Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 07

Malam itu Hee Seung memasuki sebuah restoran bernuansa klasik di mana bangunan itu didominasi oleh kayu, baik lantai maupun dinding. Namun kesan mewah yang ditunjukkan oleh bangunan itu sudah menunjukkan bahwa tempat itu adalah salah satu restoran elite di sekitar daerah itu. Restoran itu hanya menyediakan ruangan pribadi, sehingga seseorang yang ingin makan di sana harus memesan tempat terlebih dulu.

Mengenakan kemeja berwarna cerah yang dipadukan dengan celana kain dengan warna senada, Hee Seung menunjukkan kesan berwibawa. Terlihat rapi namun juga santai, menegaskan bahwa dia berasal dari keluarga yang berada.

Setelah memberitahukan pada pelayan laki-laki di sana jika dia sudah membuat janji dengan seseorang, pelayan laki-laki itu mengantarkan Hee Seung menuju ruangan yang dimaksud. Namun ketika berjalan menyusuri lorong, Hee Seung tak sengaja menabrak bahu seseorang yang sontak membuat langkah keduanya terhenti untuk saling meminta maaf.

"Maafkan aku, aku tidak sengaja," ucap pria berkacamata yang tidak lain adalah Sekertaris Kim tersebut.

Hee Seung hanya sekilas menundukkan kepalanya dan keduanya berpisah.

"Di sini, Tuan," tegur si pelayan, menunjuk salah satu pintu di lorong itu.

Hee Seung menghampiri pelayan itu dan berucap, "terima kasih, kau boleh pergi sekarang."

Pelayan itu mengangguk dan segera meninggalkan tempat itu. Hee Seung kemudian membuka pintu di hadapannya dengan cara menggeser ke samping kiri, dan setelah itu ia menemukan dua orang berada di ruangan itu. Satu wanita yang ia panggil dengan sebutan 'Noona' dan satu laki-laki dengan pembawaan yang tenang.

Kim Minji, wanita itu tersenyum dan memberikan sambutan kecil pada Hee Seung, "kau sudah datang? Masuklah."

Hee Seung masuk, kembali menutup pintu dari dalam dan melepaskan sepatunya yang kemudian ia taruh di tempat yang sudah di sediakan tepat di samping pintu. Di dalam ruangan itu hanya ada sebuah meja panjang yang tak lebih tinggi dari lutut orang dewasa, hal itu dikarenakan restoran itu tidak menggunakan kursi. Para pelanggan duduk di lantai dengan beralaskan bantal kecil. Dan hal itulah yang membuat kesan hangat di restoran tersebut.

Hee Seung kemudian duduk di seberang Minji, bersebelahan dengan pria dengan setelan formal tersebut.

"Lama tidak bertemu, Baek Hee Seung." Pria itu memandang Hee Seung.

Lim Sejun, begitulah Hee Seung memanggilnya. Namun Hee Seung justru mengacuhkan pria itu, tapi bukan berarti mereka tengah bermusuhan.

Hee Seung kemudian menegur Minji, "Noona tidak mengatakan bahwa ada orang lain di sini?"

"Itu sedikit membuatku tersinggung," celetuk Sejun yang kemudian meminum teh yang baru saja ia tuang.

Minji menyahut, "Sejun bukanlah orang asing, kau tidak perlu merasa tidak nyaman. Karena kau sudah datang, bagaimana jika kita makan terlebih dulu?"

Hee Seung tak menyahut dan langsung menyiapkan peralatan makannya. Kedua orang yang melihat hal itu lantas saling bertukar pandang. Terlihat jelas bahwa keduanya merasa asing dengan sikap dingin Hee Seung. Namun karena keduanya bukanlah tipikal orang yang suka menuntut, mereka membiarkan Hee Seung dan memulai makan malam.

"Makanlah yang banyak, kau terlihat lebih kurus dibandingkan dengan saat terakhir kali aku melihatmu," tegur Minji.

Sejun melepas jasnya serta melonggarkan dasinya sebelum menyahut, "dia memiliki waktu yang sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru."

Hee Seung tak berniat untuk menyahut. Bukan karena dia kesal, namun memang belum ingin menyahut. Dan hanya dalam beberapa menit, Hee Seung menyudahi makan malamnya. Dan tentu saja porsi yang ia habiskan pun juga terbilang sedikit.

Minji menegur, "kau sedang sakit? Kenapa porsi makanmu sedikit sekali? Dulu kau adalah orang yang paling banyak makan."

Hee Seung menyahut, "waktu sudah berlalu, manusia pasti berubah."

Mendengar jawaban Hee Seung, seulas senyum tipis terlihat di wajah Sejun. Pria itu kemudian menuangkan teh untuk Hee Seung.

Sejun berkata, "pelajar tidak boleh mengkonsumsi alkohol."

"Apa yang ingin kalian bicarakan?" Hee Seung tampak tak ingin berbasa-basi, namun juga tak begitu menuntut.

Suasana tiba-tiba terlihat canggung karena Minji. Wanita itu terlihat ragu untuk berbicara, dan Hee Seung menyadari hal itu.

Hee Seung kemudian berucap, "katakan saja, aku sudah terbiasa mendengar kabar buruk."

Minji kemudian berucap dengan ragu, "ini tentang ayahmu."

Sejun menyahut, menggantikan Minji untuk berbicara pada Hee Seung, "Direktur memutuskan untuk menghentikan pencarian Ketua Baek Han Sung secara resmi."

Pandangan Hee Seung terjatuh pada meja. Tak terlihat terkejut, namun juga tak menunjukkan respon apapun.

Kim Minji, Lim Sejun. Kedua orang itu adalah agen rahasia NIS (Badan Intelijen Korea Selatan), keduanya bekerja di divisi agen rahasia luar negeri atau lebih sering disebut sebagai divisi 9. Sementara itu Baek Han Sung, ayah Hee Seung adalah ketua dari divisi agen rahasia luar negeri yang telah menghilang selama tujuh bulan lamanya saat bertugas di kawasan Britania Raya.

Karena Hee Seung adalah putra tunggal Baek Han Sung, hal yang wajar jika orang-orang NIS itu memberikan perkembangan tentang pencarian ketua mereka yang hilang. Dan karena posisi ayahnya yang terbilang sangat penting di NIS itu, Hee Seung juga memiliki hubungan yang cukup dekat dengan orang-orang NIS, termasuk dengan Direktur NIS sendiri.

Tak ingin suasana hati Hee Seung semakin memburuk, Minji berucap, "hanya pencarian secara resmi. Direktur memutuskan untuk mencari keberadaan Ketua Baek secara diam-diam."

"Mungkinkah dia masih baik-baik saja?" gumam Hee Seung.

Sejun mengarahkan pandangannya pada Hee Seung. Bukan hanya Hee Seung yang mengkhawatirkan hal itu, melainkan seluruh orang di divisi 9. Setelah tujuh bulan berlalu tanpa kejelasan, mereka mulai kehilangan harapan akan keberadaan ketua mereka.

Hee Seung mengangkat pandangannya dan berucap dengan seulas senyum tipis yang tampak menyedihkan,

"Aku juga berharap jika dia masih berada di suatu tempat yang hangat, menjalani kehidupan normal dengan baik. Tapi bukankah itu terlalu mengada-ada? Apakah dia masih hidup di suatu tempat?"

Minji menyela, "Hee Seung, kau tidak boleh berpikir seperti itu. Kita tidak boleh menyerah, kita akan menemukan Ketua Baek bagaimana pun caranya."

"Sudahlah, jangan membuang waktu kalian untuk sesuatu yang tidak pasti. Jika pak tua itu masih hidup, dia akan pulang atas kemauannya sendiri."

"Kembalilah," Sejun menyela tanpa memandang Hee Seung. "Kang Hyun Soo cukup kesulitan saat ini."

"Aku dengar dia mengambil alih divisi 9, dia pasti melakukan semuanya dengan baik." Hee Seung tersenyum tipis.

Sejun menyahut, "orang gila itu selalu menyulitkannya. Aku hanya menyampaikan pesan Kang Hyun Soo."

Hee Seung mengambil gelas yang terbuat dari keramik itu dan hendak meminum teh yang berada di dalam gelas itu, namun sebelum gelas itu terangkat lebih tinggi lagi, pintu ruangan tiba-tiba terbuka dengan kasar dan membuat Hee Seung tak sengaja menjatuhkan gelas di tangannya.

Semua pasang mata mengarah pada pintu, dan tatapan Hee Seung seketika menajam ketika ia menemukan seseorang yang berdiri di ambang pintu.

HOME SWEET HOME


Sekertaris Kim membukakan pintu mobil untuk Seon Woo, namun pemuda itu tampaknya tak berniat untuk turun dari mobil.

Sekertaris Kim lantas menegur, "Tuan Muda harus segera masuk."

"Kenapa ayah ingin bertemu di sini?"

"Ketua Kim sudah memesan tempat di sini, aku tidak memiliki hak untuk bertanya."

Meski terlihat tak suka, pada akhirnya Seon Woo mengikuti kemauan Sekertaris Kim. Pria itu membimbing Seon Woo menuju tempat yang sudah dipesan oleh ayah pemuda itu.

Berada di lorong yang sama dengan tempat yang sebelumnya dilewati oleh Hee Seung, Seon Woo berjalan di belakang Sekertaris Kim. Hingga langkah mereka terhenti tepat di depan salah satu ruangan.

Sekertaris Kim membuka pintu dan sekilas menundukkan kepalanya sebagai pengganti salam untuk orang-orang yang berada di dalam ruangan itu.

"Silahkan, Tuan Muda." Sekretaris Kim sedikit menyingkir dari pintu.

Seon Woo hendak masuk, namun seketika langkah itu terhenti di ambang pintu begitu ia melihat orang yang berada di dalam ruangan itu. Wajah terkejut Seon Woo tak bisa disembunyikan.

"Lama tidak bertemu, Kim Seon Woo ..."

Selesai ditulis : 24.03.2021
Dipublikasikan : 29.03.2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro