Hee Seung memandang, tak menunjukkan reaksi tertentu. Dia pun tak tahu jawaban apa yang akan diberikan pada Minji karena ia tidak mengerti untuk apa pertanyaan Minji diajukan.

"Kau baik-baik saja?" ulang Minji.

"Aku tidak memiliki jawaban karena aku tidak tahu ditujukan untuk apa pertanyaan Noona."

Hee Seung kemudian berjalan meninggalkan Minji. Sementara Minji sempat terdiam sebelum akhirnya menyusul pemuda itu.

"Aku akan mengantarmu."

"Aku membawa mobilku sendiri."

"Ya! Sejak kapan pelajar boleh mengendarai mobil? Aku akan mengantarmu."

Hee Seung tak menyahut. Dan memang benar bahwa dia datang ke sana dengan mengendarai mobilnya sendiri. Percaya atau tidak, murid baru SMA Jusang itu telah memiliki lisensi untuk mengemudi. Namun akan menjadi masalah jika sampai ketahuan polisi bahwa dia hanyalah anak SMA. Itulah sebabnya Hee Seung tidak akan pernah mengendarai mobilnya saat pergi ke sekolah.

Selesai ditulis : 18.04.2021
Dipublikasikan : 18.04.2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro