Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❬ 3 ❭ @AidaLtfh - Waktunya Bermain

"Rani,Sasa,Riko,Zefan,Wili kalian ibu hukum!!" Teriak Bu Rika.

Sekarang mereka sedang berada di ruangan yang tidak pernah ingin di masuki oleh murid manapun yaitu ruang BK tetapi mungkin itu tidak berlaku untuk kelima remaja yang habis di pergoki ingin kabur melewati tembok samping sekolah.

"Ga bosen apa Bu ngebujuk kita Mulu, kali-kali kasih hadiah ke jangan hukuman." Ucap Riko malas.

"Seharusnya ibu yang bilang gitu, ga bosen apa kalian buat masalah terus." Timpal Bu Rika.

Sasa sudah jengah dengan Bu Rika yang setiap hari kerjaannya hanya mengomeli mereka saja "Yaudah kalo mau ngasih hukuman cepet, tinggal sebutin hukumannya doang lama banget."

"Tidak sopan kamu Sasa!!." Bu Rika sudah ke habisan kesabaran menghadapi kelima remaja ini, ini sudah yang ke sekian kalinya mereka berada di ruangan laknat itu.

"Lagian ibu kebanyakan ngomong, dari tadi ngomong mau ngasih hukuman tapi sampe sekarang engga di sebutin tuh hukuman bikin kaki saya pegel aja." Sasa memutar bola mata malas.

"Tau nih ibu, seneng banget lama-lama sama kita." Timpal Wili.

"Sudah, ibu cape ngadepin kalian. Ibu hukum kalian untuk membersihkan kebun belakang sekolah."

"Itu aja kan, yaudah sip." Balas Rani dengan santai.

"Kalian harus memotong rumput nya hingga rapih dan pendek, lalu potong ilalang-ilalang yang sangat tinggi dekat kebun setelah itu kalian pindahkan kursi-kursi rusak di dekat situ agar tidak merusak pemandangan. Pokoknya kalian harus buat kebun itu jadi rapih dan bersih." Lanjut Bu Rika dengan lantang membuat kelima remaja itu tercengang didepannya.

"Ga sekalian suruh kita bongkar pasang ni sekolah Bu." Ucap Zefan yang sedari tadi hanya diam.

"Sudah jangan banyak protes, cepat lakukan."

❬✧✧✧❭

"Buset cape gua, dikira gua tukang kebun kali." Keluh Wili.

Kini Wili dan keempat temannya sedang merebahkan tubuhnya di rerumputan yang sudah mereka potong dengan rapih. "Yaah kuku gua jadi rusak, ngeselin banget sih tuh guru." Gerutu Rani.

Zefan hanya diam memerhatikan teman-temannya yang sedang meruntuki Bu Rika tanpa berniat mengikuti teman-temannya.
Seketika perhatian Zefan teralihkan ke arah pintu gudang yang berada tak jauh dari posisi mereka. "Ngapain liatin gudang terus Fan." Semua langsung memberhentikan aktifitasnya setelah mendengar pertanyaan Sasa.

"Tuh, sekolah kita punya dua gudang tapi kenapa gudang ini ga pernah di buka, padahal gudang yang di depan udah penuh." Tunjuk Zefan memakai bibirnya ke arah gudang yang di maksud.

"Mungkin kejauhan, kan gudang yang ini jauh, harus ke belakang dulu." Ucap Rani sambil memainkan kukunya.

"Atau disini juga udah penuh." Balas Wili.

"Mending kita liat yu, gue penasaran nih." Ajak Riko.

"Ihh ngapain, bikin kuku gue makin kotor yang ada." Tolak Rani.

"Yaelah gue kepo aja, abis jarang banget ada yang ke sini kan? Kali aja ada barang antiknya."

"Barang antik apaan?meja patah." Timpal Wili.

"Tapi boleh juga tuh kita ke situ, liat aja gemboknya sampe karatan kayanya udah lama banget ga di buka." Zefan mulai ikut penasaran seperti Riko, ia sangat ingin mengetahui isi gudang itu.

"Ya udah ayo kita kesana." Ajak Riko lalu di balas anggukan oleh keempat temannya.

Pintunya sangat tertutup rapat dengan di balut gembok besar yang sudah berkarat angin bertiup kencang membuat hawa dingin menghampiri mereka dan seketika semua sepi tidak ada suara apapun. Mata yang sedari tadi menatap sekeliling berubah menatap kaca yang terasa aneh, seperti ada yang memerhatikan.

"Kok gue merinding ya Sa" Rani sudah memeluk lengan Sasa dengan erat.

"Yaelah lebay banget si lu Ran, paling di dalem isinya barang-barang yang udah berdebu. Apa yang harus lu takuti coba." Balas Sasa

"Tapi suasana berubah jadi dingin gini loh Sa." Rani terus mengemil kanan kiri dengan wajah cemas.

"Syuutt jangan berisik. Ayo Fan buka." Zefan mengangguk lalu ia mengambil batu besar dan menghancurkan gembok besar itu, saat pukulan yang ke tiga gembokpun terlepas.

Mereka masuk kedalam secara perlahan, ruangan ini sangat luas,sepi dan gelap.
"Padahal luas banget tapi kenapa ga di isiin ya." Ucap Riko dan terus memperhatikan semua yang ada di ruangan itu.

Di ruangan ini hanya satu kursi kayu, meja dan lemari. Hanya itu dan tidak ada yang lainnya.

Sasa mendekat ke arah meja, ia membuka laci bawah, lalu ia menemukan kotak besar dengan ukiran tidak beraturan di samping kanan kirinya.

"Guys kotak apa nih." Semua mendekat dan memerhatikan kotak aneh lalu mereka saling bertatapan.

"Buka aja, paling juga barang udah ga kepake mangkanya di taro di sini." Ucap Wili lalu di balas anggukan oleh yang lain. Lalu Sasa membuka kotak itu perlahan.
Ternyata kotak itu berisi buku, Zefan mengambil buku tersebut lalu Zefan membuka buku tersebut. Lembar pertama kosong, kedua kosong, ketiga juga kosong. Zefan terus membuka buku tersebut hingga sampai ke pertengahan buku Zefan menemukan tulisan yaitu WAKTUNYA BERMAIN!!!.

Semua saling bertatapan tak mengerti apa yang di maksud buku aneh ini lalu semua bergoyang, meja kursi lemari semua yang ada di ruangan itu bergoyang dengan kencang, pintu terus terbuka dan tertutup dengan suara nyaring seakan-akan ada yang membanting pintu tersebut lalu banyak kertas berterbangan di sekeliling mereka padahal saat mereka masuk mereka tidak melihat ada buku di ruangan ini.

"Aaaaa kenapa nih, sasaa gua takut." Rani ketakutan dan mencengkram lengan Sasa dengan erat.

"Tenang Ran, Fan Ada apa nih?". Semua semakin panik di tambah dengan jasa teriakan Rani, semakin banyak kertas yang berterbangan "Gua juga ga tau."
Seketika semua berhenti secara bersamaan, keras-keras itu terjatuh ke lantai, pintu berhenti bergerak, meja kursi dan lemari berhenti bergoyang.

Semua menatap ke sekeliling lalu saling tatap dengan yang lainnya "mending kita keluar sekarang." Ucap Zefan lalu di balas anggukan oleh keempat temannya, mereka langsung berlari ke arah pintu.

❬✧✧✧❭

"Kenapa gudangnya jadi horor gitu sih." Ucap Wili seraya mengelap keringat di pelipisnya.

"Iya, pokoknya gua ga mau masuk ke situ lagi." Ucap Rani.

"Udah-udah ga usah di pikirin yang penting kita udah keluar dari tempat itu." Jelas Sasa dan di balas anggukan oleh teman-temannya.

Tanpa mereka sadari ada yang memerhatikan mereka dari kejauhan sedari tadi.

"Kalian telah memanggil dia."

❬✧✧✧❭

"Huhh cape baget gua hari ini." Kini Wili sedang berada di depan cermin yang berada di kamarnya ia sedang mengeringkan rambut dengan handuk.

Tek Tek Tek

Terdengar suara lemparan mengenai kaca kamar Wili membuat Wili penasaran lalu Wili menghampiri kaca untuk melihat siapa yang melempar kerikil ke kaca kamarnya.

Perlahan Wili mendekati kaca suara lemparan itu masih ada tidak berhenti dari tadi lalu saat Wili sampai di depan kaca suara lemparan itu terhenti seakan seseorang yang di inginkan untuk menengok kaca kamar telah hadir.
Wili membuka gorden kamar secara perlahan setelah terbuka seutuhnya Wili tidak menemukan ada seseorang pun di dekat jendela kamarnya. Saat Wili ingin membalikan tubuhnya tiba-tiba suara lemparan itu kembali datang dan Wili kembali memutar tubuhnya ke arah jendela "aaaaaaaaaaaaaaaaaa." Di sana, tepat di samping pohon depan rumahnya ada seorang wanita yang kepalanya hampir putus. ia terus melambaikan tangannya ke arah Wili.

❬✧✧✧❭

Kini Sasa sedang membersihkan wajahnya di kamar mandi seraya bersenandung kecil.

"Kok gua penasaran ya sama gudang itu, sebenernya ada apa sih sama gudang itu." Wajah Sasa sudah bersih dari sabun kini ia sedang berbicara sendiri di depan cermin seraya berfikir.

"Dah lah bodo amat yang penting gua bebas dari tempat aneh itu." Sasa mengambil sikat gigi untuk menggosok giginya ia lalu ia melanjutkan bersenandung kecil.

"Nananana."

"Nananana."

Seketika Sasa terdiam. Ia sangat mendengar jelas bahwa barusan ada yang mengikutinya nya bersenandung.

"Na...na..na." dengan sisa keberaniannya Sasa mencoba bersenandung untuk memastikan pendengaran nya.

Sasa menunggu beberapa detik tidak ada suara apapun lalu tiba-tiba "SALAM KENAL SASA." Suara itu muncul dengan cepat di telinga Sasa.

❬✧✧✧❭

Kini Riko sedang bermain gitar di balkon kamarnya ia sedang menghilangkan penat akibat kejadian yang sangat menguras energinya tadi.

"Gua harus cari siapa yang ngerjain gua sama temen-temen gua pas di gudang tadi, pasti itu bukan setan, itu pasti ulah anak yang pengen bales dendam. Awas aja kalau ketauan." Riko sangat emosi jika mengingat kejadian tadi siang ia sudah.
Angin berhembus dengan perlahan tetapi sangat menusuk kedalam kulit, langit yang gelap dan dedaunan yang bergoyang secara pelan membuat kesan sejuk saat melihatnya. Di tambah dengan suara gadis yang bernyanyi.

Tunggu!

Gadis?

Bernyanyi?

Riko langsung memberhentikan kegiatannya, angin kini berubah menjadi kencang dan aneh. Perlahan Riko menaruh gitarnya dan bangun dari tempat duduknya, ia mengikuti suara nyanyian itu.

Suara itu berasal dari dalam kamarnya perlahan ia masuk kelasan kamar, ia melihat gadis sedang duduk di atas ranjangnya ia terus mendekat untuk memastikan siapa gadis itu, gadis itu menunduk membuat Riko sulit mengetahui siapa gadis itu.
Saat Riko sampai di hadapan gadis itu, gadis itu mendongakkan wajahnya ternyata gadis itu. Gadis dengan wajah hancur dan leher yang hampir terbelah.

❬✧✧✧❭

Rani sedang asik memakai masker dan mendengarkan musik, ia bersantai-santai ria untuk melupakan kejadian yang menurutnya menyeramkan.
Setelah kejadian tadi Rani selalu menyibukkan dirinya untuk menghilangkan ingatannya dan rasa takutnya mengenai gudang horor itu.

"Rani."

Rani langsung memberhentikan aktifitasnya setelah mendengar suara seseorang memanggilnya.

Ini bukan suara salah satu kelaurganya, ia sangat hafal suara salah satu dari keluarganya, suara itu berasal dari earphone yang Rani kenakan.
Rani langsung melempar earphone itu jauh-jauh, rasa takut Rani kembali muncul.

Saat Rani menatap sekeliling kamarnya, semua dinding, kaca dan lemari ada tulisan "AYO MAIN RANI" Rani sudah menangis ia tidak tahan ia takut sekarang.
Di sana, di pojok kamar Rani ada gadis yang melambai-lambai kan tangannya seakan-akan menyuruh Rani untuk mendekatinya.

Gadis itu berbicara sangat pelan tetapi sangat jelas. Seperti jarak gadis itu jauh tapi suaranya seperti di samping Rani.

"Ayo kita bermain."

"Aaaaaaaa." Saat Rani menengok gadis itu sudah ada di samping Rani.

❬✧✧✧❭

Zefan sedang asik menonton televisi di ruang tamu di temani cemilan yang sedari tadi ia genggam.

"Aelah kaga ada yang rame apa nih acara."

Kini Zefan beralih ke handphone nya ia melihat sosial media.

Saat Zefan melihat ke arah televisi, televisi itu berganti Chanel sendiri, lalu Zefan mengalihkan pandangannya ke arah remot yang ada di sampingnya.
Tombol di remot itu masuk kedalam seakan-akan ada yang memencet.
Zefan tidak mau berfikir terlalu jauh, Zefan lebih memilih berlari ke kamarnya.
Kini Zefan duduk di ujung ranjangnya seraya mengatur nafas akibat berlari.
Zefan merasakan ada pergerakan di kakinya, ia menengok kebawah untuk memastikan ada apa di bawah.

Keringat dingin sudah mengalir deras di pelipis Zefan, kakinya Tengah di pegang oleh tangan yang sangat pucat.
Perlahan Zefan menurunkan tubuhnya untuk melihat siapa yang memegang kakinya.

Di sana Zefan melihat gadis sedang berbaring telentang sambil memegang kaki Zefan tanpa menengok ke arah kaki Zefan.

Lalu tiba-tiba gadis itu menengok dengan cepat. "AYO BERMAIN ZEFAN."

❬✧✧✧❭

Sekarang mereka telah berkumpul di kantin, sebenarnya waktu sudah menunjukkan jam 8 pagi itu artinya pembelajaran sudah dimulai, tetapi kelima remaja ini tetap bersantai di kantin.

"Gua mau ngomong serius guys." Ucap Wili dengan wajah yang serius.

"Ngomong apaan lu?" Jawab Riko menahan tawa pasalnya ini pertama kali Wili bersikap serius.

"Semalam gua di teror." Jelas Wili. Semua diam tidak ada yang menjawab seperti sedang berfikir keras.

"Gua juga." Rani angkat suara.

"Iyaa gua juga." Ucap Sasa dan di balas anggukan oleh Riko.

Semua menatap Zefan "iya gua juga."

Brugg

Riko menggebrak meja dengan keras membuat semua kaget.

"Siapa cewe itu, kenapa dia neror kita." Ucap Riko dengan emosi yang hampir memuncak.

"Gua ga yakin kalo dia manusia." Ucap Rani lalu memegang lengan Sasa.

"Belum tentu, kali aja dia murid sini yang mau balas dendam sama kita karena sering kita kerjain." Jelas Zefan lalu di balas anggukan oleh yang lain.

Lalu mereka beranjak dari kursi kantin, mereka sudah mulai bosan dan memilih pindah ke rooftop.

Saat di perjalanan menuju rooftop mereka melihat seorang gadis berlari tetapi kepalanya miring seperti hampir putus.
Mereka langsung memberhentikan langkahnya lalu saling tatap "bukan cuma gua kan yang liat itu." Tanya Wili dengan wajah yang keringat dingin.

"Tadi itu manusia bukan." Jiwa penakut Rani mulai muncul dan Rani segera memegang lengan Sasa dengan erat.
"Udah mungkin itu orang iseng." Ucap Sasa mengalihkan.

"Udah ayo lanjut." Merekapun melanjutkan langkahnya.

Saat mereka sampai di lorong dekat perpus, mereka merasakan sesuatu yang aneh, lorong tersebut adalah jalan satu-satunya menuju rooftop Dan lorong itu sangat gelap dan aneh.

Di ujung lorong mereka melihat gadis sedang berdiri membelakangi mereka, lalu mereka mencoba mendekati gadis itu secara perlahan.

Saat sudah mulai dekat gadis itu justru pergi membuat mereka terheran. Lalu..
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa." Teriak mereka secara bersamaan.

Tiba-tiba muncul seorang gadis bergelantungan seperti sedang gantung diri di depan mereka. Mata gadis itu melotot seperti ingin keluar, wajah dan bibirnya pucat, dan leher terpotong setengah.

Lalu mereka langsung lari dari lorong itu.

❬✧✧✧❭

Waktu semakin berlalu sudah lebih dari sebulan mereka merasakan ini, dihantui dan di teror.

Sudah berbagai cara mereka lakukan untuk mengusir arwah perempuan yang selalu menerornya. Tetapi percuma semua slalu sia-sia.

Pagi ini jam pelajaran sedang di laksanakan, semua murid sedang mendengarkan guru yang menerangkan di depan dengan khidmat. Lalu wajah Rani,Sasa,Riko,Zefan,Wili berubah menjadi tenang. Di sana, di depan sana berdiri gadis dengan wajah abstrak sedang memunggungi mereka, Sasa menatap teman-teman yang lain, semua biasa saja kecuali mereka berlima, apa mungkin hanya mereka yang melihatnya.
Gadis di depan itu mengambil sepidol yang ada di meja guru lalu mulai menulis. Perlahan gadis itu menulis dengan tulisan yang acak-acakan. Gadis itu menulis "AYO BERMAIN!!!" Lalu gadis itu memutar wajahnya dan menatap kelima remaja itu dengan wajah yang hancur dan mata yang menusuk.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa" mereka berlalu keluar kelas tanpa memperdulikan tatapan heran dari semua murid dan panggilan dari guru yang mengajar tadi.

"Mau sampe kapan dia neror kita terus." Ucap Riko dengan emosi dan nafas yang terengah-engah.

"Gua cape guys, Gua cape kalo harus gini terus." Balas Rani dengan wajar penuh dengan derai air mata.

"Gua pengen pergi aja dari sekolah ini, gua pengen jauh-jauh dari setan itu." Ucap Wili dengan wajah paniknya.

"Tunggu dulu guys, kita harus selesaikan semuanya, jangan nyerah kita pasti bisa." Jelas zafan.

"Bener kata Zefan kita harus selesain semuanya bareng-bareng, kita harus lawan setan itu." Ucap Sasa membenarkan ucapan Zefan.

"Apa lagi yang harus kita lakuin? Apa? Udah berbagai cara kita lakuin buat ngusir setan itu." Wili semakin kalut.

"Ada satu cara yang bisa kalian lakukan." Ucap seseorang dari belakang mereka.

"Mang Ucup." Ucap mereka bersamaan.

"Gimana mang cara ngeberhentiin setan itu." Tanya Riko tidak sabaran.

"Masing-masing dari kalian harus meneteskan 5 tetes darah kalian pada buku yang waktu itu kalian buka di gudang lalu kalian kembalikan buku itu ke kotak dan." Jelas mang Ucup.

"Bukunya kan kita tinggalin di gudang." Ucap Sasa.

"Itu artinya kita harus keb ke gudang dan melaksanakan perintah mang Ucup tadi." Jelas Zefan.

"Engga, engga. Gua ga mau masuk ke gudang aneh itu lagi." Ucap Wili di balas anggukan oleh Rani.

"Kalo lu mau terus-terusan kaya gini yaudah, itu terserah lu yang pasti kita bertiga akan tetep kesana." Jawab Riko dengan sengit.

"Oke kita ikut." Rani menyetujui dan di balas anggukan oleh Wili.

❬✧✧✧❭

Waktu sudah menunjukan sore hari, sekolah sudah sepi sejak 2 jam yang lalu.
Zefan, Sasa, Riko, Willi dan Rani sedang berada di taman belakang tepatnya di depan pintu gudang belakang sekolah.

"Mau ga mau, siap ga siap kita harus tetep masuk." Ucap Zefan yang berdiri paling depan dan di balas anggukan oleh keempat temannya.

Mereka mulai membuka pintu yang entah sejak kapan mulai rapuh, padahal waktu mereka memasuki ruangan ini pintu masih bagus dan kokoh.

Di dalam begitu gelap dan berantakan, lebih berantakan dari pertama kali mereka memasuki ruangan ini.
"Dimana buku itu." Ucap Rani dengan gugup.

"Kalau tempat nya berantakan parah gini gimana kita nyarinya." Ucap Riko sambil berkacak pinggang.

"Udah jangan banyak omong, mending kita cari sekarang." Ucap Sasa dan di balas anggukan oleh yang lainnya.

Mereka mulai mencari buku itu, mereka tidak menemukan dimana buku itu padahal semua tempat sudah di cek oleh mereka.

"Bughh."

Suara itu berasal dari pintu yang tiba-tiba tertutup dengan kencang, lalu seketika hening dan suasana menjadi mencekam.
Semua berdiri dengan tegang dan saling menatap, tidak ada yang berani mengeluarkan suara sedikitpun. Rani sudah memegang lengan Riko dengan erat sebab ia sangat ketakutan.

Lalu semua terulang kembali seperti awal mereka masuk ke ruangan ini, semua buku berterbangan membuat ruangan ini semakin kacau, lemari dan meja meja bergoyang membuat suara gaduh di gudang ini.

Rani sudah menangis, dan semua sudah sangat panik.

Lalu dengan sekejap mata semua berubah, gudang ini menjadi bersih, tidak terlalu banyak barang yang ada di gudang ini.
Lalu pintu terbuka, masuklah empat gadis dan salah satu dari mereka ada yang di tarik dengan kasar seperti sedang di siksa.

"Dasar jalang" teriak salah satu dari gadis itu.

"Gua udah bilang jalang kaya Lo ga pantes Deket Deket sama cowo keren kaya Mario." Lanjutnya.

"Apa mereka tidak melihat kita." Ucap Zefan kepada teman-teman. Semua menggeleng.

"Udah mending kita abisin aja wanita jalang ini." Ucap gadis yang sedari tadi diam.

"Bener Rel." Ucap gadis yang lainnya, gadis yang di panggil rel itu menyeringai lalu berjalan ke arah gadis yang sedari tadi mereka siksa.

Wajahnya penuh dengan luka dan darah, rambutnya sudah sangat berantakan, baju seragamnya begtu lusuh dan kotor.

"Lo harus gua kasih pelajaran." Gadis yang di panggil rel itu langsung menjambak rambut gadis yang tersungkur di lantai.

"Tolong lepaskan aku." Ucapnya Dengan derai air mata yang terjatuh di pipinya.

"Lepasin lo bilang? Ga akan, gua ga akan lepasin lepasin lo sampai gua puas nyokap Lo."

Ketiga gadis itu sudah bersiap untuk menyiksa gadis yang mereka sebut jalang itu, mereka sudah embawa cambuk yang entah mereka dapatkan dari mana.
Pecutan demi pecutan terus mendarat di tubuh gadis malang itu.

Sasa mengalihkan pandangannya karena tidak kuasa melihat pemandangan yang ada di hadapannya, lalu ia menatap jam yang berada di dinding.

"Guys liat jam itu, sekarang jam 11 siang, bukannya kita masuk ke sini jam 3 sore." Ucap Sasa kepada teman-temannya.
"Loh kok aneh sih." Ucap Wili

"Mungkin eror." Ucap Zefan santai lalu kembali pada kejadian yang ada di hadapannya.

"Ga, ini pasti bener buktinya tempat ini berubah ga kaya tadi pas kita masuk, dan empat cewe ini aja ga bisa liat kita iya kan." Jelas Riko.

"Bener ini pasti di jalan mereka, lagian gua ga pernah liat mereka di sekolah." Ucap Rani.

'bugh'

Sebuah buku terjatuh ke kaki Sasa, lalu di Manila buku itu oleh Sasa dan dilihatnya buku itu.

"Ini kan buku yang kita cari." Ucap Sasa dengan semangat.

Tanpa mereka sadari ke tiga gadis itu sudah pergi meninggalkan gadis yang tadi mereka siksa.

"Aku lelah.aku butuh teman. " Ucap gadis itu lalu ia mengikat sebuah tali ke atas, ia akan bunuh diri.

Kepala gadis itu sudah berada di hadapan tali, lengannya memegang tali dengan kuat. "Nanti aku akan mengajak main siapa saja yang membuka buku diariku." Ucap gadis itu lalu menggantung dirinya.
Semua menutup matanya, mereka telah menyaksikan. Seseorang yang jelas bunuh diri di hadapan mereka, Sasa mencengkram erat buku itu.

"TERMASUK KALIAN" gadis yang telah bunuh diri itu menengok dengan tatapan yang siap menerkam siapa saja, gadis itu masih menggantung di atas, kepalanya masih menyangkut di tengah-tengah tali itu.

Semua ketakutan dan panik perlahan semua kembali seperti semula, ruangan ini kembali seperti awal tadi, gadis itu memutar kepalanya lalu tertawa.
Sasa dengan langsung membuka buku itu lalu mengambil jarum yang sudah mereka siapkan dan menunjuk jarinya dan menumoahkan darahnya di atas buku itu, lalu ia memaparkan buku itu ke arah Riko.
Riko menerima buku itu lalu ia melakukan hal yang sama seperti Sasa. Setelah itu ia melempar buku itu ke arah Wili.

Saat buku itu sampai di tangan Wili gadis itu menengok ke arah Wili dengan tatapan yang siap membunuh.

"Aku tidak akan membuat kalian berhenti bermain denganku." Teriak gadis itu ke arah Wili lalu tiba-tiba berada di samping Wili dan mencekek leher Wili, Wili sangat kesulitan bernafas tetapi ia berusaha untuk menaruh darahnya di buku itu.
Di dekat Wili ada sebuah meja yang sudah rusak dan terdapat paku di sana, Wili langsung menusukan lengan nya ke paku itu dengan kencang. Semua menutup mata melihat kejadian itu.

Bahkan Wili bukan hanya meneteskan darahnya di buku itu tetapi terceplak jelas telapak tangan Wili di buku itu.
Lalu Wili melempar buku itu ke Zefan. Zefan menangkap buku itu, ia sudah bersiap sejak tadi, ia sudah menusuk jari nya dengan jarum.

"Gua ga akan mau main sama lo." Teriak Zefan ke arah setan itu lalu ia menumpahkan darahnya, sekarang tinggal Rani yang belum melakukannya.

"Ayo ran, jangan nangis ayooo." Teriak Sasa saat setan itu berjalan mendekati Rani.

"Gua takut." Lirih Rani dengan penuh tangisan.

"Gua yakin lu bisa ran." Teriak Zefan.
Setan itu sudah berada dihadapan Rani lalu berlahan lengannya naik dan menyekik leher Rani "kita akan menjadi teman baik di alam sana." Bisik hantu itu kepada Rani.

"Ga, gua ga mau ikut Lo dan gua ga mau jadi teman Lo." Ucap Rani dengan penuh tangisan, hantu itu semakin mengencangkan cekikannya di leher Rani.
Rani menusuk lengannya dengan jarum lalu langsung meneteskan darahnya di buku itu, lalu ia menusukan jarum itu ke lengan hantu itu dan setelahnya hantu itu menghilang.

Semua terdiam, mencari dimana hantu itu berada. Apa dia telah menghilang? Apa dia tidak akan menggangu mereka lagi?
Lalu semua buku berterbangan dan meja serta lemari berguncang seperti tadi.
Hantu itu melayang di atas, dan tertawa dengan kencang.

Dengan gesitnya Rani memasukan buku itu kedalam kotak yang waktu itu mereka buka dan setelah itu kotak itu di kunci oleh Rani.

Seketika semua berubah, buku buku itu tidak berterbangan lagi dan meja serta lemari pun sudah tidak bergoyang lagi.
Semua langsung terkapar di lantai, semua lelah dan lega.

"Selesai.. semua selesai." Ucap Zefan dengan nafas terakhir engah-engah.

"Lo udah berani sekarang." Ucap Riko lalu mengacak-acak rambut Rani dan di balas tawa oleh yang lainnya.

-The End-

Huhhh yeyyy selesai, maaf ya banyak typo hehe.
Ini cerita pertama gua yang bertema horor dan itu benar-benar menantang banget buat gua, sorry ya kalo jelek gua ga ahli bikin horor soalnya (yang lainnya juga ga ahli sih sebenarnya) yaudah bye bye guys. Baca cerita temen-teman gua juga ya :* salam dari member CreaWiLi yang cantiqqqq ini

Aidaltfh

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro