Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❬ 1 ❭ @RGNyamm - Guitarist

Sekarang nyaris jam 19.00 waktu ditempatku, tapi aku memutuskan untuk diam disini. Di sekolahku.

Seseorang menepuk pundakku, "Jay, ga pulang lo?" tanyanya sambil membenarkan posisi tasnya. Kerepotan akibat bobot tasnya hampir melebihi berat badannya sendiri.

Aku menggeleng singkat, pulang jam tujuh malam untuk anak OSIS yang esok pagi sekolahnya bakal mengadakan acara dies natalis rasanya bukan hal yang lazim.

Melirik malas, "Nggak, Na. Lo duluan nih?"

Nana, temanku, mengangguk, "Iya, adik gue sendirian di rumah. Kan kasian," jawabnya sambil menjawab whatsapp dari adiknya yang sudah spamming untuk menyuruhnya pulang cepat.

Aku ikut mengangguk, bersiap memberikan ucapan dadah cantik pada Nana, tapi kemudian ia berbalik mengucapkan sesuatu,

"Eh iya Jay, ntar ati-ati kalo lewat depan UKS. Kalo malem suka ada yang gedor-gedor dari dalem katanya. Sama ati-ati kalo ada yang manggil lo, ga usah nengok ya!"

Mulutku segera terbuka, temanku Nana yang kupikir tidak percaya seperti itu ternyata masih percaya. Astaga!

Sebenarnya, aku juga percaya akan keberadaan makhluk-makhluk transparan itu, tapi kalau sampai seperti apa yang dibilang Nana. Aku tidak percaya. Sungguh, aku akan lebih percaya jika Nana menikah dengan idolanya ketimbang hal-hal mistis seperti ini. Karena ini membuatku takut.

Malam beranjak matang ketika aku menyelesaikan persiapan-persiapan yang hendak digunakan besok. Kata-kata dari bibir Nana pun juga sudah aku lupakan.

Sehabis mengunci ruang OSIS yang penuh dengan barang-barang yang akan digunakan besok, aku berjalan keluar. Angin malam meraba punggung tanganku yang tak tertutup jaket bomber ini. Sambil sesekali menelan ludah melewati kelas-kelas gelap, aku mempercepat langkahku. Melesat secepat mungkin seperti teman-temanku yang sepertinya sudah sampai gerbang duluan.

Tibalah langkah kakiku di depan ruang UKS. Kalian bisa tebak apa yang aku lihat. Sudah jelas ruangan itu gelap, jendela-jendelanya yang besar tertutup tirai putih mirip rumah sakit. Angin sesekali meniupkannya, membuatku semakin bergidik.

"Zayra!"

Suara seseorang merobohkan fokusku pada ruang UKS di depan mataku ini. Aku lekas berbalik lantas mendapati seorang laki-laki. Masih memakai seragam SMA sama sepertiku. Badannya penuh peluh, ironis denganku yang memakai jaket. Kedinginan.

"Kamu lagi apa? Kok masih ada di sekolah? Pake bawa gitar segala lagi," ujarku masih di posisi yang sama. Enggan mendekat.

Laki-laki itu tersenyum, ia mendekat ke arahku, tangan kanannya tak lupa menenteng gitar coklat. Tangannya kirinya menggandeng tanganku yang kaku.

"Sini Jay!"

Aku mengikuti, duduk di sebelahnya. Sedangkan ia sedang menyesuaikan diri dengan petikan gitar miliknya. Dan menit selanjutnya kami menikmati lagu lawas dari suara petikannya. Menikmati setiap alunannya dan bernyanyi bersama.

Hingga lagunya berakhir.

"Suaramu bagus Jay! Aku suka,"

Deg

Aku hanya meringis. Pujiannya bisa jadi membuat pipiku merona. Untung ini malam jadi ronanya takkan terlalu kentara terlihat.

"Mau ikut aku, Jay? Nyanyi sama aku." Lagi-lagi dia bicara. Suaranya yang halus membuat telingaku rasanya terbelai. Tapi apa barusan? Dia mengajakku nyanyi?

Aku menggeleng, "Makasih. Aku kudu pulang nih!" sergahku sambil melambaikan tangan dan berdiri.

Aku sempat tersenyum pada cowok itu sebelum berbalik dan pergi, ia juga membalas senyumku. Malam ini menyenangkan rasanya meski aku sedikit menggigil.

❬✧✧✧❭

"Na!"

Nana menoleh, tangannya yang sedang cekatan menata sesuatu berhenti sebab aku memanggilnya. Sedangkan aku berusaha lari supaya sampai segera untuk memberitahukannya soal pertemuanku dengan cowok gitar semalam.

"Ya elahh Jay, apaan sih lari-lari? Ntar pas acara lo pingsan lagi," ujar Nana berkomentar melihatku berkeringat dengan napas naik-turun. Aku dengan cepat menggeleng,"Nggak kok! Eh tapi gue lari-lari mau cerita soal semalem,"

Nana membisu. Ia memilih mendengarkan ucapanku yang terpotong-potong karena ngos-ngosan. "Semalem tuh, gue ketemu cowok. Keren, bawa gitar terus nyanyi bareng sama gue! Cakep dah coy!" Dengan semangat dan sisa-sisa lelahku berlarian, aku menceritakan kejadian semalam.

Tapi reaksi Nana berbeda, air mukanya tidak menandakan jika ia minat dengan topikku seperti biasanya. Aneh bukan?

"Cowonya megang gitar?"

Aku mengangguk mantap.

"Keringetan?"

Aku mengangguk sekali lagi.

"Ngajak lo ikutan nyanyi bareng?"

Aku mengangguk, kini sedikit ragu.

Nampak leher Nana bergerak, ia menelan saliva sebelum bicara padaku. "Jay, gue lupa semalem ngomong ke lo kalo rumor-rumor horror itu ga di UKS tapi ruang di depannya. Itu ruang musik," ucapnya, intonasinya terdengar ngeri.

"Terus, cowo yang ketemu sama lo itu meninggal kira-kira sepuluh tahun lalu gara-gara latihan di ruang musik, Jay. Dia latihan mati-matian sampe kecapekan dan meninggal disana. Lo ga mau diajak dia, kan?"

Kali ini aku menggeleng. Lemas.

-The End-

Assalamualaikum haii:v
Ini bakalan jadi horror yang unik karena horrornya ga bikin kamu takut:' jadi baca aja yaa><
Cerita ini terinsipirasi dari temen sekelasku. Gak tau kenapa tiba-tiba kepikiran dia ajaʕ•ε•ʔ
Dan 'si gitaris' disini, aku kepikiran pas liat temen-temenku pada latihan musik. Aneh sih, tapi yagitu:'3

Gak papa yang penting author sayang aku -Gitaris

Lah horror nih:'v
Kalo kalian mau bayangin 'si gitaris', bayangin dia itu kaya temen kalian yang misterius gitu wkwk:'
Biar mendalami ala-ala(っ'▽')っ
Udah dulu ya gaess, c u sun💙
Sampai jumpa bulan depan😚💙
Assalamualaikum...

Senin, 12 November 2018| 8.15 PM

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro