HAFH - 8
Repub tanpa edit 23/7/20
22/6/21
Sagara menepati janjinya. Pria itu menemani Mahika mengunjungi Louvre selepas dari Menara Eiffle.
"Kamu guide yang buruk, sadar gak?" ucap Mahika sambil terkikik ketika Sagara sibuk dengan ponselnya untuk mencari tahu pertanyaan Mahika mengenai latar belakang Louvre.
"Hey, ini bukan bidang kesukaan saya." Sagara masih sibuk mengulit ponselnya agar bisa menjelaskan sesingkat mungkin kepada Mahika, tapi semakin membaca dia semakin pusing. Akhirnya dia memutuskan memberikan ponselnya agar Mahika bisa membacanya sendiri, perempuan itu tentu saja tertawa. Mana ada orang yang mengaku akan menjadi guide tapi tidak mengetahui latar belakang tempat wisata yang mereka kunjungi?
"Lalu apa yang kamu sukai?" tanya wanita itu sambil memberikan kembali ponsel Sagara setelah membaca tautan yang di bukakan olehnya.
"Makanan. Saya suka makan." Raut pria itu tiba-tiba berubah cerah.
"Kamu tidak tampak seperti penyuka makanan."
"Oh ya? Memang seperti apa seorang penyuka makanan?"
"Tidak tahu, mungkin badannya sedikit berisi?"
Pria itu terkekeh, "Tinggal olahraga, Mahika." Mahika melirik tubuh pria itu, tubuhnya tegap dengan dada bidang dan lengannya pun memperlihatkan otot yang sering dilatih.
"Suka berenang ya?"
"Tahu dari mana?"
"Hanya menebak." Jawab wanita itu sambil menggedikkan bahunya lalu berjalan ke salah satu sisi pyramid, di mana dia bisa duduk lalu melihat hasil fotonya tadi.
"Tidak mau masuk?" tanya pria itu sambil duduk disamping Mahika, "Sama saya juga tidak terlalu tertarik, hanya ingin mengambil foto dari luar saja." jawab Mahika sambil terus memijit tombol untuk melihat hasil foto lainnya. "Bagus." Ucap Sagara setelah melirik sekilas hasil foto Mahika. Foto pyramid dengan latar belakang bangunan Louvre di malam hari. Tidak banyak orang hari ini. Biasanya tempat ini akan penuh dengan pengunjung.
"Berapa hari di Paris?" tanya Sagara setelah Mahika mengalungkan kameranya kembali. "Dua hari lagi lalu saya bertolak ke Praha, setelah itu tidak tahu kemana lagi. Saya baru beli tiket kereta kesana saja."
"Kereta?"
"Iya, saya mau mencoba sleeper train."
"Saya belum pernah naik sleeper train."
"Oh ya? Biasanya naik apa keliling Eropa?"
"Yang tercepat, pesawat, kalau sedang malas di jalan atau sewa mobil kalau sedang mau road trip."
"Ah mobil menarik! Sayang saya tidak punya SIM internasional."
"Saya punya, lain kali bisa pergi dengan saya" sahut pria itu dengan cengiran yang membuatnya terlihat tampan karena lesung pipi di sebelah kanannya.
"'Lain kali' saya mungkin beberapa tahun kedepan karena untuk pergi sekarang saja saya harus menguras tabungan." Mahika terkekeh.
"Saya rasa tidak akan memakan waktu selama itu."
"Oh ya? Kamu selain pemandu gadungan juga peramal gadungan?"
Pria itu tidak menjawab hanya melempar senyum yang terlihat misterius bagi Mahika.
"Mau makan? Setelah itu aku antar kamu pulang."
"Ada tempat yang kamu rekomendasikan?"
"Tentu saja, itu keahlianku." Lelaki itu menepuk dadanya dengan pongah.
Tapi tentu saja Sagara menepati ucapannya, dia membawa Mahika ke tempat makan yang enak. Mahika dapat melihat wajah Pria itu terlihat benar-benar bahagia ketika makan atu membahas makanan. Selesai dengan makan malam yang ternyata dekat dengan tempat Mahika menginap, mereka berjalan kaki kesana. Hitung-hitung menurunkan makanan.
"Di sini." ucap wanita itu begitu melihat bangunan tua yang dia tempati, dia menyebutkan a salah stau apartemen dari AIRBNB. Sagara melihat sebentar ke bangunan itu sebelum melihat ke arah Mahika lagi. "Terima kasih sudah menemani, untuk makan malamnya berapa ya?" dia merogoh kantong celananya. Pria itu tadi sudah mengambil bill dan membayar tanpa membiarkan Mahika mengetahui nominalnya.
"Besok saja gantian kamu yang membayar."
"Besok?" beo Mahika.
"Iya, besok. Besok saya jemput jam berapa?"
"Ha?"
Pria itu tertawa pelan, "Mahika, besok saya masih menemani kamu keliling di Paris. Ingat 'kan saya bilang saya mau jadi guide kamu selama di sini?"
"Kamu menganggur sekali ya di sini? Atau kamu memang hobi menawarkan diri menjadi guide ke setiap orang?"
"Tidak, hanya ke kamu." pria itu tersenyum, "Karena orang lain yang saya tahu rata-rata pergi dengan pasangannya atau dengan travel agent." Sagara memasukkan kedua tangannya ke kantong celana. "Saya jemput pukul sembilan? Kita bisa sarapan bersama lalu berkeliling Paris lagi."
Mahika mengangguk, tidak berniat menolak memang karena Sagara adalah teman perjalanan yang menarik. Dia bisa mengimbangi pembicaraan Mahika dan menimpalinya. "Pukul sembilan, di mana?"
"Saya jemput di sini, Mahika. Sekarang kamu masuk. Jangan lupa kunci pintu dan pastikan jendelanya juga terkunci. Kamu sudah punya kontak kedutaan Indonesia kan? Itu perlu jika kamu berpergian sendiri seperti ini."
"Sudah. Sudah saya simpan." Mahika mengangkat ponselnya. "Terima kasih, Gara. Hati-hati di jalan."
Sagara pergi setelah melihat Mahika memasuki gedung tua itu sedangkan Mahika langsung merebahkan dirinya ketika dia sampai di unitnya, tidak lama ponselnya berbunyi. Panggilan Whatsapp.
"Halo Dee. Ada apa?"
"Heh orang yang kabur! Gimana di Paris seorang diri?"
"Menyenangkan. Tidak sendiri juga sih. Ada sesama warga Indonesia yang menemani."
"Laki atau perempuan, Mba?"
"Laki, namanya Sagara."
"Cieeeee, pergi jauh membawa berkah!"
"Apa sih, Dee?"
"Ganteng gak, Mba?"
"Lebih ganteng, Arjuna." Sahut Mahika asal, padahal jika diingat-ingat pesona Sagara yang setengah bule itu membuatnya kebih ganteng dibanding Arjuna.
"Bohong! Tapi hati-hati ya, Mba. Namanya juga di negara orang. Gak tau dia niatnya apa."
"Iya bawel, sekarang masih subuh kok lo bisa hubungin gue, sih?" Mahika melirik jam yang berada di atas televisi. Pukul sembilan malam di paris, berarti sekitar pukul dua tengah malam di Jakarta.
"Kebangun, Mba. Terus kepikiran ganggu lo."
"Arjuna?"
"Juna masih molor kali jam segini mah."
"Eh tau gak, Dee? Project bulan depan kan? Perwakilan perusahaan itu ada yang suka Arjuna, lho."
"Biarin, dia udah tua. Waktunya nikah." nada ragu terdengar membuat mahika terkikik.
"Yakin?" goda Mahika lagi.
"Bodo ah, Mba. Ceritain lagi sama gue abis lo jalan sama Sagara besok! Bye." putus Diandra membuat Mahika tertawa.
Hari ini menyenangkan.
12/9/19
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro