HAFH - 22
Repub tanpa edit 13/9/20
16/11/29
22/6/21
Author Note:
Repub 1/7/20 tanpa edit, typo bertebaran.
Halo Sagara, saya tidak tahu kamu suka mengambil foto saya.
Hanya itu balasan yang ada di kepala Mahika, tidak lama kemudian balasan lain muncul.
Saya juga tidak tahu sebelumnya kalau saya suka mengambil gambar orang lain. By the way, glad you reach out to me. Maaf, saya tadinya berniat mencarimu ketika semua kegilaan pekerjaan ini selesai.
Mahika masih memikirkan akan membalas apa ketika ada pesan lain masuk.
Can I have your phone number now? I miss your voice.
Yang Mahika ingin lakukan adalah berhuling-guling di ranjangnya. Entah karena malu atau senang.
Sadar umur, Hika! Sudah mau kepala tiga kelakuan kayak ABG.
Dia lalu mengetikkan nomer ponselnya, tidak lama kemudian ada nomer tidak di kenal menghubungi. Debaran di dadanya sangat kencang.
"Halo."
"Halo, Mahika."
"Sagara?"
"God, i really miss your voice."
"..."
"Saya senang kamu mencari tahu tentang saya, itu tanda saya boleh mendekat 'kan?"
"..."
Terdengar tawa dari seberang yang membuat Mahika bingung.
"Kalau kamu diam terus saya anggap sebagai iya. Sudah malam, sebaiknya kamu tidur. Saya jemput besok saat pulang kerja boleh?"
"Kamu tahu kantor saya?"
"Saya tadi sempat melihat akun mu sambil menunggu balasan, kamu men-tag kantormu di beberapa postingan." Pria itu tertawa di akhir kalimatnya yang membuat Mahika merasa bodoh seketika.
"Apa tidak merepotkan menjemput saya? Pekerjaanmu sudah selesai?"
"Tidak, sama sekali tidak merepotkan. Saya akan mencoba menyelesaikan lebih cepat besok, jadi apa saya bisa menjemputmu?"
"..."
"Hika, kalau kamu tidak menjawab saya artikan sebagai iya. Saya jemput besok pukul lima sore. Sekarang istirahat, jangan lupa berdoa sebelum tidur. Can't wait to see you tomorrow."
###
Hari ini Mahika tidak bisa berkonsentrasi dalam pekerjaannya. Semalampun dia hampir tidak bisa memejamkan mata karena rasa gugup yang menghampirinya, sehingga menimbulkan lingkaran hitam di bawah mata. Biasanya dia tidak akan memikirkan hal itu tetapi sekarang dia menaruh perhatian lebih untuk bagian hitam tersebut. Teman yang dia tahu pesolek adalah Diandra, jadi sebelum jam pulang kantor dia memutuskan untuk menyambangi meja wanita itu meskipun dengan resiko dia akan heboh sendiri.
"Dee.." Mahika berjalan mendekat ke meja wanita yang tengah sibuk dengan tumpukan dokumen yang harus dia distribusikan.
"Ya, Mba? Kenapa?" Dia menoleh ke arah Mahika yang terlihat memilin tangannya.
"Anu..."
"Anumu kenapa, Mba?" Wanita itu menahan tawanya.
"Jangan motong ucapan orang dong!"
"Mba lucu lagian, kenapa sih?"
"Bisa tolongin gue gak?"
"Bisa kalau ga soal duit, kalo duit gue nyerah, Mba. Akhir bulan dan gue gak punya duit."
"Siapa juga yang mau minjem duit sama lo, jelas-jelas duit lo gak pernah ada." Gerutu Mahika yang membuat wanita itu tertawa.
"Ya terus kenapa? Ini tumben lho lo nyamperin gue, hal penting nih pasti."
"Tolongin gue soal ini bisa?" Mahika menunjukkan lingkaran hitam di bawah matanya yang membuat Diandra menyipitkan mata curiga.
"Lo mau kencan ya?"
"Gak kencan...cuma ketemu orang."
"Siapa?"
"Sagara..." Suara Mahika berubah menjadi cicitan tetapi tetap bisa Diandra tangkap hingga wanita itu memekik girang.
"Sumpah?! Dia nyari lo, Mba?! Ceritain cepet!"
Mahika hanya bisa menghela napas lalu menceritakan kejadian semalam hingga Diandra tertawa terbahak-bahak.
"Sukurin! Makanya jangan kebanyakan ragu sama sok jual mahal, kangen sendiri kan." Mahika hanya bisa mengerucutkan bibirnya karena kesal, "gausah sok imut Mba, inget umur mau kepala tiga. Sok-sok ngerucutin bibir, keriput ntar yang ada." Tentu saja ucapan itu dihadiahi pukulan kencang di punggung Diandra yang membuat wanita itu mengaduh secara berlebihan.
"Mau bantu gak? Kalau gak gue pergi aja!"
"Eh jangan, jangan. Ntar dia lihat lo kaya gini yang ada kabur! Tapi bentar, gue mau lihat akun instagramnya dulu."
"Ya Tuhanku, Mba Mahika! Ini lo dibuang ikan lele dapet paus sperma! Gue yakin bule gini gede!"
"Otak lo ya, Dee! Jangan deket-deket sama Arjuna dulu bisa ga sih?!" Diandra hanya bisa mengeluarkan cengiran lebarnya lalu mengulir ponselnya lagi.
"Eh yang ini ganteng, Mba. Kenalin ke gue dong..." Diandra menunjukkan salah satu foto Sagara yang tengah foto bersama-sama dengan beberapa teman lainnya.
"Nanti kalau gue jadi sama dia."
"Cieeee jadi mau nih pacaran sama Sagara? Cieee."
"Berisik, Dee. Cepet ini lingkaran hitam gue mau diapain?"
"Janji dulu tapi, kalau jadi gue dikenalin sama yang tadi."
"Iya, iya bawel."
Diandra lalu mengeluarkan peralatannya dan menggandeng wanita itu ke toilet, untung saja lantau direksi mempunya toilet sendiri dan selalu sepi jadi dia bisa mendadani Mahika dengan leluasa. Setelah membersihkan muka wanita itu dia mulai mendadaninya lalu mengakhirinya dengan lipstick Dior miliknya yang berwarna mauve. Dandanan sederhana tetapi Mahika terlihat berbeda karena wanita itu memang jarang berdandan, saa berpergian kemarin pun dia hanya memakai lipstick berwarna coral agar tidak pucat.
"Nih selesai. Cantik." Puji Diandra tulus sambil merapihkan rambut sebahu Mahika, "Balik ke meja gih, beresin barang-barang. Bentar lagi jam lima, jangan biarin dia nunggu. Nanti ditilep sama orang sini." Wanita itu pun berlalu setelah mengucapkan terima kasih, dia langsung membereskan barang-barangnya kemudian turun ketika jam sudah menunjukkan pukul lima.
Debaran di dadanya tidak main-main ketika dia melihat sosok itu diantara kerumunan orang yang baru pulang bekerja. Pria itu menggunakan celana chino berwarna coklat tua yang dipadukan dengan kemeja berwarna putih yang lengannya di gulung hingga sebatas siku tengah membelakanginya. Ketika Mahika mendekat dia bisa menghidu aroma yang dia suka, oceanic. Pria itu berbalik dan menemukan matanya lalu tersenyum.
"Halo, Hika."
Haloo bwaaaanggg
Jangan lupa ikutin cerita Diandra dan Arjuna yaa, judulnya Deore.
Jgn lupa juga follow ig @akudadodado hihihi
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro