Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1

Suasana malam yang gelap dengan hanya cahaya remang dari lentera dan pantulan sinar rembulan dari danau. Hari ini, 1 September seperti biasa para murid Hogwarts akan memulai petualangan mereka.

Dengan susah payah (y/n) pergi dari rumah paman bibinya tersayang -tolong tambahkan nada sarkas di sana-, nyaris melupakan cara memasuki gerbong dan menyebrangi danau hingga kini hanya terpaku berdiri tepat didepan gerbang besi kembar megah yang diapit dua tiang dengan dua babi bersayap diatasya.

Perlahan (y/n) melangkah, mempersempit jaraknya dengan gerbang masuk yang terbuka lebar, tak terlihat siapapun sejauh mata memandang karna hampir semua sudah mendahuluinya.

“(Yyy/nnn)...!” pekikan khas yang familiar di telinga segera membuat (y/n) menoleh. Surai (h/c)nya yang tergerai pun seakan memambai pada si surai pink; Perona, pemilik suara tinggi yang sangat ia kenal. Senyum segera terkembang saat teman pink nya itu berlari dan berakhir memeluknya erat.

“Bagaimana liburan musim panasmu?” tanya Perona dengan nada antusias serta tak lupa senyum kekanakannya setelah sebelumnya melepas pelukan. Tanpa sadar senyumnya memudar dan tergantikan dengan tatapan kesal saat pandangannya jatuh pada wajah kawan karibnya itu.

“Kalian tidak melupakan aku, bukan?” semua perhatian dengan cepat beralih pada gadis bersurai Vermilion yang tengah berjalan mendekati mereka dengan langkah pasti dan senyum manis yang sudah lama tak mereka lihat.

“Iska!!” sapa Perona dengan nada kekanakannya sembari melambai antusias. “bagaimana liburan musim panasmu?” dengan cepat dia memberikan pelukan erat pada Iska. Dalam hati, (y/n) berharap telinga Iska masih tetap berfungsi dengan semestinya setelah Perona menanyakan kabar dengan suara nyaringnya tepat di telinganya.

“Baik seperti biasa, tidak ada yang menarik.” jawab Iska lembut. perlahan matanya berkeliaran liar menyisiri detil detil kecil yang mungkin berubah dari kedua temannya, sampai akhirnya iris coklatnya menemukan sebuah kejanggalan. “bibimu?” dengan cepat (y/n) menolehkan wajahnya, berusaha memblokir tatapan jeli teman vermilionnya ini.

“Sudah berapa kali aku-”

“Aku tidak sengaja terpeleset di tangga, hanya itu, Iska.”  sela (y/n) dengan sedikit nada tidak nyaman. Jarinya perlahan meraba sudut bibir kirinya. “tidak ada hubungannya dengan mereka.”

“kau terlalu baik pada mereka, (y/n).” Kata iska sebelum menaiki kereta yang nampak ditarik oleh Thestral. 

(y/n) hanya diam, tak menanggapi ucapan temannya itu dan asyik memandangi Thestral yang mulai melangkah. Hanya dia yang pernah melihat kematianlah yang bisa melihatnya, begitulah yang ia dengar. Salahkan Im yang membuatnya seperti ini.

Bocah sembilan tahun yang seharusnya melihat betapa indahnya dunia terpaksa mengetahui apa itu kematian tepat di depan matanya. Itu bukanlah hal mudah, ditambah dengan hak asuh yang saat itu juga jatuh ke tangan bibinya yang entah darimana muncul dengan wajah sedih sebelum wajah aslinya terlihat lebih mengerikan dari Snullygaster. Jika ingin menaruh rasa dendam, Im lah yang cocok mendapat hak istimewa itu dibanding dengan bibi Muggle-nya yang bisa kapan saja ia lukai.

***

“Kyaa... aku merindukan ranjang nyamanku...” pekik Perona dengan nada kekanakannya. (y/n) hanya menggeleng melihat sisi lucu teman pink-nya ini sembari duduk di sisi ranjangnya, bersebrangan dengan Perona, sedang milik iska tak jauh didepannya dan satu lagi ranjang kosong milik Hancock yang rasanya telah lebih dulu meninggalkan ruangan.

Perlahan mata (y/n) menerawang kesetiap sisi ruangan, tak ada satupun yang berubah. Tempat tidur bertiang yang di tutupi bulu angsa hijau bertirai hijau, meja kayu di samping ranjang, permadani abad pertengahan yang menampilkan petualangan Slytherin yang terkenal di dinding. Rak buku kayu dan meja rias pun masih ditempat yang sama saat dia meninggalkan asrama.

“Kau memang selalu merindukan ranjangmu, perona...” goda Iska sembari mencari jubahnya.

(y/n) segera menangkap perdebatan kecil kedua temannya ini, salah satu hal yang tak berubah. Menyampingkan pertikaian kecil,
(y/n) mempersiapkan seragam yang akan ia kenakan sebelum memasuki kamar mandi.

Selang beberapa waktu, (y/n) keluar dengan pertengkaran kedua temannya yang masih berlanjut dan bahkan kini merambat ke masalah yang lain. Benar benar cara yang aneh untuk mengutarakan rasa rindu.

“Aku pergi lebih dulu.” Kata (y/n) sembari meletakkan pakaiannya diatas kasur dan memberikan Mr. Fluffy beberapa belaian lembut di kepalanya.

Dua yang lain segera menoleh pada
(y/n) dengan tatapan kaget, seakan baru saja menemukan hal yang selama ini hilang sebelum kembali saling menyalahkan satu sama lain.

Dengan langkah pasti (y/n) menuju pintu kamar asramanya, masih dapat ia dengar kata ‘Hati-hati, (y/n)’ dari Perona sebelum ia menutup pintu yang kini hanya menyisakan suara derak api obor di dinding dungeon yang bertugas menerangi setiap langkahnya menuju ruang rekreasi Slytherin.

Tak butuh waktu lama, pintu masuk ruang rekreasi terlihat memancarkan sinar hijau yang lebih terang.

melangkah masuk, iris (e/c) (y/n) segera menyisir ruang rekreasi yang tak berubah sama sekali, dinding dan langit langit batu yang kasar, lampu bulat kehijauan tergantung dirantai, perapian yang memberikan suara menenangkan, serta ukiran rumit siluet para Slytherin disekitar kursi.

Senyum segera merekah di wajah
(y/n) kala melihat wajah orang orang yang sudah lama tak ia temui. Ada rasa hangat saat beberapa dari mereka menyapanya walau sekilas, inilah rasanya mempunyai sebuah keluarga besar dimata (y/n), dia bisa merasakan nyaman berada diantara orang orang yang mengertinya, berbeda dengan rasa nyaman bersama dengan penghuni asrama lainnya.

“(y/n),” lamunan (y/n) segera buyar saat suara berat yang sudah lama tak ia dengar masuk ke indra pendengarannya. Mata (y/n) segera mencari asal suara itu dan segera menemukan si empu suara tak jauh darinya, saat itu juga matanya segera membentuk lengkungan indah kala Katakuri berada dalam jarak pandangannya. “sudah siap membuat masalah lagi?” dari nadanya nyaris tidak terdengar sedikitpun  keramah tamahan.

Namun, (y/n) dengan mudahnya tersenyum sebelum membalas. “Aku hanya akan bermalas malasan, seperti biasa.” Jawab (y/n) dengan enteng, membuat Katakuri terkekeh pelan sembari mengacak-acak rambutnya. sudah lama sekali rasanya saat terakhir kali (y/n) mendapat perlakuan layaknya adik kecil dari Katakuri.

“Kurangi bermalas malasan dan mulailah melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat,” saran Katakuri sebelum kembali berjalan menjauh menuju para Charlotte yang lain. “sebelum kau terjebak masalah lagi.” Kalimat terakhir Katakuri menusuk (y/n) tepat sasaran, ia pun hanya bisa tertawa getir sembari memberikan gerakan hormat pada Katakuri yang  berjalan menjauh.

“Hentikan cengiranmu itu, mengerikan!” Sebuah suara layaknya anjing menyalak menarik perhatiannya membuat (y/n) tanpa sadar menoleh pada si surai merah, Kid yang berjalan kearahnya dengan langkah lebarnya. “yo, bagaimana-” belum selesai dia menyelesaikan ucapan, sesuatu di sisi bibir (y/n) menarik perhatiannya. Tergambar jelas di wajah Kid raut khawatir serta kesalnya di sana.

Butuh beberapa saat bagi (y/n) untuk memahami perubahan suasana sebelum akhirnya dengan cepat menutupi bibirnya. “Harusnya aku memakai plester,” bisik (y/n) pelan sebelum matanya berkeliaran ke sekeliling, kebiasaan buruknya saat membuat sebuah kebohongan. “kau tahu, Kid, aku sempat terpeleset di tangga sebelum sampai ke Hogwarts.”

Kebohongan murahan seperti itu jelas dengan mudah diketahui Kid, bahkan tanpa dia mencari lebih dalam melewati tatapan mata (y/n). Si surai merah segera memberikan tatapan yang seakan mengatakan ‘lakukan apapun sesukamu, aku tak perduli’. Dia sudah lelah memberitahu (y/n) agar sesekali memberi pelajaran pada bibi Muggle-nya itu tapi, ia terus saja mendapat jawaban yang sama.

Seakan percakapan sebelumnya tak pernah terjadi (y/n) berjalan ringan dengan Kid di sampingnya menuju aula besar. Beberapa langkah berselang, (y/n) merasakan sesuatu yang aneh. Setelah menoleh pada Kid barulah ia sadar, hal aneh apa yang tengah terjadi; Kid kini lebih tinggi dari sebelumnya dan membuat (y/n) harus sedikit mendongak untuk menatap wajahnya. Seketika ia merasa menjadi sebuah semut jika berjejer dengan Kid.

Tak lama sebuah tepukan di pundak membuyarkan lamunan (y/n), dengan refleks cepat ia menoleh. “Yo!” sapa si pirang yang entah dari mana datangnya.

Mata (y/n) segera membulat saat menemukan wajah yang telah lama tak ia temui. "Killer!" Sapa (y/n) dengan senyum hangat, walau dalam hati ia tengah meratapi tubuh mungilnya yang kini bagaikan semut bila dibandingan dengan Kid dan Killer yang mengapitnya tapi, paling tidak Killer harus tahu jika (y/n) benar benar senang bertemu dengannya setelah lama tak berjumpa. “kukira kau sudah lebih dulu ke Aula besar.” katanya dan kembali melangkah.

“Aku tidak mungkin meninggalkan orang itu sendiri,” Kata Killer dengan ibu jari yang mengarah pada Kid. Sementara Kid langsung menatap Killer kesal dengan mengatakan sesuatu yang terdengar seperti geraman. “dia bisa menghancurkan segala hal.”

(y/n) yang sadar kebenaran kata kata Killer segera tertawa seakan dirinya adalah satu satunya manusia yang tak memiliki masalah. Setelah menyeka air mata di sudut matanya (y/n) kembali menoleh pada killer, tentunya dengan sedikit mendongak. “Bersenang senang diliburan musim panas ini?”

Killer sejenak terdiam, dalam sepersekian detik itu kesadarannya seakan tak berada di sana dan entah berkeliaran dimana sebelum akhirnya ia tersenyum lembut. “Tentu saja,” lanjutnya. “kau juga sepertinya bersenang senang?”

“Ha?” ada tanda tanya besar di kepala (y/n) setelah mendengar ucapan Killer. Belum selesai ia menemukan makna dari kata kata si pirang itu, yang bersangkutan menatap tepat pada sudut bibir (y/n). Seakan mendapat sebuah jawaban (y/n) segera terkekeh garing di sela langkahnya. “tentu saja aku bersenang senang, bahkan aku mendapatkan kenang kenangan.” Sembari menunjuk sudut bibirnya.

Mendengar jawabannya, kedua orang itu terdiam menyisakan (y/n) yang masih terkekeh, membuatnya merasa tidak nyaman dengan sedikit rasa bersalah, dengan cepat manik (e/c) Berpetualang liar.

“Bodoh.” celetuk Kid tepat saat mereka telah melewati ruang rekreasi dan berada di dungeon. Dengan hanya obor yang menjadi pencahayaan tanpa ada benda apapun lagi, kata ‘bodoh’ itu tentu saja bergema.

“Tidakkah kau paham arti dari lelucon, Kid?” tanya (y/n) dengan nada sarkasnya. Dia tidak bodoh, oke. Dia hanya tidak ingin membahas apapun tentang kehidupan di rumah ‘kesayangannya’ itu.

“Kau yang bodoh dalam hal lelucon.” Jawab Kid tak mau kalah, (y/n) tentu saja kalah jika mendebatkan hal hal seperti ini dengan Kid. “Killer! Kau harusnya bisa membuatnya menyadari kebodohannya itu!”

Yang namanya disebut hanya diam dengan mata yang terfokus pada (y/n) di sampingnya, seakan tengah memilah kata kata apa yang harus ia keluarkan untuk menyadarkan si bodoh tanpa menyakiti perasaannya. “Aku tahu kau bisa melakukan lebih dari semua ini.”

“Kau jangan membelanya, Killer...” balas (y/n) dengan nada memelas. Cukup Kid yang menjengkelkan, jangan Killer. Siapa lagi sosok yang bisa selalu menolong (y/n) dalam segala keadaan jika bukan Killer. Jika sudah begini mungkin (y/n) harus mulai memikirkan seseorang yang sebijaksana Killer.

“Tunjukkan jiwa Slytherin-mu pada mereka.” Kata Killer sembari mengacak acak rambut (y/n) yang memang sudah berantakan karna ulah Katakuri.

“Kukira aku bisa terlihat rapih di hari pertama ajaran baru.” Dan menghela napas panjang, sembari tangannya sibuk membenahi rambut acak-acakannya. Seketikaia teringat pada kucing kesayangannya. “apakah Mr. Fluffy juga kesal saat aku elus?” lanjut (y/n).

“Mungkin kau harus berhenti mengelus kucingmu itu,” celetuk Kid yang tidak pernah melewatkan celah kecil untuk mengganggu (y/n). “atau dia akan kabur saat kau tidur.”

(y/n) kali ini tidak menjawab dan hanya terdiam dengan jarinya yang masih menggantikan fungsi sisir. Namun dalam hatinya ia mengiyakan ucapan Kid, untuk kali ini saja tentunya.

***

Np.

Mungkin kalian bertanya tanya, siapa Iska.

Dia pertama kali muncul pada One Piece magazine vol. 2. Dia adalah letnan muda angkatan laut yang memburu bajak laut spade. Hubungannya dengan Ace sama dengam hubungan Smoker dan Luffy.

____

Di revisi, 29 Januari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro