Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 50

Bennett

"Mari kita membahas faktanya," Sebastian menyarankan, membuka dasbor dan mengeluarkan folder manila. Dia menjatuhkannya ke atas pangkuanku dan mengembalikan tangannya ke setir. "Ini adalah file yang telah aku kumpulkan."

Aku membuka foldernya. File medis milik Lee, laporan kecelakaan Brandon, laporan keuangan, rekening koran pribadi ayahnya... "Apa legal memiliki semua file ini?"

"Aku tidak mendapatkannya dengan cara yang ilegal."

"Itu tidak menjawab pertanyaanku."

Dia memberikanku tatapan dari sudut matanya. "Tidak seilegal apa yang telah dilakukan orang tua kita."

"Cukup adil."

"Ayo mulai dengan apa yang kita tahu. Lee mencuri dan menabrakkan mobil. Ibumu sampai di tempat kejadian. Brandon kebetulan ada di sini dan dalam keadaan mabuk. Ibumu menghubungi polisi. Polisi menangkap Brandon. Lee entah bagaimana menghilang dari tempat kejadian, tapi tidak sebelum mengalami luka-luka dari apa yang terlihat seperti tabrakan dari depan. Itulah yang terjadi pada malam kecelakaan itu."

Aku menunggunya untuk melanjutkan, tapi dia tetap diam, mengernyit. "Apa?" aku bertanya.

"Mengatakannya dengan lantang membuatku berpikir. Pasti ibumu yang telah menghubungi polisi. Dia tidak mungkin membiarkan orang lain yang melakukannya. Jadi, akan ada laporan polisi dengan namanya sebagai saksi, bukankah begitu?"

"Kau benar, dia akan menghubungi," aku setuju. "Apa ada yang dapat kita akses?"

Sebastian menggelengkan kepalanya dan mendengus sedikit. "Kenapa aku tidak memikirkan tentang ini sebelumnya? Laporan kecelakaan adalah catatan publik. Seharusnya ada catatan publik tentang kecelakaan apa pun yang terjadi malam itu. Bagaimana bisa kita melewatkan ini?"

"Dia mungkin tidak menyertakan namanya dalam laporan."

"Dia harus melakukannya jika dia menelepon untuk melapor. Dia mungkin bisa membayar masyarakat umum untuk menutup mulut mereka, tapi tidak dengan penegak hukum." Dia diam untuk beberapa saat, mulutnya bergerak lagi. "Setidaknya kuharap begitu."

"Ini layak untuk diinvestigasi," kataku. "Apa pun bisa berguna pada titik ini."

Sebastian mengetuk jarinya di kemudi mobil. "Benar. Ayo terus mereviu. Jadi, ayahku mengambil kasus Brandon dan dengan sengaja mensabotasenya, yang menyebabkan Brandon dituntut sebagai ganti dari Lee. Sementara Lee, masuk ke rumah sakit pada malam yang sama dengan kecelakaan. Kita tidak tahu bagaimana dia terluka. Aku punya teori, tapi... well, mereka tidak menyenangkan."

Aku membolak-balik kertas itu lagi sampai aku menemukan laporan medis milik Lee. Tanggalnya sama dengan kecelakaan Brandon—kecelakaan Lee? Pikiran itu membuat perutku bergejolak. Bagaimana ibuku tega melakukan ini pada seseorang yang tidak bersalah? "Menurutmu apa yang terjadi kalau begitu?"

Sebastian menggigit bibir bawahnya. "Well. Lee mungkin secara tidak sengaja berjalan ke dalam lalu lintas tepat setelah tabrakan mobil. Itu... masuk akal. Namun, jika seseorang menabrak Lee mereka pasti akan berhenti dan mungkin ada laporan terpisah. Bahkan jika mereka tidak berhenti, itu akan jadi tabrak lari. Dan jika itu adalah orang lain, ibumu sudah pasti tidak akan membiarkannya begitu saja. Jadi karena itulah kupikir teori ini salah."

"Dan teori lainnya?"

"Seperti yang kau ketahui, Lee tidak akan membiarkan ini terjadi. Dia tidak akan membiarkan orang lain disalahkan untuk menggantikan posisinya. Ibumu tahu ini dan sebagai usaha untuk membuatnya diam..."

Rasa tidak nyaman di dalam perutku bertambah buruk. Aku mengetahuinya bahkan sebelum dia mengatakannya. Hal itu seperti menari-nari di belakang pikiranku. Sejak pertama kali diisyaratkan. Ini masuk akal. Ini sangat masuk akal sampai membuatku merasa mual. Aku akan sampai pada kesimpulan juga. Aku akan...

Aku membuka jendela mobil.

Tenanglah, Bennett.

"Menurutku dia tidak berkeinginan untuk membunuhnya, tapi kurasa dia telah mencapai tujuannya," kata Sebastian. "Dan jika dia membawa Lee ke rumah sakit sendiri, dia bisa saja memutar fakta apa pun yang dia inginkan jadi tidak perlu ada polisi yang terlibat, jadi tidak akan ada yang tahu Lee pernah ke McKellan's malam itu. Lalu kemudian dia mengirimkan Lee ke California dan meletakkan Lee di belakangnya. Terlebih lagi, Lee tidak ingat apa pun."

Aku menelan ludah, hal itu sulit karena mulutku yang berubah kering.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Ya," kataku.

Sebastian meletakkan tangannya di atas lututku dan meremasnya. "Kita akan menyelesaikan ini, Bennett. Hal-hal yang sudah terjadi sangat mengerikan, tapi kita akan memperbaikinya. Ingatlah itu."

"Aku tahu. Sungguh. Lagi pula ibuku tidak pantas mendapatkan kompensasi apa pun."

Sebastian mengeluarkan suara berdehem di tenggorokannya. "Well. Sesuatu telah membuat dia seperti sekarang. Kurasa dia membutuhkan bantuan sekarang, tapi tidak ada yang berusaha menolongnya."

"Dia tidak pantas mendapatkan bantuan setelah apa yang dia lakukan."

"Semua orang pantas mendapatkan bantuan. Tapi membayar konsekuensi dari kesalahan yang kau lakukan berbeda. Pengampunan juga merupakan sesuatu yang berbeda. Aku tidak mengatakan dia tidak pantas mendapatkan apa yang akan datang kepadanya, kau juga tidak harus memaafkannya untuk apa yang telah dia lakukan, tapi ada sesuatu yang membuatnya bertindak seperti ini."

Aku menaikan kaca jendela kembali, meletakkan tanganku ke atas pangkuanku. Sebastian adalah orang yang sangat rasional yang pernah kutemui. Dia membuktikannya dari waktu ke waktu. Ini tetap tidak menghentikan rasa sesak yang ada di dalam dadaku. Salah. Rasanya sangat salah untuk memberikan simpati kepada ibuku setelah semua yang dia lakukan. Dia melakukan ini sendiri. Dia mendorong Lee hingga ingin mengakhiri hidupnya. Dia menimbulkan banyak tekanan padaku. Dia merusak kehidupan Brandon.

Tapi dia ibuku. Aku tidak bisa membencinya. Tapi ini salah, bukankah begitu?

Tetesan keringat jatuh menuruni wajahku dan aku mengusapnya, memutuskan untuk membuka jendela kembali.

"Ayo lanjutkan," ucap Sebastian. "Jadi, Lee berada di California dan Brandon berada di penjara. Ayahku menggunakan rekeningnya untuk membayar beberapa orang dari Poughkeepsie. Siapa kira-kira orang itu? Apa perannya?"

Aku senang memiliki sesuatu untuk memfokuskan diri. "Pemilik dari mobil curian? Bukankah itu yang kita katakan?"

"Aku juga berpikir demikian awalnya. Tapi mereka bersaksi di pengadilan melawan Brandon. Jadi kenapa ayahku membayarkan uang kepada mereka? Mereka tidak di luar pada saat kecelakaan. Mereka tidak akan benar-benar mengetahui siapa yang menabrak mobil mereka."

"Kecuali mungkin mereka memang mengetahui sesuatu."

"Ya. Itu bisa terjadi, tapi mungkin ada sesuatu yang lain lagi. Sesuatu yang harus kita investigasi. Kita harus mengunjungi mereka."

"Apa kita boleh melakukan itu?"

Sebastian memberikanku tatapan lain. "Kita bisa melakukan apa pun. Dan kita akan berusaha melakukannya selegal mungkin. Aku akui ini akan lebih mudah jika Henley mempekerjakan pengacara, jadi aku bisa memiliki lebih banyak cara untuk mengumpulkan bukti, tapi aku bisa membuat ini berhasil. Lagi pula aku tumbuh besar dengan ayahku."

"Selama ini membantu kita sekarang, aku senang kau tidak seperti dia."

Komentarku meninggalkan senyum kecil yang singgah di bibir Sebastian selama sisa perjalanan menuju ke rumah orangtuanya.

Ketika kami sampai di gerbang, Sebastian berhenti sebentar untuk memasukkan kode masuk untuk membukanya. Aku sempat berpikir apa yang dipikirkan Henley tentang itu, tapi pikiran itu menghilang ketika Sebastian melemparkan tatapan waspada ke arahku. Aku memperhatikannya menekan beberapa tombol di keypad, tapi pintu masih tidak terbuka. Ragu-ragu dia mengulurkan tangan untuk menekannya lagi.

Aku mencondongkan tubuhku mendekat dan menurunkan kaca dari sebelah pengemudi sehingga dapat mendengarnya. "Ada masalah?"

"Mereka mengganti kode masuknya."

"Apa?"

Dia melipat kedua tangan di depan dada. "Jika aku memasukkan kode yang salah sekali lagi mereka akan mendapatkan peringatan dari ponsel mereka."

Aku memperhatikan gerbang di depan kami. "Tidak bisakah kita memanjat saja?"

"Aku rasa bisa, tapi kita tidak akan bisa masuk ke dalam rumah tanpa memicu alarm, yang mana, mereka akan kembali mendapat peringatan."

"Kau bisa menghubungi mereka dan mengatakan ingin mengambil sesuatu?"

Sebastian mengangkat alisnya. "Jika ayahku menyembunyikan sesuatu dan dia mengetahui koneksi antara kau, Henley, dan diriku, dia akan langsung merasa curiga."

Bahuku merosot. "Itu benar."

Mendadak wajahnya berubah cerah. "Oh. Aku tahu apa yang mungkin berhasil. Kau lebih ringan, jadi kau akan pergi lebih dulu."

Sebelum aku bisa bertanya apa yang terjadi, Sebastian sudah menarikku keluar dari mobil, dan mengangkatku melewati gerbang. Dia dengan mudah mengangkat tubuhnya dan membimbingku ke arah belakang rumah. Dengan tendangan yang tepat, dia membuka jendela yang mengarah ruang bawah tanah kecil pada sisi kiri rumah.

Aku memperhatikan celah tipis itu. "Kau mau aku memanjat... ke sana?"

"Kau lebih ramping daripada aku. Pundakku tidak akan muat."

"Pundakku juga lebar!"

Sebastian melangkah lebih dekat ke arahku dan memperhatikanku dari kiri, menggunakan jari-jarinya untuk menghitung seberapa lebar pundakku dibandingkan dengan miliknya. "Inilah kenapa kau harus berolahraga, Bennett. Jadi kau tidak perlu jadi orang pertama yang masuk melewati jendela bersarang laba-laba."

Pipiku memanas, dan aku mundur darinya. "Baiklah. Terserah. Dan asal kau tahu, aku juga berolahraga."

"Kapan terakhir kali kau mengunjungi gym?"

"Well—"

"Pertanyaan jebakan. Keanggotaan gabungan kita sudah habis masa berlakunya tiga bulan lalu dan kau masih tidak menyadarinya. Sekarang pergilah, kita harus cepat."

Dia membawaku ke arah jendela dan aku mengangkat hidungku ke atas ketika aku hendak menurunkan tubuhku ke bawah. Aku memasukkan kakiku terlebih dahulu dan mengarahkannya ke bawah, mencoba untuk menemukan sesuatu, tapi tidak merasakan apa pun. Berpegangan pada pinggiran jendela aku menyusup hingga ke dada dan masih tidak menemukan pijakan.

"Seberapa tinggi jendela ini?" geramku.

Sebastian tersenyum kecil dan mengedik. "Kurasa kau tidak akan mematahkan apa pun."

"Tarik aku keluar."

"Ayolah, Bennett. Lakukan untuk Henley."

Menghirup napas dari sela-sela gigiku, aku mendorong seluruh tubuhku melewati jendela, menutup mata selama tiga detik mengintimidasi yang diperlukan kakiku untuk mencapai lantai ruang bawah tanah. Gerakannya membuat lututku lemas, tapi aku berhasil untuk tetap berdiri tegak. Ruangan ini sangat gelap, satu-satunya cahaya datang dari jendela.

"Kau harus mematikan pemutus aliran utama. Dengan begitu sistem keamanan akan sepenuhnya padam," ucap Sebastian, suaranya teredam.

"Dan aku seharusnya tahu yang mana itu?"

"Jauh di sudut kanan. Kau pernah lihat sebelumnya kan?"

Aku memutuskan untuk tidak memberikan jawabanku kepadanya, aku mengeluarkan ponsel untuk menggunakannya sebagai senter. Lantainya terbuat dari semen dan dindingnya menunjukkan warna yang sama. Aneh karena ruangannya belum selesai, mengingat seluruh basement-nya sudah. Ruangan ini sepenuhnya kosong. Tetap saja, itu membuat pemutus alirannya muda untuk ditemui. Aku menarik tuasnya dan kemudian kembali ke jendela. "Sudah mati."

"Oke. Tetap di sana sampai aku masuk dan lihat apa yang bisa kutemukan. Lebih baik jika aku pergi sendiri untuk berjaga-jaga jika aplikasinya menotifikasi mereka kalau dayanya mati dan mereka mengirim polisi untuk memeriksa."

"Apa? Tidak, keluarkan aku terlebih dahulu."

"Akan segera kembali."

Aku mendengar langkah kakinya berjalan menjauh dan aku menyusupkan tanganke keluar jendela mencoba untuk menghentikannya. "Sebastian! Bantu aku keluar terlebih dahulu! Sebastian!"

Menggertakkan gigi, aku menarik kembali tanganku dari jendela, menyorotkan senterku ke sekeliling ruangan lagi. Jaring laba-laba membentang di langit-langit dan tanpa sadar aku mengusap kepala dan tanganku, bertanya-tanya apakah ada yang mengenaiku ketika aku masuk dari jendela tadi.

Terdapat pintu yang kukira menuju ke bagian basement yang dilengkapi perabotan, tapi aku tidak pergi ke sana, memutuskan Sebastian mungkin benar. Polisi bisa muncul jika ada peringatan keamanan, bahkan jika itu hanyalah pemadaman. Aku bisa bayangkan ibuku melakukan hal yang sama. Dia mungkin akan terbang kembali ke rumah untuk menginvestigasinya seorang diri. Khususnya jika dia menyembunyikan sesuatu.

Aku berbalik ke jendela, nyaris tersandung kotak di sudut ruangan yang tidak aku perhatikan. Tendangan kakiku menyebabkan bagian atasnya terjatuh dan aku berjongkok untuk memperbaikinya, terhenti sebentar ketika aku sadar kalau itu adalah folder manila. Kuselipkan ponselku ke bawah dagu, aku mengambil salah satunya dan membukanya, memindai kertas yang ada di dalam. Sepertinya itu hanyalah catatan kasus lama.

Meletakkan file kembali, aku mengambil yang lainnya. File ini juga menyimpan kasus lain, tapi aku berhenti ketika membaca nama kliennya. Castrilli... Aku menutup folder itu kembali, melihat Cecil Castrilli tertulis di depannya. Kutatap untuk waktu yang lama. Meskipun tidak aneh untuk melihat nama yang familiar bekerja dengan ayah Sebastian, ini terasa seperti kebetulan yang aneh.

Aku membolak-balik kontennya lagi. Cecil tampaknya memiliki masalah dalam membayar tiket parkir, tapi selain itu, tidak ada yang terlalu memberatkan. Ketika aku sampai pada dokumen terakhir, secarik kertas jatuh ke lantai. Aku menyambarnya saat masih di udara, nyaris menjatuhkan ponselku ketika melakukan itu.

Mengambil ponselku yang berada di bawah dagu, aku mengarahkannya ke kertas. Detail rekening koran Cecil tertulis di sana.

"Sungguh hal luar biasa untuk ditinggalkan di sini," kataku datar. "Sangat profesional."

"Oke Bennett, nyalakan tuasnya kembali dan ayo pergi."

Suara Sebastian mengejutkanku dan aku nyaris menjatuhkan folder tersebut. "Sudah?"

"Kenapa, kau mau tinggal lebih lama? Sudah kukatakan padamu ini akan cepat."

"Tidak. Aku menemukan kotak file di bawah sini. Terdapat file milik ayah Cara," kataku padanya, berjalan kembali untuk menyalakan daya, dan kemudian pergi ke jendela. "Meskipun ini semua adalah pelanggaran tiket parkir, aku menemukan detail rekening bank Cecil."

Sebastian berjongkok, tapi aku tetap tidak bisa melihat wajahnya. "Begitukah? Itu aneh. Kenapa itu tersembunyi di bawah sana?"

Aku menatap kertas di tanganku. "Apa kau masih memiliki detail rekening orang yang ditransfer uang oleh ayahmu?"

"Ya. Tunggu, apa kau berpikir—"

"Aku tidak tahu, bantu aku keluar terlebih dahulu."

Pikiran itu tidak masuk akal. Ini akan terlalu kebetulan. Terlalu tepat dan terencana. Itu terlalu kohesif.

Keningku berbenturan pada sudut jendela dan aku berseru kesakitan. "Sebastian!"

"Lagi, ini bukan salahku kau tidak punya otot pada tubuh bagian atasmu. Tanganku nyaris tidak muat melewati jendela itu."

Dengan lebih banyak perjuangan, entah bagaimana aku berhasil keluar kembali melalui jendela. Sebastian memegang kantong kertas di tangannya dan dia mengerahkan kepalanya kembali ke jalan masuk. Aku mengikutinya dengan cepat. Saat kami sudah sampai di mobilnya, aku masuk ke kursi penumpang, membuka dasbor di mana dia menyimpan salinan file lain.

"Apa kau akan membandingkan mereka?" Sebastian bertanya padaku. "Aku menemukan lebih banyak laporan keuangan, tapi aku tidak tahu apakah ini akan berguna."

"Yang mana kertas dengan transaksi?"

Sebastian meraih dan mengambilnya dari tumpukan. "Yang ini."

Aku memeriksa kertas itu sampai menemukan nomor rekening dan kemudian mendekatkan kertas satu sama lain. Ketika angka pertama cocok, jantungku mulai tergagap. Ketika angka selanjutnya juga cocok, jantungku seperti berhenti berdetak. Dan ketika angka terakhir juga setara, dia mulai berdetak sangat cepat. "Sebastian. Semua ini cocok."

"Apa?"

"Nomor rekening. Mereka sama. Ayahmu menyetorkan uang ke Cecil."

Sebastian menarik kertasnya dari tanganku dan aku memperhatikannya ketika dia akan memeriksa kembali. "Kenapa ayahku membayar Cecil...?"

Pikiranku berputar-putar. Kami telah berasumsi kalau siapa pun yang telah dibayar oleh ayah Sebastian pastilah seseorang yang terlibat dalam kecelakaan Brandon dan Lee. Jika ini Cecil... ke mana itu akan cocok? Aku akan mengenalinya. Keluargaku sudah mengenalnya untuk waktu yang lama. Ibuku sering pergi ke McKellan's dengannya, sebuah kebiasaan yang aku dan Lee ambil...

"Kita perlu pergi ke McKellan's," kataku.

"Untuk melihat rekaman video."

Itu bukanlah sebuah pertanyaan. Lagi pula Sebastian mungkin sudah berpikir lebih jauh daripadaku. Ketika dia mengemudi, aku mencoba untuk memikirkan ini secara rasional. Tanganku membentuk kepalan tinju di pangkuanku. Ini gila. Jika Cecil terlibat... ini terlalu rumit. Semuanya saling tumpang tindih. Ibuku tidak dapat merencanakan semua ini sendiri. Ini adalah campuran yang luar biasa dari kebetulan dan dasar yang licik. Bagaimana dunia bisa mengatur kejahatan yang tercela seperti itu?

Tapi, sejauh ini semuanya masuk akal. Masuk akal kenapa ibuku mendadak begitu bersikeras agar aku berkencan dengan Cara. Ini tidak pernah disebutkan dulu di masa lalu, meskipun keluarga kami sudah saling mengenal selama bertahun-tahun. Tidak pernah sekali pun. Jadi kenapa tiba-tiba ibuku memutuskan Cara adalah satu-satunya untukku? Cecil selalu dekat dengan kami, tapi tidak pernah cukup dekat. Tidak pernah dipertimbangkan untuk bergabung dengan keluarga kami tidak peduli apa pun alasannya.

"Ugh."

Sebastian menggumamkan persetujuannya. "Kau mungkin telah menemukan bagian yang hilang."

"Ini tidak mungkin."

"Ini mungkin. Jika Cecil juga terlibat, maka ibumu jauh lebih menakutkan dari yang aku pikirkan."

"Tidak, bahkan dia tidak dapat merencanakan semua ini. Dia hanya punya keberuntungan yang gila. Keberuntungan yang membuat semua ini jatuh sebagaimana mestinya untuk dia. Jika kita melihat rekaman dan Cecil ada di sana. Jika dia ada di sana malam itu..."

"Maka kita harus memberikan kunjungan kepadanya, benarkan?"

"Jika dia terlibat apa yang akan terjadi padanya ketika kita membawa semua ini ke permukaan? Uang tutup mulut itu ilegal kan?"

"Dalam kasusnya, ya. Jika dia diyakinkan oleh ayahku dan ibumu untuk berbohong tentang apa yang terjadi malam itu, maka itu ilegal. Uang tutup mulut tidak selalu ilegal."

"Aku mengerti." kepalaku menoleh ke arah luar jendela. Jika ini benar... mungkin ini untuk yang terbaik. Semuanya akan selesai. Aku tidak perlu khawatir tentang ibuku lagi, atau Cara. Kami tidak akan dipaksa untuk menikah. Cara akan bebas. Aku akan bebas.

Di McKellan's, Wilson menyapa kami dengan gembira. "Inilah pemandangan penghibur untuk mata yang jengah! Tempat ini sepi saat ini. Apa yang bisa ku ambilkan untuk kalian berdua?"

"Oh, kami ke sini bukan untuk minum," kataku, merasa sedikit menyesal.

"Oh?"

"Apa kau masih memiliki rekaman pada malam kecelakaan Brandon?" Sebastian bertanya. "Dan mungkin rekaman satu hari itu juga?"

Wilson mengangguk. "Ya, aku menyimpan filenya. Tidak pernah tahu kapan kita akan membutuhkannya. Seperti sekarang, contohnya."

"Maaf sudah mengganggumu."

"Tidak perlu meminta maaf. Jika kalian bisa menemukan sesuatu yang tidak ditemukan orang lain, maka itu pantas. Kasihan Brandon dia tidak pantas menerima semua ini. Lee, juga. Atau kau atau Henley. Ini adalah kekacauan yang besar, bukan?" dia menghela napas, berjalan ke belakang ke arah kantornya. "Aku hanya berharap semua ini bisa terungkap."

Setelah masuk dan menarik file, dia mundur agar Sebastian dan aku bisa melihat monitornya. Sebastian memperlambat kecepatan pemutaran dan memulainya dari saat Wilson membuka pub. Lee dan aku belum sampai tiba hingga nanti, tapi tidak ada yang tahu kapan Cecil akan tiba. Aku bersandar dekat dengan layar, menjulang di atas Sebastian. Dia pasti ada di sini. itu pasti. Jika ini dapat membantu kami... jika kami bisa mendapatkan pencapaian besar.

"Itu Brandon," kataku ketika saat melihat saudara laki-laki Henley muncul di bar.

"Wow. Dia benar-benar kurus," Sebastian berkomentar. "Dia terlihat sepertimu."

Aku merengut. "Aku tidak kurus. Aku ramping."

"Kalian berdua memiliki bentuk tubuh yang sama di dalam video ini. Tidak heran Henley mengira kau adalah Brandon. Kau memiliki gaya rambut yang sama juga."

"Apa? Kapan itu?"

"Dulu saat kita kembali dari Hawaii."

"Tunggu, karena itu dia sangat marah?"

Sebastian melirik ke arahku sekilas. "Bukankah kalian berdua sudah bicara soal itu?"

"Dia tidak pernah mengatakan padaku soal ini karena dia pikir aku terlibat." Aku melipat kedua tanganku di depan dada. Tidak heran dia bersikap seperti sebelumnya. Aku adalah orang asing baginya. Tentu saja, itu bisa jadi kesimpulan yang logis.

"Kurasa itu adalah kesalahanku. Aku mengatakan padanya untuk tidak mengatakan padamu karena, kau tahu. Bagaimana kau bersikap karena Lee."

"Well kita sudah belajar kalau menyimpan rahasia tidak menguntungkan siapa pun. Kuharap kau tidak akan melakukannya lagi."

Dia menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku tidak akan menyembunyikan apa pun dari siapa pun lagi."

"Bagus—tunggu, itu Cecil?" aku mendekat ke layar, perutku bergejolak. "Kurasa benar. Itu dia."

"Kau yakin?"

"Bisakah kita lebih memperbesar gambarnya?"

Sebastian menuruti dan meskipun layarnya menjadi kasar, aku tetap bisa mengidentifikasi. Dia di sana malam itu dengan beberapa laki-laki yang mengenakan setelan bisnis. Mereka berdiri di bar, duduk di tempat yang hanya berjarak satu kaki dengan Brandon. Aku hampir tidak mempercayai apa yang kulihat. Semuanya terjadi setelah momen ini, dengan Brandon yang tidak tahu menahu... ini gila.

Ini adalah terobosan besar bagi kami.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro