Bab 46
Henley
Ponselku bergetar, membuatku terlonjak dari tidurku. Tanpa melihat aku mencari di sekeliling tempat tidur sampai tanganku mendarat pada benda itu dan menatap pada layarnya, terkejut melihat gambar dalam pratinjau pesan. Menggeser untuk membukanya, aku bahkan lebih terkejut melihat itu adalah gambar selfie dari Bennett. Sejak kapan Bennett mengambil selfies, apa lagi mengirimkannya padaku? Mengangkat tubuhku dan menumpukannya pada siku, aku memperbesar gambarnya, menyadari dia sedang duduk pada apa yang terlihat seperti mobil barunya. Cara telah menepati janjinya dan membawa Bennett ke dealer mobil untuk membeli mobil barunya dan telah menjemputnya lebih awal.
Bagaimana penampilanku? Bennett menulis keterangan seperti itu.
Aku sedikit tersenyum, tapi tetap merasa ingin memutar bola mataku.
Ketika aku mulai mengetik respons, pesan lain masuk, kali ini dari Henry. Aku mengklik pesan itu, sedikit terkejut. Henry jarang mengirim pesan padaku belakangan ini. Aku berasumsi kalau dia sibuk dengan Lee.
Aku butuh bantuan, ASAP. Temui aku di depan pintumu dalam tiga puluh detik.
Sekarang aku sepenuhnya duduk di atas tempat tidur, aku menatap pesan itu sedetik lebih lama, lalu bergegas untuk memakai sepatuku dan turun ke lantai bawah. Bantuan seperti apa yang dibutuhkan Henry? Brandon ada di dapur memasak makan siang dan melihatku dengan tatapan penuh tanya saat aku bergerak cepat dan membuka pintu depan. Maserati milik Lee ada di jalan masuk dan Henry keluar dari kursi pengemudi, bergegas menuju ke kursi penumpang. Aku memperhatikan bagaimana dia mengalungkan tangannya di sekeliling tubuh Lee, membantunya keluar dari mobil.
Ketika Henry mulai gemetar karena tubuh Lee yang besar, aku tersadar dari lamunanku, dan bergegas untuk membantu. "Ada apa?"
"Ibunya—" Henry memulai dengan getir, tapi Lee menyelanya.
"Aku jatuh, ini bukan hal besar." Ringisan rasa sakit di wajahnya ketika dia mencoba melangkah menjauh dari Henry mengatakan padaku kalau itu, memang, hal besar.
Aku melingkarkan tanganku di sekitar pinggang Lee, menahan setengah dari beratnya sama seperti Henry yang melakukan hal sama di sisi lain. Bersama-sama kami membimbing Lee naik ke atas tangga dan masuk ke dalam rumah dan terlepas dari Lee yang ingin mengakui dia terluka atau tidak, dia pasti merasa sangat kesakitan, karena dia mengandalkan Henry dan aku untuk mengangkat sebagian besar berat tubuhnya, meskipun dia menyadarinya atau tidak.
Brandon menjulurkan kepalanya dari dapur dan melihat Henry serta aku yang kesulitan dengan Lee. Langsung saja dia melemparkan spatula ke suatu arah yang kuharap adalah bak cuci dan mendatangi kami, dengan mudah Lee terangkat dari kakinya. Terkejut, Lee mengalungkan tangannya di sekeliling leher saudara laki-lakiku hingga aku tersedak tawaku karena Lee sungguh terlihat seperti putri dalam pelukan ksatria berbaju besi yang mengkilap. Namun, ini bukan waktunya untuk tertawa.
Kakakku membawa Lee ke ruang keluarga dan aku mulai mengikuti, berhenti sejenak ketika sadar Henry tidak bergerak. "Apa ada yang salah?" aku bertanya padanya.
Henry terlonjak sedikit, matanya tersentak ke arahku. "Huh? Tidak ada. Well bukan tidak ada. Mrs. Calloway lah yang salah."
Sekujur tubuhku terasa menggigil. "Apa yang dia lakukan pada Lee?"
"Dia tidak melakukan apa pun," Lee menjawab, wajahnya merah, mungkin akibat perlakuan yang diberikan oleh saudara laki-lakiku. "Ini kesalahanku."
Henry gemetar. "Lee."
"Apa yang terjadi?" Brandon bertanya. "Kenapa Lee terluka? Apa ini karena wanita itu?"
"Tidak!" Lee protes, menggelengkan kepalanya berulang kali. "Bukan... Aku... Aku jatuh dari tangga. Aku tidak fokus—ini bukan kesalahannya."
"Jatuh dari tangga?" aku mengulangi, perasaan horor mulai menyusup ke dalam pikiranku. "Tidak mungkin."
Mata liar Lee menoleh ke arahku. "Ini bukan seperti apa yang kau pikirkan! Dia tidak melakukan apa pun!"
"Lee!"
Kami semua tersentak, tidak menyangka teriakan marah itu datang dari seorang pria yang pasif. Kupikir ini pertama kalinya aku mendengar Henry meninggikan suaranya. Mungkin ini kali pertamanya dalam hidupnya dia meninggikan suaranya, jika menilai dari warna yang surut dari wajah Lee.
Henry menatap nyalang pada laki-laki itu, tinju terkepal di kedua sisi tubuhnya. "Aku melihat apa yang terjadi. Aku selalu memiliki kecurigaan, tapi aku tidak pernah berpikir kalau dia sungguh-sungguh akan menyakiti anaknya sendiri. Dia bahkan tidak berpikir dua kali. Dia bahkan tidak terlihat malu. Dia mendorong Lee seperti— seperti membersihkan debu dari pundaknya, seolah Lee tidak berarti apa pun baginya. Berhenti melindungi dia!"
Aku menarik napas tajam, kata-kata Henry menciptakan gelung yang melilit hatiku dan meremasnya. Tidak mungkin. Mrs. Calloway memang berbahaya, tapi ini sudah melampaui itu. Untuk menyakiti putranya sendiri... siapa yang dapat melakukan itu? Bagaimana orang bisa menyakiti seseorang seperti Lee? Rasanya ini sudah keterlaluan untuk kutangani dan aku hanya seorang pengamat. Bagaimana bisa Lee melindungi dia?
"Ini tidak seperti itu," kata Lee, berusaha untuk berdiri dari sofa, tapi di menit dia meletakkan berat tubuhnya pada kedua kakinya, dia terjatuh kembali. "Ini— ini hanya kecelakaan. Aku kehilangan keseimbangan."
Pundak Henry bergetar. "Kita akan pergi ke kantor polisi."
"Henry, jangan."
Brandon dan aku saling bertukar pandangan pucat. Ini bukan sesuatu yang bisa kami campuri. Atau pun menawarkan saran. Tapi aku ingin melakukannya. Aku ingin mengemudi ke hotel dan menyeret Mrs. Calloway keluar dengan kerah pakaiannya dan membawa dia ke kantor polisi. Menguncinya di sana untuk selamanya.
"Kalau begitu setidaknya rumah sakit saja."
"Aku tidak bisa. Mereka akan bertanya terlalu banyak pertanyaan."
Jadi ini bukan pertama kali. Kemarahan berkobar di dalam diriku. Orang sakit seperti apa sebenarnya Mrs. Calloway? Setiap hari akan ada alasan baru untuk membencinya. Itu sangat menjijikkan. Aku menggigit bibirku dengan keras, mencoba untuk tidak menunjukkan emosi di wajahku. Lee mungkin sedang panik sekarang. Kami semua perlu tetap berkepala dingin.
Diam-diam, aku keluar dari ruang keluarga dan menuju ke lantai atas, Henry terdengar masih berdebat. Setelah mencari-cari di lemari kamar mandi sebentar, aku mengambil peralatan medis. Itu adalah hadiah dari Sebastian. Terima kasih Tuhan dia telah memikirkan ini.
Aku bergegas turun ke bawah dan duduk di sofa di sebelah Lee, meletakkan peralatannya di lantai. "Aku bukan tenaga medis profesional dalam hal, bentuk, atau cara apa pun, tapi Brandon dan aku cukup sering terluka selama hidup kami sehingga aku telah belajar untuk membalut lukanya dengan cukup baik. Tunjukkan padaku di mana kau terluka?"
Lee menawarkan senyum kecil kepadaku. "Terima kasih, tapi aku baik—"
Henry melangkah keras ke depan, mengangkat pergelangan kaki Lee yang menghasilkan suara teriakan dari laki-laki yang terluka itu. "Kau tidak baik-baik saja. Jika kau tidak mau pergi ke rumah sakit, kalau begitu Henley dan aku yang akan mengobatimu untuk sekarang. Brandon, buat bungkusan berisi es dan ambil ibuprofen. Henley, pertama periksa pergelangan tangannya."
"Yes, sir," Brandon dan aku berkata bersamaan, tidak ada di antara kami yang berani bertanya padanya. Henry hampir mengintimidasi—tidak dia memang mengintimidasi sekarang.
Lee menggendong tangannya di dada, tapi memberikannya padaku ketika Henry memberikan tatapan tajam kepadanya. Dengan lembut aku meraih tangannya, dan memeriksanya. Meskipun itu memar dan bengkak, tapi tidak terlihat parah. Lee tidak meringis ketika aku membalikkan tangannya untuk memeriksa sisi lain. Pertanda bagus kalau mungkin tangannya hanya terkilir, tapi tidak patah.
"Kita harus menghentikan pembengkakannya. Apa ini sangat sakit?" tanyaku pada Lee.
Lee menggelengkan kepalanya. "Tidak. Hanya sedikit."
"Apa kau tidak keberatan jika aku bertanya seberapa keras kau jatuh?" aku sudah memiliki bayangan bagaimana Lee terjatuh bergulung di sepanjang anak tangga dan merinding karena itu.
"Tidak seburuk itu. Aku terpeleset dan jatuh di anak tangga kelima terakhir."
"Kau tidak terpeleset," kata Henry dengan dingin.
Lee menciut sendiri dan aku mengernyit ke arah Henry. Henry menatap keras pada pergelangan kaki Lee, tangannya gemetar. Betapa mengerikan rasanya melihat dan mengetahui kalau kau tidak bisa melakukan apa pun? Tidak heran Henry sangat marah.
"Lee, kau bisa mengatakan kepada kami yang sebenarnya," kataku saat Brandon kembali ke ruangan, dengan canggung membawa membuat kantong es di tangannya, menyerahkannya pada Henry yang memakaikannya ke pergelangan kaki Lee. "Kita tidak akan melakukan apa pun tanpa izinmu. Ini, pegang ini di pergelangan tanganmu. Dengan lembut."
Menggigit bibirnya, Lee mengulurkan tangannya dan mengambil es dari Brandon, menempatkannya ke pergelangan tangannya yang sakit. Wajahnya mengerut sejenak lalu menyesuaikan dirinya, kembali berbaring di atas sofa. "Aku tahu. Hanya saja tidak seburuk yang kau pikirkan. Dia tidak bermaksud melakukan itu— ow, Henry, ow!"
Henry dengan cepat melepaskan pergelangan kaki Lee, menarik tangannya kembali. Perasaan malu memenuhi pipinya dan dia menundukkan kepalanya. "Maaf."
Lee menggunakan tangannya yang tidak terluka untuk mengacak-acak rambut Henry. "Tidak apa-apa. Maafkan aku kau harus melihat itu."
"Jika dia mencoba melakukan apa pun lagi, Aku akan menghentikannya."
"Jangan khawatirkan soal itu. Ini tidak akan terjadi lagi. Ini hanya kecelakaan. Sungguh," Lee bersikeras. "Aku bahkan tidak merasa sesakit itu."
"Bagaimana itu bisa terjadi?" Aku bertanya, mencoba untuk menjaga nada bicaraku tetap ringan.
Mata Lee bertemu denganku dan dia tersenyum dengan lelah. "Kami berdebat soal pekerjaan. Itu juga mengapa ini menjadi kesalahanku. Dia mencoba untuk pergi dan aku tidak membiarkannya. Terjadi karena insting. Dia mencoba melepaskan diri dariku dan aku kehilangan keseimbangan. Hanya itu. Ibu berkepala panas. Dia tidak memikirkannya."
Hampir terdengar seperti Lee mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa itulah yang telah terjadi. Henry mengatupkan rahangnya membuatku berpikir sebaliknya, tapi karena resiko membuat Lee marah, aku memutuskan untuk tidak menyuarakan kekhawatiranku. Ini adalah topik yang sensitif. Karena itu, aku hanya mengangguk. "Apa kau keberatan jika aku memeriksa di dalam kemejamu? Aku membayangkanmu jatuh ke belakang dan berputar saat mencoba menahan dirimu sendiri, yang mungkin menjadi penyebab kau melukai pergelangan tanganmu. Tapi kau bisa saja menyakiti tulang rusukmu juga. Apa kau merasa sakit di sana?"
Lee menyandar ke depan sofa dan membiarkanku membuka kemejanya. "Rasanya sedikit sakit, tapi kurasa pergelangan tanganku dan pergelangan kakiku yang paling sakit. Kurasa aku membuat pergelangan kakiku terkilir saat aku kehilangan pijakan."
"Apa kau mempelajari forensik atau semacamnya saat aku berada di penjara?" Brandon bertanya. "Karena Lee yang menyakiti rusuknya terdengar masuk akal."
Aku berhenti sejenak melakukan pemeriksaan pada sisi tubuh Lee untuk memberikan tatapan tidak terkesan kepada Brandon. "Tidak. Ini namanya akal sehat."
Brandon mengerucutkan bibirnya, tapi tidak membalas.
"Apa ini sakit?" tanyaku pada Lee, dengan lembut memberikan tekanan pada titik yang terlihat memar.
Dia terlonjak, tapi dengan cepat pulih. "Tidak. Itu geli."
Sebuah bekas luka yang halus, dan pucat mengintip dari lingkar pinggang celananya dan aku memperhatikannya untuk beberapa saat. Darimana asalnya? Ketika dia mengalami kecelakaan? Itu akan masuk akal. Apa Lee ingat tentang kecelakaan itu tiap kali dia melihat luka itu? Pikiran itu membuat hatiku sakit.
Menyadarkan diriku keluar dari pikiran itu, aku merapikan kemejanya kembali, membantunya mengancingkan bajunya. "Sepertinya kau akan baik-baik saja tanpa pergi ke rumah sakit, tapi jika pembengkakan di pergelangan kaki atau tanganmu semakin buruk, kau sungguh harus memeriksakannya pada orang yang profesional."
"Jika itu terjadi aku tahu kolega lama yang akan memeriksaku," ucap Lee, menyesuaikan dirinya kembali dan menarik kakinya dari pegangan Henry. "Henry, kau tidak perlu memegangnya. Aku hanya akan menopang kakiku."
Henry ragu-ragu tapi akhirnya berdiri. "Oke. Kau harus beristirahat." Dia menolong Lee menyangga pergelangan kakinya dengan bantal pada posisi yang bisa membuat kantong es dapat diletakkan tanpa harus dipegangi.
"Oh, ambil ini juga," Brandon menawarkan, memberikan Lee segelas air dan ibuprofen.
"Terima kasih, kalian semua," Lee merespon dengan penuh syukur, tersenyum pada kami bertiga secara bergantian.
Sebuah tangan menyentuhku dengan lembut dan aku menoleh ke arah Henry, Melihatnya menggerakkan kepalanya ke arah dapur. "Kenapa aku tidak memesankan makanan untuk kita?" aku menyarankan. "Henry, apa kau ingin melihat menu denganku?"
Saat sudah sendiri, Henry menggosok tangannya ke kening, menghembuskan helaan napas dalam. "Maaf soal ini, Henley."
"Apa? Maaf? Tidak ada yang perlu dimaafkan."
"Kau sudah sangat terjerat dengan masalah Bennett dan sekarang sepertinya aku telah membawa masalah Lee juga padamu."
"Masalah temanku adalah masalahku."
Henry tersenyum karena kalimat itu. "Kau terlalu baik."
"Aku hanya mencoba menjadi manusia yang baik. Semua orang sangat membantuku, setidaknya ini yang dapat kulakukan... tapi apa kau percaya pada Lee? Apa itu benar-benar kecelakaan?"
Senyum itu memudar dari wajah Henry. "Itu bukan kecelakaan."
"Aku percaya padamu," aku mengaku. "Mrs. Calloway benar-benar orang yang jahat. Aku bahkan tidak terkejut dia bahkan sanggup menyakiti anaknya sendiri. Tapi... apa ini sering terjadi?"
"Tidak, untungnya. Lebih dari apa yang bisa dianggap sebagai kebetulan, itu yang pasti. Sekarang setelah aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, ada beberapa contoh lain di mana Lee terluka dan penjelasannya tidak masuk akal."
Pertanyaan selanjutnya seperti berada di ujung bibirku, tapi aku tidak yakin jika aku harus menanyakannya. Meskipun aku ingin membantu Lee, ini sungguh bukan urusanku. Jika Lee ingin terbuka padaku, aku akan membiarkannya. Begitu juga dengan Bennett. Dan jika Mrs. Calloway melakukan ini kepada Bennett juga....
"Aku tidak berpikir dia pernah melakukan apa pun kepada Bennett."
Mataku mengerjap ke arah Henry.
Dia mengedik. "Itu juga pikiran pertamaku. Jika dia melakukan ini kepada Lee, akan masuk akal jika dia juga melakukannya pada Bennett. Tapi dia tidak melakukannya. Aku tidak tahu kenapa ini terjadi. Dia punya masalah mengatasi amarahnya, ya, tapi untuk menyakiti anaknya secara fisik? Bagaimana bisa seorang ibu melakukan itu? Henley, dia tidak menunjukkan sedikit pun penyesalan setelah Lee terjatuh. Dia berpaling dengan dingin dan berjalan ke arah yang lain. Aku tidak mengerti. Bagaimana dia bisa melakukan itu? Bagaimana dia bisa menyakiti Lee—"
"Tidak apa-apa, Henry," kataku, menggenggam tangannya. "Kau sudah melakukan hal terbaik yang bisa kau lakukan dengan berada bersamanya. Aku tahu kau lebih dari ingin melindunginya."
Jemari Henry menancap pada kulitku ketika dia menggenggam tanganku. "Tapi, Henley... aku teringat pada sesuatu."
"Apa?"
Tangannya gemetar sekarang dan dia terus menundukkan kepalanya. "Sekarang saat aku memikirkannya, Mrs. Calloway selalu saja keras pada Lee. Dia membuatnya ingin bun—untuk menyerah. Dia selalu kejam jadi aku pikir itu hanyalah hal normal. Tapi seharusnya aku lebih tahu dari siapa pun. Akulah yang sering berada di sekitar Mrs. Calloway. Kemudian akulah yang sering berada di sekitar Lee. Sekarang aku juga yang sering berada di sekitar Bennett. Dan sekarang aku melihat apa yang tidak pernah aku lihat sebelumnya."
Tangannya berkeringat dari tanganku—sangat kontras dengan betapa kering mulutku terasa. Dia bergetar seperti pohon willow di depanku, genggamannya nyaris menghentikan sirkulasiku ketika dia mencari kata berikutnya.
"Aku tidak pada siapa mengatakannya," dia berbisik, matanya basah dengan air mata ketika dia menatapku.
Jantungku seperti melompat naik ke tenggorokanku. Situasi ini serius, aku tahu itu, aku tahu itu, tapi apa pun yang Henry pikirkan benar-benar membuatnya merasa tercabik-cabik. "Ada apa, Henry?"
"Pada malam itu— malam saat Lee kecelakaan—aku tidak pernah berpikir ini penting untuk disebutkan. Aku— aku sudah menyimpan hal ini menjadi rahasia. Aku sudah melindungi dia tanpa mengetahuinya. Apa yang telah dia lakukan pada Lee." Air mata jatuh dari mata Henry dan aku merasa tidak berdaya. "Kupikir itu adalah dia."
"Apa itu dia?" aku menekankan.
"Aku meneleponnya. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa melewatkannya. Aku sungguh buruk. Aku melewatkan sesuatu yang sudah jelas. Itu sangat jelas."
Perasaan dingin menjalar ke sekujur tubuhku. Mendadak aku merasa mual. "Henry—"
"Ketika aku menghubungi Mrs. Calloway, dia telah mengetahuinya. Aku ingat pembicaraanya dengan sangat jelas karena aku pernah berpikir itu aneh ketika dia bisa membicarakan tentang anak laki-lakinya yang sedang terluka dengan kasual. Mengatakan kalau dia sudah tahu apa yang terjadi—tapi sekarang aku sadar dia tidak bisa melakukan itu. Aku adalah kontak darurat Lee, bukan dia. Itu aku, lalu Bennett, kemudian dia. Akulah yang pertama akan mendapatkan panggilan. Panggilan yang mengatakan kalau Lee ditabrak oleh sebuah mobil."
Tubuhku membeku.
"Bukan itu, Henley. Bukan itu yang membuatku tahu. Tapi ketika Sebastian menemukan catatan medis itu. Mereka memiliki bukti kalau Lee ditabrak oleh sebuah mobil. Tidak ada yang berpikir dua kali tentang itu, berpikir kalau itu dipalsukan untuk menutupi fakta bahwa Brandon telah disalahkan atas kecelakaan Lee. Tapi laporan kecelakaan itu tidak dipalsukan, Henley. Ketika Sebastian menunjukkan laporan itu padaku, aku teringat sesuatu. Malam itu aku menghubungi Mrs. Calloway, dia mengatakan kalau Lee menabrakkan mobilnya. Dia sudah tahu apa yang terjadi. Lee menabrakkan mobilnya."
Henry berhenti sejenak seolah menungguku untuk menangkap apa yang dia katakan, tapi pikiranku berputar-putar pada kata-katanya. Aku merasa pusing secara fisik. Apa yang dia coba katakan? Mrs. Calloway tahu kalau Lee ingin membunuh dirinya sendiri? Apa dia ada di sana, memperhatikannya, tidak menghentikannya? Atau...?"
"Henley, telepon dari polisi mengatakan padaku kalau Lee ditabrak oleh mobil. Setelah itu, Mrs. Calloway mengganti ceritanya. Dia mengatakan pada Bennett dan semua orang kalau Lee mencoba membunuh dirinya sendiri dengan melemparkan dirinya di depan mobil. Jadi kenapa, ketika aku menghubungi Mrs. Calloway di malam kecelakaan itu, dia mengatakan kalau dia sudah mengetahui Lee menabrakkan mobilnya? Kukira dia salah bicara saat itu, tapi sekarang kupikir aku mengerti."
Aku menggelengkan kepalaku. "Aku tidak tahu apa yang kau coba katakan."
"Kita tidak tahu kalau Lee menabrakkan mobilnya sampai beberapa minggu yang lalu," dia melanjutkan, suaranya semakin pelan. "Tapi Mrs. Calloway tahu pada malam kecelakaan itu. Itulah cara bagaimana dia dapat menyiapkan semuanya untuk menjebak saudara laki-lakimu. Tapi... Lee sadar saat itu. Dia ingat saat menabrak pohon. Aku tahu dia tidak akan membiarkan ibunya menyalahkan kecelakaan itu pada saksi. Jadi jika dia sangat putus asa untuk membuat Lee diam..."
Henry mengoceh seperti orang gila. Dia bicara berputar-putar. Mataku mencari-cari matanya, mencoba untuk menemukan jawaban.
"Henley, Aku pikir Mrs. Calloway menabrak Lee dengan mobilnya," dia akhirnya berbisik.
Tarikan napasku terasa begitu cepat dan kuat, aku tersedak. Tangan Henry menggenggam erat tanganku ketika aku berusaha menghirup udara, sementara pikiranku berpacu. Tidak, itu tidak mungkin benar. Tidak ada orang yang akan melakukan hal sejauh itu. Kenapa Mrs. Calloway melakukan itu? Dengan menyalakan semuanya pada saudara laki-lakiku, dia sudah melindungi putranya.
"Itu tidak masuk akal," aku kesulitan untuk melontarkan kalimat itu, dan menarik napas dalam.
"Itu masuk akal. Lee tidak akan membiarkan Mrs. Calloway menyalahkan kecelakaannya pada orang lain. Dia tidak menabrakkan mobilnya ke pohon sekeras itu. Dia bisa mengingat apa yang terjadi. Mrs. Calloway tahu Lee tidak akan membiarkan dia menyalahkan orang lain. Tidak mungkin itu adalah sebuah kebetulan kalau Lee ditabrak mobil hanya sesaat setelah dia menabrakkan mobilnya. Mrs. Calloway sudah ada di sana sebelum semua orang. Malam itu ada dua kecelakaan yang dilaporkan, Henley. Kecelakaan Brandon dan Lee."
Tenggorokanku tercekat. Ini tidak mungkin. Mrs. Calloway tidak akan melakukan itu pada putranya sendiri hanya untuk membuatnya diam. Pikiranku bahkan tidak mampu memahami sesuatu seperti itu. Pikiranku tidak mampu menyerap kalimat Henry. Henry pasti telah keliru.
Henry akhirnya melepaskanku, tangannya terangkat untuk menutupi matanya, menekannya dengan keras. "Dia mengatakan padaku sejak lama dan aku tidak pernah menyadarinya... Aku tidak pernah memikirkannya. Aku telah menyimpannya pada diriku sendiri. Aku tidak percaya dia bisa menyakiti putranya sendiri seperti itu. Tidak Lee. Tapi sekarang setelah aku melihatnya dengan mataku sendiri. Itulah yang mereka debatkan, Henley."
"Apa?"
"Lee tidak bisa mengingat apapun setelah menabrakkan mobilnya. Lee tahu dia telah berbohong pada kita semua. Dia tahu ada sesuatu yang terjadi dan ingin meminta kebenaran darinya. Itulah saat dia mendorong Lee jatuh dari tangga." Henry gemetar. "Apa itu usaha lain untuk membuatnya diam? Jika apa yang aku pikirkan benar, bagaimana jika Lee ingat apa yang sebenarnya terjadi? Lee it... rapuh. Aku tidak tahu bagaimana dia dapat mengatasinya jika ternyata ibunya dengan sengaja mencoba melukainya."
Meskipun Henry mengatakan kalau Lee lah sosok yang rapuh, Henry terlihat seperti satu langkah dari kehancuran. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, aku mengalungkan tanganku di tubuh Henry, memeluknya dengan lembut.
"Maafkan aku, Henley. Aku tidak bisa memberitahu orang lain. Bennett dan Lee sudah cukup menderita. Apa yang harus aku lakukan?"
Aku tidak yakin. Tidak ada kata yang keluar dariku. Aku hanya memeluk Henry lebih erat, mencoba menata pikiranku. Rasanya semua itu keterlaluan. Sebagian dari diriku tidak dapat percaya Mrs. Calloway akan menempatkan putranya dalam bahaya hanya untuk membuatnya diam, tapi kemudian, sebagian dari diriku percaya. Jahan bahkan tidak dapat mendeskripsikan wanita itu. Aku tidak pernah merasa dia peduli pada apa pun selain perusahaannya, khususnya kedua putranya. Jika aku jujur pada diriku sendiri, pikiran Henry tidak jauh keluar jalur, tidak peduli betapa mengerikannya semua itu.
Seolah hatiku dapat lebih sakit lagi, isakan Henry terdengar. "Aku bisa membantu mereka sejak dulu jika saja aku lebih memperhatikan. Mereka telah menderita karena aku. Mungkin jika aku ikut campur, semua ini tidak akan terjadi."
Sudah berapa banyak orang yang disiksa oleh Mrs. Calloway? Kapan rasa sakit yang dia sebabkan akan berakhir? Penderitaan seperti apa yang Bennett dan Lee sembunyikan? Apakah masalah kami saat ini hanyalah permukaanya?
Aku mendorong Henry menjauh dariku, melihat air mata menuruni hidungnya dan berkumpul di tepi kacamatanya. "Henry, ini bukanlah kesalahanmu. Jangan berpikir seperti itu. Jika memang itu yang terjadi tidak akan ada yang bisa menebaknya."
Ekspresinya sedih karena implikasiku.
"Bukannya aku tidak percaya padamu," kataku dengan cepat, "tapi kita tidak bisa menangani ini sendirian. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan, Henry. Aku sudah pasti percaya kalau Mrs. Calloway mampu melakukan itu, meskipun itu terdengar sangat kacau. Dia bahkan tidak ragu untuk memasukkan saudara laki-lakiku ke dalam penjara hanya karena menyaksikan apa yang terjadi. Jika dia memang menyakiti Lee hanya untuk membuatnya diam, aku takut pada apa yang akan dia lakukan jika dia mengetahui kalau kau kau mencurigainya untuk ini."
"Kita tidak bisa mengatakan kepada Bennett atau Lee."
"Kita harus mengatakan kepada Bennett."
"Tidak, tidak sampai aku dapat memiliki bukti," Henry protes. "Jika aku bisa membuktikannya, ini mungkin akan menyelamatkan kalian semua. Lee, Bennett, kau, dan saudara laki-lakimu. Aku tidak ingin melihat dia kehilangan posisinya."
Mataku melebar. "Apa? Henry, setelah semua yang kau katakan, kau seharusnya menginginkan itu—"
Matanya menyipit. "Tidak, Aku ingin jalang itu dilemparkan ke dalam penjara."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro