Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

||6. Rutinitas Malam Jiminie||

Kedua mata bambi Jungkook fokus membaca deretan huruf yang tidak ada habis-habisnya itu. Kepalanya terasa panas sebab sulit sekali rasanya memahami pelajaran sejarah itu. Sudah tiga hari Jungkook tidak sekolah untuk fokus memulihkan kakinya, tetapi saat ia memutuskan untuk sekolah kembali. Ia justru diberi kabar bahwa esok hari itu akan diadakan ujian harian sejarah. Sungguh sial. Otaknya terlanjur dimanjakan tiga hari ini, hingga sekarang membeku. Sejujurnya Jungkook bisa saja meminta izin satu hari lagi besok. Namun hal itu jelas akan membuatnya mengikuti ujian susulan. Tidak. Ujian susulan lebih buruk. Sebab hanya akan ada guru sejarah yang menyeramkan di sisinya.

"Tok-tok. Paket."

Jungkook menoleh ke sumber suara. Di sana Park Jimin tersenyum lebar sembari membawa segelas susu. Tanpa menunggu sahutan yang lebih muda, Jimin melangkah memasuki kamar maknae line. "Segelas susu pisang dari Hyung terbaik Jungkookie."

Jungkook menerimanya. "Terima kasih, Hyung." Jungkook lantas langsung meneguk minuman favoritnya itu. Tidak menunggu waktu lama untuk habis.

"Aigoo. Adik Hyung ini pintar sekali, eoh? Langsung habis begini." Jimin menoel-noel pipi Jungkook. Merasa risih Jungkook menghindar, sekaligus berusaha menghentikan gerakan liar tangan mungil Jimin.

"Hyung hentikan," rajuk Jungkook tanpa sadar. "Sana pergi. Aku harus lanjut belajar. Nilai sejarahku tidak boleh lebih buruk dari yang sebelumnya."

Jimin mengernyit. "Eiy. Kalau tidak salah nilai sejarahmu yang sebelumnya sudah cukup baik, Kook. Turun sedikit tidak masalah."

Jungkook memalingkan wajah. "Mana bisa begitu."

Jimin mengambil gelas kosong Jungkook. Mengusak puncak kepala anak itu seraya berkata, "Ya sudah terserahmu lah Kook. Tapi ingat jangan terlalu memforsir tenagamu. Jika lelah istirahatlah." Selepas berkata demikian, Jimin lantas melenggang pergi dari sana. Kembali menyisakan Jungkook bersama keheningan.

Jungkook melirik sekilas ke arah kepergian Jimin. Napasnya terembus pelan. Jimin itu selalu demikian. Selalu memintanya atau yang lain agar tidak memaksakan diri. Apakah ia tidak sadar kalau dirinya sendiri bahkan tampak lebih sering memaksakan diri. Jungkook bahkan seringkali tidak sengaja mendapati Jimin belajar hingga dini hari di ruang menonton.

*

Jungkook tertidur pukul dua belas malam. Di sebelahnya ada Taehyung yang sudah lelap sejak sejam yang lalu. Pemuda itu tampak nyenak dengan guling yang ia peluk. Jungkook baru saja hendak memejamkan mata ketika melihat Jimin yang turun dari ranjang di atasnya. Pemuda itu bergerak sepelan mungkin agar tak menimbulkan suara yang menganggu kedua saudaranya.

Jungkook tetap memerhatikan diam-diam sampai akhirnya Jimin keluar dari kamar mereka sembari membawa beberapa buku tebal. Jungkook lantas ingin bangkit, tetapi tiba-tiba saja Taehyung berbalik dan memeluknya seraya bergumama tidak jelas. "Dasar beruang satu ini," decak Jungkook, kemudian mencoba meloloskan diri tanpa membangunkan Taehyung.

Setelah berhasil lolos dari jeratan Teahyung. Jungkook menyusul Jimin dengan membawa bukunya juga. Pencahayaan di rumah itu remang-remang, hanya satu lampu kecil di dapur yang masih menyala. Jungkook menyeret kakinya menuju ruang menonton, dan tidak salah lagi. Di sana Jimin tengah fokus membaca dan sesekali mencoret sesuatu di atas kertas hanya dengan bertemankan lampu belajar.

Jungkook melangkah pelan mendekati pemuda dua tahun lebih tua darinya itu. Lalu tanpa aba-aba langsung duduk di hadapan Jimin. Sontak membuat pemuda itu mengangkat kepala sejurus kemudian membulatkan mata sipitnya begitu menemukan Jungkook duduk di sana. "Kook apa yang kau lakukan di sini?"

"Belajar. Apa lagi?"

"Tapi ini sudah malam. Seharusnya kau tidur. Dan bukankah tadi kau sudah tidur bersama Taehyung?"

"Tidak jadi. Tiba-tiba saja kantukku hilang." Jimin meletakan penanya, menghela napas panjang. Mendapat respon demikian Jungkoong menyambung. "Memangnya kenapa sih? Hyung kan juga sedang belajar padahal malam-malam begini. Masa aku tidak boleh ikut?"

Jimin memejamkan matanya sesaat, sebelum berujar tenang. "Ya sudah. Tapi kalau nanti sudah mengantuk lagi, langsung kembali ke kamar dan tidur. Kasian Taehyung kau tinggal sendirian."

Jungkook cuma mengangguk. Jimin lantas kembali menyelami deretan huruf yang ada di depannya. Hampir satu jam kemudian berlalu. Hanya keheningan yang terisi di antara keduanya. Jungkook sesekali melirik Jimin yang sama sekali tidak tampak mengantuk.

"Hyung," panggilnya pelan.

"Hmm." Jimin cuma menyahut dengan gumaman tanpa mengalihkan perhatian dari bukunya.

"Hyungie, tidak mengantuk."

Jimin menggeleng. Detik berikutnya memindahkan atensi ke Jungkook. "Kenapa? Kau sudah mengantuk? Kalau begitu tidurlah di kamar."

Jungkook spontan menggeleng. "Tidak," tandasnya. Jungkook tak melakukan kegiatan apa pun seharian di rumah. Jadilah tenaganya cukup untuk begadang malam ini. Jimin mengangguk, lalu hening lagi. Jimin barangkali tampak sangat fokus dengan pelajarannya. Namun percayalah, setiap beberapa menit sekali ia akan mencuri lirikan ke Jungkook untuk memastikan anak itu sudah lelah apa belum. Tetapi sepertinya setelah puluhan menit berlalu, anak itu sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan tidur.

Jimin mengembuskan napasnya. "Tidurlah, Kook."

Jungkook mengangkat sebelah alisnya. "Aku tidak mengantuk."

"Meskipun begitu kau harus tetap tidur, ini sudah sangat larut. Kau sekolah kan besok? Hyung tidak mau ya, kau sulit dibangunkan besok pagi."

Jungkook terdiam sesaat. "Aku akan tidur kalau hyungie juga tidur."

Di luar dugaan Jimin langsung meletakan pulpen dan menutup bukunya, lalu berdiri. "Ya sudah, ayo."

Jungkook ikut berdiri, sejurus kemudian keduanya sudah kembali ke kamar mereka. Alis Jimin kontan terangkat begitu Jungkook justru menaiki ranjang atas, padahal tadi ia tidur bersama Taehyung.

"Kenapa malah melamun di situ, Hyung. Ayo cepat naik."

Tanpa protes Jimin menuruti permintaan adiknya itu. Waktu sudah semakin larut, ia tak mau membuat keributan dengan berdebat. Ia mematikan lampus sebelum naik ke ranjang. Jungkook tidur dekat dengan dinding, sedangkan Jimin di pinggir. Segera, Jimin memejamkan matanya, tetapi ia masih bisa merasakan kalau Jungkook sedang menatapnya saat ini. "Tidurlah, Kook."

"Hyungie, aku ingin mengatakan sesuatu." Jimin membuka mata, meski yang ia lihat tetap sama-sama gelap sebab tak ada pencahayaan. "Hyungie tau tidak kenapa Hyungie tampak semakin jelek belakangan ini?"

Kedua alis Jimin tertaut. "Kook—"

"Karena Hyung terlalu memforsir tubuhmu. Lihat saja nanti, kalau Hyung terus-terusan begitu, tinggi Hyung nantinya tidak akan bertambah, kalah denganku."

"Hei, mana ada hubungannya. Siapa pula yang memforsir tubuh."

Jungkook tak menyahut, alih-alih bergerak memunggungi Jimin. Beberapa saat kemudian, ketika Jimin telah memastikan kalau Jungkook sudah tertidur, pemuda itu hendak beranjak turun dan melanjutkan acara belajarnya. Namun dugaannya salah, sebab baru saja punggungnya terangkat beberapa senti, Jungkook sudah menahan lengannya seraya berkata. "Sudah, Hyung. Jangan memaksakan diri."

Jimin terdiam sesaat, sebelum akhirnya kembali merebahkan diri seraya mengusap-usap pelan puncuk kepala adiknya.

Satu hal yang Jimin yakini, Jungkook pasti sudah mengetahui kegiatannya setiap larut malam.

Behind The Scripts

"Jungkookie!" Paginya Jungkook terbangun karena seruan tersebut. "Kau penghianat. Bukannya sudah berjanji akan tidur denganku seminggu ini, tapi kenapa kau malah tidur dengan Jimin."

Jimin yang matanya masih terpejam di sebelah Jungkook menyahut. "Sudahlah, Tae. Jangan membuat keributan pagi-pagi buta begini."

Taehyung mendecih. "Pagi-pagi buta katamu? Hei ini sudah pukul tujuh."

Jungkook dan Jimin kontan membelakakan mata. "Apa katamu?! Kenapa tidak membangunkan kami dari tadi?!"

Taehyung melenggang santai. Menjulurkan lidah. "Sengaja."

Berikutnya terdengar kerusuhan antara Jimin dan Jungkook yang berebut masuk kamar mandi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro