Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Mana Naskahnya?!

Di suatu hari, dalam ruangan chat para tim inti Foregrow ....

Juna sejenak menarik napas dan mengembuskannya, ia meletakkan ponselnya setelah membaca pesan terakhir dari Jabar, teman semasa kuliah sekaligus pimpinan di mana buku-bukunya terbit.

Juna sendiri juga ingin pergi ke banyak kota untuk bertemu para pembaca setianya yang tidak jarang mengungkapkan bahwa buku-buku yang Juna tulis telah membantu diri mereka. Dari yang mendapatkan semangat kembali, dapat menjadi pribadi yang tidak takut menghadapi kenyataan, hingga terbantu saat berada di masa tergelap mereka. Tujuannya menulis buku self-improvement memang bukan hanya sekadar menjadi pekerjaan dan mengumpulkan pundi-pundi uang, tetapi untuk membantu pembaca dengan apa yang menjadi pandangannya atas dunia. Sekalipun jalan yang ia tempuh sebagai penulis tidaklah selalu mulus, sesekali ia harus menginjak kerikil atau tersandung batu.

Sejak kejadian bukunya diplagiat oleh salah seorang penulis besar yang mana dahulunya adalah panutannya, Hanggara Adiwangsa. Ia merasa kehilangan jiwanya. Hanggara Adiwangsa bukan hanya seseorang yang ia kagumi dari jauh, melainkan adalah pamannya sendiri, sehingga kejadian ini pun memberikan dampak cukup besar baginya.

Pertengahan tahun 2023, Juna menyerahkan gambaran singkat buku barunya pada pamannya itu, kemudian meminta saran tentang apa saja yang akan ia masukkan dalam bukunya kali ini. Namun, dua bulan setelah ia menunjukkan draft itu pada Hanggara dan bermaksud menunjukkannya pada Jabar, pimpinannya itu mengatakan draft yang dimilikinya hampir serupa dengan buku milik Hanggara yang baru saja melakukan pra-rilis dua hari sebelum Juna memberikan draft-nya pada Jabar.

Setelah mengusut lebih lanjut, diketahui Hanggara menggunakan jasa beberapa ghostwriter untuk merampungkan bukunya secara cepat.

"Jun, lo tahu Om Hanggara juga penulis. Kenapa lo semudah itu kasih tunjuk draft lo ke dia, tanpa curiga dia bakal ngelakuin hal begini ke lo?" Yohan mengungkapkan kekecewaannya, sedangkan Juna duduk di sofa, menunduk memegangi kepalanya.

"Kita tuntut Om Hanggara, Jun! Udah ngeplagiat draft ponakannya, garapnya juga bukan dari kerja keras dia sendiri!" amarah Jabar membara. "Kalau media tahu yang sebenarnya, hancur dia!" Jabar bahkan melempar koran yang memberitakan tentang suksesnya buku Hanggara, hasil plagiat draft Juna.

"Nggak, Bang. Jangan. Gue lagi coba kontak Om," Juna menanggapi dengan berusaha tidak memperlihatkan kepanikannya. "Gue yakin bisa omongin ini baik-baik."

"Baik-baik, tai anjing!" Jabar mengumpat dan membuang muka. "Kalau dia baik, dia nggak akan setega itu sama keponakannya. Dia iri karena sekarang lu lebih naik daun dari dia? Udah waktunya yang muda naik! Bangsat memang, serakah banget jadi orang."

Pada akhirnya, kejadian itu dibiarkan berlalu begitu saja. Bahkan Om Hanggara tidak pernah lagi menghubungi Juna atau sekadar menanyakan kabarnya. Juna juga enggan membahas dan melanjutkan ataupun menindaklanjuti terkait tindakan buruk pamannya pada dirinya.

Juna pun sudah sepakat dengan ketiga temannya—Hasta, Jabar, Yohan—agar tidak membahas hal ini dan menjanjikan draft baru sesegera mungkin. Namun nyatanya, setelah enam bulan berlalu, Juna tidak juga segera mengirimkan draft untuk bukunya.

Bagaimana jika pembacanya menunggu? Bagaimana jika pembacanya beralih pada hal lain? Juna hanya mampu menerka tanpa mengetahui jawabannya.

Ia kembali mengembuskan napas berat, melempar ponselnya ke sisi tubuhnya dan merebahkan diri di atas kasur. Di kepalanya berkecambuk banyak hal. Juna memejamkan matanya dan bermaksud untuk membuat dirinya terlelap hingga kemudian sebuah panggilan telepon masuk. Nama Hasta tertera di layar ponselnya.

"Iya, Has."

"Lo nggak apa?" sahut suara Hasta di seberang.

Juna terkekeh. "Santai, udah biasa ngadepin Bang Jabar tantrum begitu."

Hasta ikut tertawa. "Iya, tapi ada benernya juga Bang Jabar."

"Gue paham, Has. Tapi mau gimana lagi, kepala gue penuh hal lain yang nggak relate sama buku," jawab Juna kalem

"Lo mending nulis jurnal."

"Dih, terus gue terbitin? Cringe, anjir."

"Lah, bukan. Maksud gue, lo bilang kepala lo penuh, lo mending ngejurnal, buat lo sendiri, lo baca sendiri," Hasta menyarankan. "Tapi ... nulis buku yang mengisahkan kehidupan lo juga boleh, Jun, hehehehe."

"Hahaha, apa yang mau gue tulis? Kehidupan lempeng begini. Ah, pengalaman habis dikhianatin om sendiri?"

Hasta menyahut, "Waduh, siapa yang matiin lampu?" Lantas keduanya tertawa terbahak-bahak.

"Bentar, deh, tadinya gue nelpon lo mau ngabarin sesuatu, ngapa jadi ngalor-ngidul?"

"Lah, kan, emang lo manusia yang tersesat, Ta, makanya ngalor-ngidul."

Terdengar helaan napas Hasta dari seberang. Temannya tidak terlalu pintar bergurau.

"Dahlah, jadi gini, gue baru dikabarin si Bima, lo inget anak 12 IPA 3? Yang kepalanya lo benjolin pakai bola sepak?"

Juna terbahak-bahak mendengar ucapan Hasta. "Iya, iya, gue inget. Apa kabar dia?"

"Nah, lo bisa tanyain kabarnya dan cek kepalanya masih benjol atau nggak pas reunian SMA entar."

"Ha? Reunian? Kapan? Di mana?"

"Heleh, satu-satu! Bentar," Hasta menjeda kalimatnya.

Ting!

Kemudian suara Hasta terdengar kembali, "Udah gue kirim ke chat detailnya. Dateng lo."

"Lo datang sama gue, kan?"

"Dih, ngapain? Gue bawa cewek gue, lah!" ucap Hasta diiringi tawa renyahnya. "Udah, itu doang. Semangat nulis jurnalnya, kalau udah kepikiran, sih."

"Yee. Thanks."

"Yoi." Kemudian sambungan telepon pun terputus.

Juna menjauhkan ponselnya dan melihat poster undangan reuni yang dikirim Hasta sebelumnya.

"Sabtu, 2 Maret 2024? Lah, minggu depan, dong?" gumam Juna. Ia menggaruk kepalanya, memikirkan tentang apa yang akan terjadi di acara reuni nanti atau pakaian yang mana akan ia pakai.

Namun, satu hal yang muncul terus-menerus di kepalanya setelah kalimat "reuni SMA" muncul, hal yang ia coba tolak dan tepis sedari tadi, "Si dia ... juga bakal datang?" []

⋆。 ゚☁︎。 ⋆。 ゚☾ ゚。 ⋆

Footnote: ada typo di tanggal tahun reuninya, hehehehe....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro