Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 05

Bel sekolah berbunyi. Satu persatu pelajar mulai memadati ruang kelas masing-masing, termasuk Hee Seung yang memasuki kelas bersamaan dengan Lee Kyung Woo. Hanya saja Hee Seung lewat pintu depan, sementara Kyung Woo lewat pintu belakang. Hee Seung sempat memperhatikan Kyung Woo sebelum menempati bangkunya, di mana di sana Young Jae tengah sibuk mengotak-atik sebuah kubus rubik seperti kemarin.

"Kau datang terlambat?" tegur Young Jae tanpa membagi konsentrasinya dengan hal lain.

Bukannya menjawab, Hee Seung justru balik bertanya, "kau belum bisa menyelesaikannya?"

"Bukannya belum bisa, tapi tidak berniat."

Hee Seung kembali memandang pemuda itu. "Kenapa?"

"Ada pepatah yang mengatakan, 'jika kau terlalu genius, maka kau akan mati di usia muda'."

Young Jae memandang Hee Seung dan tersenyum lebar. "Bagaimana? Bukankah itu terdengar keren?"

Hee Seung hanya tersenyum tipis dan memalingkan wajahnya. Pemuda itu lantas bergumam, "aku belum pernah mendengar pepatah semacam itu. Jika kau genius, setidaknya kau sudah mengamankan tempat untuk masa depanmu."

"Itu pepatah untuk orang kolot."
Young Jae menaruh sikunya pada bahu Hee Seung. "Di abad ini, orang harus berpura-pura bodoh agar tidak dimangsa oleh predator."

Hee Seung menatap tanpa minat dan bertanya, "lalu siapa murid paling pintar di kelas ini?"

Young Jae diam-diam menunjuk ke arah Kyung Woo dan Hee Seung mengikuti arah yang ditunjuk oleh pemuda itu.

"Lee Kyung Woo?"

Young Jae mengangguk.

Hee Seung kembali memandang Young Jae. "Jadi dia lah predator di kelas ini?"

Young Jae tertawa pelan sembari menggeleng. "Bukan. Jangan tertipu dengan penampilannya yang seperti berandal, dia hanyalah anak kucing saat berada di rumah ... sejak pertama masuk, dia mengamankan peringkat ke dua."

"Kalau begitu siapa yang menempati peringkat pertama?"

"Hwang Intaek."

"Siapa?" dahi Hee Seung mengernyit.

Young Jae langsung bungkam dan menghindari kontak mata dengan Hee Seung seakan ia baru saja mengucapkan hal yang terlarang untuk diucapkan. Dan Hee Seung menyadari tingkah Young Jae saat itu.

Young Jae menjauh dari Hee Seung dan tiba-tiba terlihat canggung. Pemuda itu kemudian berucap, "lupakan apa yang baru saja aku katakan, aku hanya salah bicara."

Penuh selidik, begitulah cara Hee Seung memandang Young Jae saat ini. Ia tidak menemukan nama Young Jae dalam buku catatan milik Hwang Intaek. Namun Hee Seung memiliki firasat yang kuat bahwa Young Jae mengetahui sesuatu tentang kematian Hwang Intaek. Hee Seung ingin bertanya lebih jauh, namun seorang guru laki-laki tiba-tiba masuk dan menarik perhatian seisi kelas.

Setelah jam istirahat tiba, Young Jae kembali bersikap normal seakan tak pernah terjadi apapun. Pemuda itu berdiri dan dengan riang menegur Hee Seung.

"Ayo."

"Ke mana?"

"Ke kafetaria, aku yakin bahwa kau belum ke sana. Aku akan menunjukkan padamu menu terbaik di sekolah ini."

"Aku tidak lapar. Duduklah." Hee Seung menarik lengan Young Jae hingga pemuda itu duduk.

"Kenapa? Aku bukan orang yang tahan berdiam diri di dalam kelas."

"Mari kita lanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda."

Dahi Young Jae mengernyit. "Pembicaraan yang mana?"

"Hwang Intaek."

Seketika Young Jae bungkam dan kembali terlihat canggung. "Aku sudah mengatakan bahwa aku salah bicara, kenapa kau menyinggungnya lagi?"

"Aku hanya ingin memastikan rumor yang aku dengar."

Netra Young Jae memicing. Pemuda itu lantas mencibir, "eih ... kau baru sehari berada di sini dan sudah mendengar rumor. Apa kau seorang mata-mata?"

"Jika kau berpikir seperti itu, aku bisa menjadi orang seperti itu."

Young Jae menghela napas dan menyandarkan punggungnya. Tampak jelas terlihat bahwa ia cukup terganggu dengan apa yang ingin diketahui oleh Hee Seung. Namun ia menyadari bahwa akan lebih baik jika Hee Seung mendengar kejelasan rumor itu darinya dibandingkan dari orang lain.

Dengan berat hati Young Jae menegur, "apa yang ingin kau ketahui?"

"Rumor itu, bagaimana bisa terjadi?"

Young Jae meraih rubik yang berada di sisi meja dan sejenak memainkannya. Di saat hanya tinggal mereka berdua di sana, suasana kelas terasa sangat tenang.

Tanpa melepaskan pandangannya pada rubik di tangannya, Young Jae berucap, "benda ini adalah satu-satunya barang yang ditinggalkan Hwang Intaek untukku."

Hee Seung melihat kesedihan dalam tatapan Young Jae.

"Kalian berteman?"

Young Jae tersenyum. "Tidak tahu. Aku tidak tahu apakah aku pantas memperkenalkan diri sebagai temannya."

"Itu berarti kau temannya," sahut Hee Seung. Dia mulai berhati-hati saat berbicara ketika menyadari bahwa Young Jae memang cukup dekat dengan Hwang Intaek.

"Tempat yang kau duduki saat ini adalah tempat Intaek," Young Jae tersenyum tipis. "Aku tidak ingin menjadi temannya, tapi setiap hari dia selalu berbicara di sampingku."

"Rumor itu, apakah itu benar?"

Young Jae menaruh rubik ke meja dan berbicara dengan pembawaan yang lebih tenang, "terlalu banyak rumor di sini, rumor mana yang kau maksud?"

"Hwang Intaek bunuh diri, apakah itu benar?"

Young Jae tersenyum lebar, namun tak mampu menyembunyikan tatapan terlukanya.

"Bunuh diri, ya? Malam itu aku masih tertawa dengannya di ruang karaoke. Bagaimana bisa dia bunuh diri setelah membuat janji untuk pergi bersama di akhir pekan?"

"Kalau begitu bagaimana dengan rumor ke dua?"

Young Jae memandang Hee Seung. "Maksudmu Kim Seon Woo yang sudah mendorong Intaek dari atap?"

"Apa itu tidak benar?"

Young Jae kembali memalingkan wajahnya dan menjelaskan dengan tenang meski hal itu cukup mengganggu batinnya ketika pada kenyataannya ia pun masih menyimpan dendam atas kematian teman baiknya.

"Ada beberapa rumor yang tersebar di sekolah. Yang pertama, Kim Seon Woo membunuh Intaek karena merasa marah pada Intaek yang sudah merebut posisinya. Yang ke dua, Lee Kyung Woo dan Kim Seon Woo bekerja sama untuk menyingkirkan Intaek. Yang ke tiga, Lee Kyung Woo menjebak Kim Seon Woo agar dia bisa menempati peringkat satu sekaligus menyingkirkan Kim Seon Woo sebagai lawan terakhirnya."

"Lalu rumor mana yang kau percaya?"

"Pertama. Kim Seon Woo, si berengsek itulah yang membunuh Intaek."

"Kenapa kau begitu yakin?"

"Aku percaya pada kesaksian pertama, karena saat itu belum ada orang lain yang ikut campur terhadap pilihan saksi. Lee Kyung Woo melihat Seon Woo di tempat kejadian setelah Intaek jatuh dari atap."

"Aku mendengarnya, Lee Kyung Woo mengubah kesaksian saat diperiksa oleh polisi."

"Tentu saja dia akan melakukannya," Young Jae menatap sinis. "Kim Seon Woo adalah putra dari Ketua Dewan Sekolah, siapa yang berani menjatuhkannya?"

"Bagaimana dengan rumor ke dua?"

"Itu hanyalah omong kosong."

"Kenapa?"

"Karena Lee Kyung Woo dan Kim Seon Woo tiba-tiba bermusuhan. Jika mereka bekerja sama, Lee Kyung Woo tidak akan menjadi sekejam itu. Kau tahu kenapa aku yakin bahwa Kim Seon Woo pelakunya?"

"Kenapa?" Hee Seung berpura-pura tidak tahu.

"Setelah kematian Intaek, si berengsek itu tiba-tiba menghilang. Sampai sekarang tidak ada yang tahu dia ada di mana. Tapi tidak ada tanda-tanda bahwa dia pindah sekolah."

"Itu artinya dia akan kembali kemari."

"Aku akan membunuhnya jika dia kembali kemari. Bagaimana mungkin mereka melindungi seorang kriminal? Dan Lee Kyung Woo, dia benar-benar membuatku kesal."

"Tapi kau terlihat takut padanya."

Senyum Young Jae tersungging. "Siapa yang takut? Aku hanya tidak ingin berurusan dengan orang itu."

Hee Seung menjatuhkan pandangannya dan tersenyum tipis. Young Jae sempat melihat senyuman itu, namun kali ini pemuda itu bersikap acuh.

Young Jae berucap sembari memandang rubik di atas meja, "rubik itu ... aku tidak berniat untuk menyelesaikannya."

"Kenapa?"

"Hwang Intaek, sebelumnya dia bisa menyelesaikannya dalam waktu satu menit. Dia benar-benar orang idiot yang sesungguhnya."

Netra Hee Seung memicing, jujur saja ia dibuat sedikit bingung oleh ucapan Young Jae.

"Apa masalahnya dengan hal itu?"

Young Jae memandang Hee Seung. "Aku sudah mengatakan padamu bahwa orang genius tidak akan berumur panjang. Aku juga sering mengatakannya pada Hwang Intaek ... tapi apa yang justru dia lakukan? Dia menjadi semakin tidak terkalahkan dan kemudian mati di usia muda ... apa gunanya menjadi siswa terbaik jika pada akhirnya mati sia-sia? Tapi ... omong-omong berapa nilai rata-ratamu?"

Hee Seung terdiam selama beberapa detik dan membuat Young Jae menunggu.

Young Jae kemudian menebak, "tujuh puluh? Delapan puluh? Sembilan puluh?" Young Jae berhenti, mulai terlihat ragu.

"Jangan bilang-"

"Tujuh puluh," Hee Seung menyela.

"Sempurna," seru Young Jae. "Itu berarti kau akan berumur panjang. Aku ingatkan padamu, jangan terlalu serakah. Kau harus puas hanya dengan nilai tujuh puluh."

"Bagaimana denganmu?"

"Aku?" Young Jae tampak menghindari pertanyaan Hee Seung. Dia kemudian bergumam penuh pertimbangan, "aku bukan siswa dengan nilai yang baik, tapi aku juga bukan yang terburuk. Intinya aku akan hidup dalam waktu yang lama."

Hee Seung menatap tak percaya. Mempercayai teori seorang Son Young Jae adalah jalan sesat menurut Baek Hee Seung.

Young Jae lantas berdiri. "Jika kau mencariku, tanyakan saja pada anak-anak yang lain. Mereka pasti tahu aku ada di mana."

Young Jae lantas pergi, sementara Hee Seung memilih untuk tetap berada di dalam kelas.

Meninggalkan ruang kelas, pandangan Young Jae menemukan Lee Kyung Woo bersandar pada dinding tidak jauh di hadapannya. Young Jae memandang sekeliling, memastikan bahwa bukan dia lah yang sedang ditunggu oleh Kyung Woo. Namun kenyataan bahwa tidak ada murid lain selain dirinya di sana, membuat Young Jae bersikap segan. Sepertinya dia memang takut terhadap Lee Kyung Woo.

Bersikap acuh seakan tak melihat siapapun, Young Jae melewati Kyung Woo begitu saja. Namun sayangnya hal itu tak berarti apapun.

"Son Young Jae," teguran bernada mengancam itu seketika menghentikan langkah Young Jae.

Young Jae berbalik dan kini tercipta jarak satu meter antara dirinya dengan Kyung Woo.

Young Jae menegur dengan canggung, "kenapa?"

Kyung Woo mendekati Young Jae, dan dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celana, Kyung Woo berhadapan dengan Young Jae.

Young Jae yang merasa terintimidasi dengan tatapan Kyung Woo lantas kembali menegur dengan suara yang lebih gugup, "ada apa?"

"Bukankah kau terlalu banyak bicara pada murid baru itu?"

Sebelah alis Young Jae terangkat. "Aku? Apa yang aku katakan pada Hee Seung?"

"Berhenti bersembunyi, kau tidak akan bisa menipuku."

Young Jae tersenyum lebar. "Apa yang sedang kau bicarakan?"

"Kau benar-benar tidak tahu?"

Bersikap acuh, Kyung Woo kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan Young Jae. Namun saat itu seulas senyum tersungging di wajah Young Jae.

"Lee Kyung Woo," teguran bernada menantang itu terlontar dari mulut Young Jae.

Kyung Woo menghentikan langkahnya dan berbalik. Menunggu apa yang akan diucapkan oleh Young Jae setelah ini.

Young Jae kemudian berucap dengan seulas senyum tipis di wajahnya, "kalau begitu kenapa bukan kau saja yang menjawab pertanyaannya?"

Senyum Young Jae melebar, namun senyuman itu terkesan mengejek. Sementara Kyung Woo tetap pada sikap dinginnya.

Young Jae kembali berucap, "Hwang Intaek ... aku yakin kau tahu lebih banyak tentang malam itu. Bagaimana jika kau mencoba untuk berbicara dengan Hee Seung. Kalian pasti akan cepat akrab."

"Kau yakin hanya aku yang tahu tentang malam itu? Bagaimana denganmu? Di mana kau malam itu, Son Young Jae?"

"Apakah kau ingin mengubah kesaksianmu untuk yang ke tiga kalinya?"

Dahi Kyung Woo mengernyit, menatap penuh selidik.

Young Jae kembali berucap, "aku sangat penasaran dengan kesaksian ke tiga kalinya darimu. Apakah kau akan mengubah kesaksianmu lagi untuk yang ke tiga kalinya? Apakah kau akan mengatakan bahwa aku yang sudah mendorong Hwang Intaek dari atap gedung sekolah? Coba katakan itu pada Hee Seung, dia mungkin akan mempercayaimu."

Young Jae mencibir dengan suara yang tak jelas sebelum berbalik dan meninggalkan Kyung Woo. Namun setelah membelakangi Kyung Woo, Young Jae berdehem tanpa suara dan mengubah raut wajahnya yang sempat terlihat kaku. Seperti biasa, pemuda itu memperlihat senyum cerah di wajahnya. Seakan telah melupakan apa yang baru saja ia bicarakan dengan Kyung Woo.

Sementara Kyung Woo sejenak berdiri di sana dan memperhatikan kepergian Young Jae sebelum berbalik dan mengambil jalannya sendiri. Berjalan di depan ruang kelas, keberadaan Kyung Woo berhasil menarik perhatian Hee Seung yang saat itu duduk di jendela dengan tubuh yang menghadap ke pintu ruang kelas.

Pandangan Hee Seung mengikuti pergerakan Kyung Woo. Dan Kyung Woo menghentikan langkahnya ketika menjangkau pintu bagian depan. Hee Seung menunggu apa yang hendak dilakukan oleh Kyung Woo. Namun pada akhirnya Kyung Woo pergi begitu saja tanpa menoleh sedikitpun.



Selesai ditulis : 21.03.2021
Dipublikasikan : 22.03.2021


Mereka yang hidup adalah tersangka
Mereka yang bersaksi adalah tersangka
Mereka yang mati adalah korban
Mereka yang mati adalah bukti.

HOME SWEET HOME
2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro