❬ 6 ❭ Blood School
Tuhan...apakah engkau dapat mengembalikan seperti semula? Aku mohon kepada-Mu...aku tidak ingin mati..aku tidak ingin teman-temanku ikut mati juga...aku hanya ingin kembali seperti dulu lagi.
"Akhirnya aku menemukanmu,"
Mataku membuka secepat kilat, menatap dinding atas kamar yang berwarna putih. Jantung berdetak kencang, keringat dingin muncul di kening serta bagian badan belakang pegal. Kucoba bangun dari tempat tidur dengan pelan sambil memikirkan mimpiku kurang lebih 3 menit, arah bola berputar ke jam yang masih menunjukkan pukul 05.00 pagi. Aku segera mempersiapkan diri untuk kegiatan pagi hari sampai sore nanti.
Namaku Mirai, aku adalah gadis yang sangat tertutup. Setiap masalah yang sudah kualami, aku menyimpan ke dalam hati agar orang-orang lain tidak mengetahuinya. Aku tidak ingin masalah tersebut dibuka oleh orang lain. Di kehidupan sekarang, aku selalu menggunakan senyum tipis kepada orang sekitar sambil menyapa dengan lemah lembut. Tetapi senyum tipis itu adalah senyum paksa. Keinginkanku menjadi gadis yang sangat tertutup sekaligus gadis yang menyedihkan.
Setelah mempersiapkan diri pada pagi hari, aku berangkat sekolah sendirian. Tanpa ada teman yang akrab maupun sahabat. Pikiran masih tertuju pada mimpi, dimana mimpi itu bercerita kematian. Aku tidak yakin jika mimpi akan berubah menjadi kenyataan apa tidak, yang penting Tuhan tahu jalan kehidupan sekarang. Tiba-tiba ada suara seram memanggilku dari telinga kanan, langkahku berhenti. Kupandang arah belakang, tidak ada siapa-siapa. Hanya jalan perumahan yang masih sepi. Kutatap depan kembali dan berjalan menuju sekolah, suara seram datang kembali. Langkah berhenti cepat, jantung berdetak kencang, dan bulu kudukku berdiri. Kupandang arah belakang sekali lagi, tidak ada siapa-siapa. Ketakutanku muncul sehingga aku lari secepat kilat menuju sekolah.
❬✧✧✧❭
Sesampai di sekolah, aku melihat seluruh siswa sedang melihat sesuatu di tengah jalan masuk gedung sekolah. Telinga mendengar jeritan, tangisan, dan terheran-heran. Rasa penasaran muncul, maka kuberjalan ke arah tersebut sambil menerobos siswa-siswi yang tengah melihatnya. Mataku langsung melebar dan muka pucat membiru, tangan bergetar dan suhu dalam tubuh mulai dingin. Yang kupandang sekarang adalah SISWA TEWAS SECARA MENGGANASKAN. Ketakutan semakin meningkat dan rasa ingin pingsan, tiba-tiba kepala sekolahku datang dan memintanya semua masuk ke kelas masing-masing. Siswa-siswi membubarkan diri dan berjalan menuju kelas, termasuk diriku. Ketakutanku masih ada sehingga rasa tenang hilang di mataku.
Tidak lama teman sekelasku datang sambil menepuk bahu kanan dengan senyuman manis yang menghiasi kehidupan, "Selamat pagi Mirai. Pagi-pagi sudah pucat, kenapa ya?"
Aku terkejut dan segera memasang fake smile kepadanya, "Pagi Michelle. Ah tidak kok, tadi perutku sakit sehingga wajahku pucat. Tapi sekarang sudah mendingan,"
"Begitu ya," kata Michelle paham sambil masuk ke kelas 2-A. "Tetapi, tadi pagi ada kakak kelas 3 tewas di depan gedung sekolah. Aku tidak tahu siapa yang membunuh di pagi buta ini, kamu tahukan Mirai?"
Ketakutan muncul kembali, kata-kata yang diucapkan tadi tertusuk ke dalam hati. Aku menggeleng kepalaku, Michelle hanya ber-O ria. Aku mendengar suara jeritan dari salah satu temanku, kulihat dia yang tengah ketakutan setengah mati. Tanpa banyak bicara Michelle berjalan mendekatinya, "Tya kamu kenapa?"
"Lihat....itu," kata Tya menunjukkan tulisan darah di papan tulis, tangannya bergerak pelan dan bergetar. Aku melihat papan tulis itu yang bertuliskan, GETTING READY TO DIE. Mata melebar, badan bergetar 100% ditambah keringat dingin di kening. Siapa....yang....menulis...itu, batinku dengan rasa ingin tahu campur takut. Tiba-tiba, jendela sekolah tertutup rapat, begitu juga dengan gordennya. Siswa-siswi yang ada di sekolah menjerit histeris, kecuali aku yang hanya terkejut setengah mati.
"Aaa!!!!" jeritan salah satu temanku tertusuk ribuan pisau berkarat di bagian tubuhnya. Darah mengalir dan jatuh ke lantai berkayu, semua temanku ketakutan setengah mati dan ingin keluar dari sini. Michelle memegang tangan kiriku dengan erat, "Mirai. Ayo keluar dari sini."
"Iya..a" belum melanjutkan kataku sudah dipotong oleh jeritan teman lain. Teman lain melayang ke atas kemudian dilemparkan ke arah dinding keras hingga mati, semuanya lari mencari keluar tetapi sebagian besar kepala dipenggal hingga putus. Lalu kedua tangan diputar hingga tulang patah dan ditarik lebih keras, ribuan alat tajam berkarat melayang dan menyerang semua siswa, akhirnya semuanya tertusuk hingga ujung alat tajam tembus. Aku dan Michelle bersembunyi di dalam kamar mandi perempuan bersama kakak dan adik kelas setelah lari menghindar dari bahaya tersebut.
Hati penuh harapan, tangan dingin panas, dan keluar keringat di sekujur tubuh. Setelah beberapa menit, akhirnya selamat. Kuhela nafas lega, begitu juga lainnya. Tiba-tiba lampu di kamar mandi mati secara tiba-tiba. Yang semula lega kembali takut, jeritan kembali muncul saat seorang jatuh ke lantai dan terseret secara tiba-tiba. Kuraih tangan dia untuk menariknya kembali. Tetapi tarikan kuat sekali, melebihi tarik tali tambang. Michelle menolongku dari belakang bersama yang lain. Sayang, aku tidak bisa menolongnya. Dia telah masuk ke dalam toilet dengan keras hingga tewas.
Semuanya langsung jatuh dengan tiba-tiba, begitu juga temanku sendiri. "Mirai tolong aku!!!" teriak Michelle saat dirinya sudah mengambang, dia langsung di lempar ke jendela sekolah. Bruak..seketika temanku ikut tewas, yang lainnya masuk ke dalam toilet dan dibanting secara keras hingga mati. Yang tersisa hanya aku, segera kubuka pintu kamar mandi dan berlari cepat.
Tetapi ada seseorang muncul dihadapanku, " Mirai~~"
Bulu kudukku berdiri tegak, mata melebar, berjalan mundur dengan pelan. Pikiranku sudah kacau karena ketakutan melanda di fikiranku, "Azriel-kun...kau..."
" Aku kembali Mirai-chan, kau senang melihat semuanya sudah mati?" kata Azriel dengan senyum creepy, dia berjalan menghampiriku dengan pelan. " Aku yang membunuh mereka,"
"Kenapa kau membunuh orang tidak berdosa? Kenapa?" tanyaku berjalan mundur untuk menghindar Azriel yang berwujud mengerikan. Wajah penuh goresan, baju penuh darah, berambut putih, memegang pisau berkarat, dan mata merah hitam.
" Kenapa kau bertanya begitu?" kata Azriel berhenti tiba-tiba. " Kau masih ingat tidak dengan 2 bulan yang lalu,"
2 bulan yang lalu? Aku mencoba mengingatnya karena sudah lupa. Saat itu Azriel terkena pembullyan di sekolah. Semuanya memusuhi dan menjauhinya satu persatu, kecuali aku yang masih menjadi teman. Suatu hari, kakak kelas 3 menyuruhku membunuh lelaki itu tetapi aku menolak karena tidak ingin dia mati. Tanpa sebab, kakak kelas 3 membunuhnya di belakang sekolah.
"Sekarang tinggal menusuknya pada bagian jantungnya, hei Mirai-chan coba kau tusuk dia dengan pisau ini." Kata kakak kelas 3-A memberikan pisau kepadaku, badanku bergetar saat melihat benda tajam itu.
"Ya, Mirai-chan. Kau adalah teman kami. Jadi bunuhlah dia," kata kakak kelas 3-C senyum jahat dan menatap tajam ke Azriel yang tubuhnya dipenuhi luka tusukan.
"Jangan Mirai-chan..." kata Azriel menghentikanku. Aku sangat bingung, apakah aku harus melakukan ini apa tidak? Tetapi kakak kelas itu memaksaku menusuk Azriel, aku menolak tetapi mereka tetap memaksaku. Takdir berkata lain, kututup mataku sambil mengeluarkan air mata. Crash.
Kupegang kepalaku dengan tangan bergetar, Kejadian 2 bulan lalu telah terbuka di ingatanku, seharusnya aku tidak membuka peristiwa itu. "Maafkan aku Azriel-kun...kakak kelas itu tetap memaksaku untuk membunuh kau. Tolong maafkan aku!!"
" Karena kau sudah mengingatnya, sebaiknya kau MATI" kata Azriel melemparkan pisau karat kepadaku, aku sempat menghindar dan berlari mencari tempat aman. Aku merasa maafku tidak diterima karena telah melakukan berdosa, kuteteskan air mataku sambil berlari ke atas gedung sekolah. Sampai disana, segera duduk dan bersandar di pintu sekolah. Lutut kupeluk sambil berharap Tuhan dapat mengembalikan seperti semula.
"Tuhan...apakah engkau dapat mengembalikan seperti semula? Aku mohon kepada-Mu...aku tidak ingin mati..aku tidak ingin teman-temanku ikut mati juga...aku hanya ingin kembali seperti dulu lagi." Air mata terus mengalir membasahi kornea dan pipi, ketakutan sudah mencapai puncak, wajah memucat biru. Posisiku akan tetap seperti ini sampai ada seseorang menolongku.
" Akhirnya aku menemukanmu," kata Azriel muncul di depanku dengan senyum creepy. Aku terkejut setengah mati, dia langsung menusukku pada bagian JANTUNG.
❬✧✧✧❭
Setelah kejadian itu, polisi datang menghampiri ke sekolahku untuk melakukan menyelidikan peristiwa ini. Sehingga mereka memberi garis polisi pada gedung tersebut. Selain itu polisi mengangkat mayat yang ada di dalamnya dan membawa ke rumah sakit untuk melakukan autopsi.Tuhan, apakah engkau hidupkan aku kembali? Aku mohon kepada-Mu HIDUPKAN AKU KEMBALI. Tuhan membalas doaku, beliau menghidupkanku kembali. Tetapi,
" Mirai-chan, sepertinya kita kedatangan tamu. Apa kau sudah siap?" kata Azriel melihat sekumpulan anak gaul memasuki sekolahku setelah meneboros garis polisi dari atas gedung sekolah. Dia memandangku sambil mengasah kedua pisau karat.
" Tentu saja, Azriel-kun" kataku dengan membawa kapak karat, senyuman creepy, dan mata merah hitam menyala. Bersiap menghantui mereka dan MEMBUNUHNYA HINGGA DARAH MENGALIR KEPADAKU DAN TEMAN SETIAKU.
Aku kembali hidup dalam wujud mengerikan. Aku dan Azriel telah bersumpah bahwa siapapun yang memasuki wilayah sekolah dengan seenaknya, maka kalian akan mati dalam waktu 3 detik.
-The End-
BAGAIMANA? CERITA SERU KAN? MAAF YAH JIKA ADA KESALAHAN KATA, BAHASA KURANG PAHAM DLL
THANK YOU EVERYONE
ARIGATOU GOMAIZU :)
SALAM
A
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro