☪︎⋆✧ Chapter 21 : ❝Angry.❞
🧊 Chapter 21 : Angry
.
❄️Bab 21.
|| Angry ||
[ Marah ]
.
❄️ ˚. ୭ ˚○◦ ❄️ ◦○˚ ୧ .°❄️
"Tung--! Satoru!!"
Atensi Gojou teralihkan setelah telinganya mendengar suara milik wanitanya. Netranya sedikit melebar, kemudian segera mendingin.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
[Name] menggigit bibir bawah. Dengan penuh hati-hati berjalan mendekat ke arah Gojou.
"[Name], kau mendekat, guru ini akan ku bunuh sekarang juga."
Netra hitam milik [Name] melirik ke arah Ayami yang saat ini terlihat sekarat. Wajahnya membiru, kakinya bergoyang-goyang di udara.
"Satoru, hentikan ini. Kamu sudah cukup memberikannya pelajaran. Jangan membunuhnya hanya karena dia mencari tahu tentang kita." [Name] berujar dengan tenang, tidak ada kepanikan didalamnya.
Gojou semakin mencengkram leher milik Ayami, terdengar suara tertahan dari wanita itu saat Gojou melakukannya.
"Satoru, ne, hentikan ini."
"Tidak mau."
Ayami benar-benar akan kehabisan nafas jika seperti ini terus. [Name] melirik ke arahnya, melihat sang guru yang ingin pingsan ... Atau mati? Wajahnya sudah memucat sekarang.
[Name] tidak ingin Gojou membunuh salah satu orang yang tidak benar-benar bersalah. Terlebih ia adalah seorang guru. Walau guru itu sudah sedikit kelewatan, ia tidak berhak untuk dibunuh.
[Name] tetap terdiam di tempatnya. Gojou memberikannya pilihan yang sulit.
Diam-diam, Ayami mengeluarkan sesuatu dari dalam saku bajunya. Kemudian dengan segera melemparkan benda tajam itu ke arah [Name]. Dan sang wanita bisa menghindarinya dengan mudah, mengingat teknik melempar Ayami yang payah.
Gojou menyadari itu, dengan segera melepas cengkeramannya pada leher Ayami hingga wanita itu terjatuh sambil menghirup udara untuk mengisi paru-parunya yang hampir sekarat.
Wajah Gojou mendingin, aura disekitarnya memberat. Netranya menatap rendah Ayami layaknya menatap sampah busuk yang tidak berguna lagi.
Ia membuka kacamata, manik yang hanya muncul dalam ratusan tahun menunjukkan keindahannya. Gojou maju selangkah, ia akan menghabisi Ayami sekarang juga. Melihat tindakan wanita ini yang benar-benar kelewatan.
"Tidak. Tunggu, Satoru!!"
Seseorang menarik lengan Gojou hingga ia menoleh ke belakang , itu [Name], kemudian ia dapat merasakan bibirnya ditempeli sesuatu, itu juga berasal dari [Name]. Wanitanya ini menciumnya.
Ia sedikit melebarkan mata. Kemudian segera memimpin--gantian dia yang menyerang bibir [Name]. Melahap bibir mungil sewarna pink itu dengan rakus.
Kedua tangan wanitanya dengan lembut mengelusi surainya, seolah memintanya untuk tenang, tidak terbawa kemarahannya dan hasrat ingin membunuhnya.
"SATORU--- oh astaga! Kalian berdua--sialan!?" Getou datang. Berdiri dibingkai pintu dan langsung mengumpat. Berpikir, apa kedua sejoli itu tidak pikir tempat dan keadaan sekarang? Lihat, kini Ayami melihat interaksi bodoh mereka.
Ciuman itu terlepas. [Name] segera menjauh dari Gojou. Menjaga jaraknya. Jantungnya berdetak kencang, hingga ia bisa mendengar nya sendiri.
"Heee."
[Name] merinding ketika suara Gojou terdengar rendah dan serak.
"Aku tidak menyangka kau akan menyerangku seperti tadi, [Name]. Kau berani juga ternyata."
Wanitanya tersenyum canggung.
"Yah ... Kalau tidak kulakukan, kamu pasti akan bertindak berlebihan 'kan?" Ucapnya.
Kekehan Gojou keluarkan sebentar. Kemudian rautnya kembali mendingin. Ia melirik ke belakang, melihat Ayami yang masih duduk di atas lantai.
"Rasa ingin membunuhku sudah hilang untuk sekarang. Suguru, urusi wanita merepotkan ini. Aku mau pulang."
"Ah ... Baiklah."
Gojou menarik lengan [Name]. Mengajak wanitanya untuk keluar dari ruangan yang sudah cukup berantakan ini akibat ulahnya.
"Kuserahkan padamu, Suguru."
"Tenang saja."
.
.
Gojou dan [Name] melangkah agak sedikit berjauhan. Wanita itu mengikuti langkah Gojou yang berada beberapa jarak darinya setelah genggaman mereka terlepas.
Suasana berubah canggung. Tidak ada percakapan lagi di antara keduanya. [Name] mengusap tengkuk, sedikit merinding.
"Kau baik-baik saja?"
Ia sedikit tersentak. Matanya menatap punggung Gojou. Pria itu berbicara tanpa menolehkan kepalanya.
"Um, aku baik-baik saja, kok."
"Tindakanku tadi memang sudah kelewatan ... Mungkin."
"Yaah ... Sudah bukan 'mungkin' lagi, sih."
Raut Gojou berubah angkuh.
"He? Benarkah? Menurutku masih biasa-biasa aja, tuh."
[Name] menghela nafas. Ia tidak lagi membalas ucapan Gojou.
"Tapi ... Terima kasih."
[Name] menghentikan langkah.
"Eh?"
Gojou menoleh, senyuman ia singgungkan. Kacamata hitamnya sedikit melorot. Kelopak matanya sedikit menurun, tidak terbuka sepenuhnya.
"Kalau kau tidak menghentikan ku. Mungkin guru itu sudah mati sekarang, dan akan membawa masalah besar ke depannya."
"Ah ... Um." [Name] membalas senyumannya.
Gojou kembali melanjutkan langkahnya, begitu juga dengan [Name].
"Ada sesuatu, yang akhir-akhir ini sangat menggangguku semenjak kau mulai menjalankan misi ini, [Name]."
"Apa itu?"
"Ini terdengar menggelikan. Tapi, aku selalu mengkhawatirkan mu ... benar-benar menyusahkan. Aku selalu berpikir kau akan meninggalkanku jika misi ini tetap berlanjut."
[Name] mengerjab.
"Kamu bisa memintaku untuk berhenti menjalankan misi ini 'kan? Bukannya kamu akan melakukan itu?"
"Memang. Tapi, kau terlihat senang dengan misi ini. Makanya aku menahan diriku. Cih, nyusahin aja."
Wajah [Name] melembut, matanya semakin bercahaya. Kemudian dengan segera ia melangkah mendekati Gojou, memeluk lengan kanan pria itu.
"Aku tidak akan pergi, kok."
Gojou menoleh ke arahnya, kemudian dibalas dengan senyuman lebar.
Seringaian jahil Gojou pasang.
"Kau yakin? Aku bisa saja berpaling darimu kemudian mencari wanita lain, loh."
"Hm? Aku 'kan cuma bilang 'tidak akan pergi'. Kalau kamu berpaling, maka aku akan meninggalkanmu."
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."
[Name] tertawa kecil. Kemudian, ia mencium lengan Gojou sekali.
❄️ ˚. ୭ ˚○◦ ❄️ ◦○˚ ୧ .°❄️
Buku ini banyak banget ya manisnya.
Okeh, okeh.
//Spoiler//
Buku selanjutnya bakalan ada pahit-pahitnya.
┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓘𝓷𝓞𝓬𝓽𝓸𝓫𝓮𝓻 ੈ ┈┈┈
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro