Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 43


Henley

"Jadi kurasa semuanya sudah kembali baik di dalam dunia Benley?" Ariana bertanya ketika aku muncul di tempat kerja keesokan harinya, dengan Bennett, yang bersikeras ingin mengantarku.

"Ya," Bennett menjawab, memegang tanganku lebih erat.

"Kalian berdua punya lebih banyak drama daripada acara televisi. Mungkin kalian harus memasukkan skenario hubungan kelian ke Lifetime."

Aku memutar bola mataku sementara dia terkikik pada leluconnya sendiri. "Meskipun rasanya bagus jika bisa dibayar untuk menghadapi semua ini, aku tetap tidak menginginkannya."

"Ooh, atau aku bisa menulis sebuah buku! Ah, aku tahu judul yang tepat— Hired to Love."

"Tidak, Ariana. Kau tidak boleh mengeksploitasiku seperti itu."

Dia mengernyit. "Oke. Judulnya memang norak."

Saat petir menderu di atas kepala kami, aku melirik ke arah jendela, dan agak terkejut. Aplikasi ramalan cuaca tidak mengatakan kalau akan ada badai hari ini. Tetap saja, air hujan terus jatuh dari langit.

"Aku harus pergi bekerja sekarang," kata Bennett, melihat jam di dinding. "Ariana, bisa aku pesan segelas besar kopi panas dengan espresso untuk dibawa pergi?"

Dia mengangguk dan menghilang di belakang konter sementara aku berbalik ke arah Bennett yang bibirnya membentuk garis lurus. "Espresso?"

"Aku akan membutuhkannya untuk menghadapi ibuku hari ini."

Aku meringis. "Kau bisa minta izin meninggal."

Butuh hampir lima detik untuk sadar bagaimana buruknya selera humorku, tapi sebelum aku dapat meminta maaf, bibir Bennett tersenyum kecil. "Aku tidak pernah mendengar alasan seperti itu sebelumnya. Namun, tidak akan seburuk itu. Lee akan ada di sana hari ini jadi setidaknya aku tidak perlu menghadapinya sendirian."

Kata-katanya terdengar menyedihkan. Aku hanya tahu satu sisi dari Mrs. Calloway dan ya, sisi itu mengerikan, tapi aku penasaran pada sisi lain dirinya. Sisi apa yang membuat kedua putranya tidak ingin berada di dekatnya. Sisi apa yang membuat Bennett merasa kalau dia harus mengikuti setiap kata-katanya. Dan sisi apa yang membuat putra-putranya melindungi dia bahkan setelah semua hal mengerikan yang ditimbulkannya pada mereka.

Mungkin aku hanya tidak mengerti. Orang tuaku nyaris tidak pernah ada di dalam hidupku. Kata keluarga tidak berarti sama bagiku seperti halnya bagi orang lain.

"Henley," panggil Bennett, menekankan jari ke keningku dan menghaluskan kerutannya. "Apa yang kau pikirkan? Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja."

"Aku tahu, tapi aku tetap merasa ingin melindungimu dari ibumu."

"Aku juga merasakan sentimen yang sama."

"Baiklah, tapi bagaimana bisa kau mengharapkanku tidak menggunakan kata-katamu ke dalam buku kalau kata-katamu itu sangat gombal," ucap Ariana, mendadak muncul di antara kami, segelas kopi di tangannya. "Sungguh, aku tidak bisa memikirkan pasangan lain yang lebih baik untuk masuk ke dalam sebuah buku atau film."

Aku mengambil segelas kopi itu darinya dan dengan pelan mendorong Ariana ke samping. "Tidak, Ariana. Aku akan menuntutmu atas pencemaran nama baik jika kau melakukannya."

"Oke, Bennett. Kau merusak kesenanganku."

Bennett mengerjap terkejut.

Aku menggigit bibir untuk menahan seringaian. "Abaikan dia, Bennett. Kau akan terlambat jika tetap tinggal lebih lama lagi."

Bennett menatap Ariana beberapa saat sebelum kembali mengalihkan perhatiannya kepadaku. "Henry akan menjemputmu nanti. Aku akan datang ke rumahmu setelah aku selesai. Sesuatu mengatakan padaku kalau beban kerja akan sangat tinggi hari ini."

"Oke, sampai jumpa nanti kalau begitu."

Dia terlihat ragu untuk beberapa saat, bergerak-gerak di atas tumit kakinya, kemudian dengan cepat menekankan ciuman di keningku. "Aku mencintaimu, semoga harimu menyenangkan."

Tanpa menungguku membalas dia berjalan ke luar toko. Aku melihatnya pergi sebelum menoleh ke arah Ariana, yang sekarang mengetik di ponselnya dengan cepat. "Apa yang kau lakukan?" aku bertanya.

"Tidak ada," ucapnya cepat, menengadah ke arahku dan memasukkan ponselnya ke dalam saku. "Kau akan menggunakan apronmu atau tidak?"

Aku menyipitkan mataku kepadanya sebelum menyusup ke bawah konter dan mengambil apron dari gantungan. "Apakah sudah sibuk?"

"Tidak juga. Dan sekarang hujan jadi tempat ini mungkin akan lebih sepi. Yang mana itu bagus karena kau butuh memberitahuku tentang apa yang sudah aku lewatkan antara kau dan Bennett."

"Ceritanya panjang."

"Itu jenis kesukaanku."

Aku mulai mengelap meja konter sambil menceritakan kembali kejadian-kejadian yang terjadi dalam beberapa hari belakangan ini. Sebagian dari diriku ingin melewatkan bagian tentang Sebastian yang berbohong padaku, tapi penting untuk Ariana mengetahuinya—untuk lebih dari satu alasan. Jika dia dapat menyembunyikan sesuatu seperti itu, apa lagi yang bisa dia sembunyinyakan? Aku tidak ingin tidak mempercayai Sebastian setelah ini, tapi aku baru saja mengenalnya. Bagaimana sebaiknya aku membangun kembali kepercayaan ini? Dan bagaimana jika dia mencoba untuk menjalin hubungan dengan Ariana? Bagaimana aku dapat mendukung itu?

"Haruskan aku menghajarnya?" adalah tanggapan Ariana setelah aku menjelaskan semuanya.

"Tidak," aku tertawa.

Dia tersenyum, tapi sepertinya tidak merasakan humor apa pun. "Aku tidak pernah berpikir Sebastian akan melakukan itu."

Aku mengambil kantong biji kopi dan mulai mengisi penggiling. "Maksudku dia bukannya tidak punya alasan. Dan kita juga bukan teman yang sangat akrab. Kita hanya tahu satu sama lain dalam kurun waktu beberapa bulan."

"Tetap saja..." kekesalan dalam ekspresinya membuat hatiku seperti dikepal.

"Apa kau sungguh menyukainya?"

Ariana melihat ke arahku, matanya melebar. "Huh?"

"Sebastian. Seberapa besar rasa sukamu padanya?"

"Well maksudku, dia tampan. Dan baik. Dan dia punya suara yang bagus. Dalam, tapi sangat lembut. Dan walaupun dia kaya, kau tidak akan pernah tahu kecuali dia mengatakan kepadamu. Dia sangat rendah hati dan baik. Dan matanya—"

Aku menepuk-nepuk pundaknya. "Aku tidak tahu kau menyukainya sedalam itu."

Dia mengerucutkan bibirnya. "Apa yang harus kulakukan sekarang? Bagaimana aku dapat menyukai seseorang seperti itu? Tidak setelah apa yang dia lakukan padamu dan Brandon."

"Seperti yang kukatakan, aku yakin dia punya alasannya—"

"Itu tidak penting. Aku bahkan tidak tahu jika aku akan melihatnya dengan cara yang sama setelah dia menyimpan informasi penting seperti itu darimu. Bagaimana kau tahu kalau dia akan mengatakan kepadamu? Bagaimana jika dia memutuskan untuk menyimpan apa yang dia temukan selamanya?"

"Ariana, Sebastian masihlah laki-laki yang baik. Aku tidak percaya dia akan melakukan itu."

"Aku juga tidak," dia setuju. "Tapi bagaimana kita bisa tahu dengan yakin? Ini membuatku sedikit marah. Di kepalaku Sebastian adalah laki-laki yang sempurna. Tapi kurasa tidak ada yang sempurna."

Aku mengangguk, membuat segelas kopi untuk diriku sendiri. Aku merasa lelah. Dapat dimaklumi, tentu saja. Setelah melihat kejadian tidak karuan yang terjadi belakangan ini. Hujan di luar mungkin juga tidak membantu.

"Aku tidak akan marah jika kau ingin terus menyukainya juga," Aku kembali melanjutkan setelah menyesap kopiku. Kopi ini membakar lidahku, tapi rasa hangat dan manis memenuhi tubuhku.

"Oh, lupakan Sebastian. Aku masih punya kakakmu."

Suara berdenting menarik perhatian kami ke depan toko. Ariana menarik napas kecil di sampingku ketika aku mengenali laki-laki berpakaian rapi di depan pintu adalah Sebastian. Dia terlihat sedikit berbeda hari ini. Rambutnya di sisir ke belakang dengan gaya yang berbeda dan dia mengenakan pakaian yang lebih kasual dari biasanya. Bukannya kemeja atau jas, dia menggunakan sweater rajutan dan celana jeans hitam. Pakaian itu terlihat sangat bagus padanya.

Gambaran Bennett menggunakan pakaian yang sama muncul di kepalaku, aku sampai perlu menolehkan pandanganku dari Sebastian untuk menyembunyikan senyumku. Bennett dengan pakaian kasual... akankah aku mendapat kesempatan melihatnya di tempat umum? Bahkan celana piyama dalam kenyamanan rumahnya sendiri tampaknya merupakan permintaan yang terlalu besar terkadang.

"Selamat pagi Henley, Ariana," Sebastian menyapa kami ketika dia mendekati konter.

Ariana menundukkan kepalanya sebagai pengakuan dan berbalik, menyibukkan dirinya dengan memeriksa tingkat creamers dan susu. Sudut bibir Sebastian turun sedikit dan pandangannya beralih padaku. "Apa kau sibuk sekarang?"

"Aku baru saja sampai jadi aku punya beberapa hal untuk dilakukan, tapi itu tidak terlalu mendesak. Seperti yang kau lihat tidak ada pengunjung..."

"Maafkan aku karena sudah datang ke tempat kerjamu untuk mendiskusikan tentang ini, tapi aku tidak mau meninggalkan situasinya seperti kemarin. Semuanya tegang dan terburu-buru. Aku malu dan aku merasa mual sepanjang malam memikirkan tentang bagaimana hal yang kulakukan mempengaruhimu. Aku sungguh tidak mengharapkan kau memaafkanku, tapi aku hanya ingin menjelaskan kepadamu sekali lagi. Aku tahu aku egois, tapi tolong dengarkan Henley."

Tatapan sungguh-sungguh yang ada di mata Sebastian menyakiti hatiku. Apa dia sungguh mengalami kesulitan karena ini? Bagaimana bisa aku berpikir buruk tentangnya? Dia melindungi Bennett dan keluarganya. Bahkan jika dia tidak akan pernah mengatakannya padaku, dia bisa saja melakukannya untuk keluarganya. Aku akan melakukan apa pun untuk Brandon. Bisakah aku sungguh-sungguh marah? Ariana terlihat tidak bergerak dan aku tahu kalau dia mendengarkan juga. "Aku bisa mengerti kenapa kau menyimpan semuanya dariku."

"Aku berjanji akan mengatakannya padamu. Ketika aku pergi ke rumah Bennett hari itu, aku akan menjelaskan semuanya kepada dia dan menemukan cara yang lebih mudah untuk memberitahumu tentang itu. Aku tidak tahu kau ada di sana. Aku tidak menyembunyikan apa pun untuk melindungi keluargaku. Aku ingin memastikan kalau aku yakin tentang semuanya sebelum aku mengatakan kepadamu. Aku tidak ingin menyakitimu tanpa bukti yang jelas."

Aku bersandar pada konter, meletakkan tanganku pada saki apronku. "Kau tidak menyakitiku, Sebastian. Ya, aku kesal pada situasinya, tapi kau tidak ada sangkut pautnya dengan itu. Dan kau tahu? Sekarang setelah aku memikirkannya, aku tidak punya hak untuk marah padamu sama sekali."

"Kau punya hak untuk marah, Henley."

"Jika kau tidak menggali semua ini, mungkin ini tidak akan pernah bisa diketahui. Kakak laki-lakiku akan tetap bersalah dan aku akan selalu bertanya-tanya jika dia memang bersalah. Jadi sekarang aku sadar semua ini, aku sungguh harus berterima kasih padamu untuk apa yang kau lakukan."

"Aku tidak melakukannya untukmu atau Brandon."

"Aku tahu."

Sebastian memberiku tatapan anak anjing. "Tetap saja, aku seharusnya mengikutkanmu dari awal."

"Tidak apa-apa, Sebastian. Tapi mulai sekarang tidak akan ada lagi rahasia. Rahasia akan selalu terungkap dan seseorang akan selalu tersakiti."

"Aku berjanji akan mengatakan semuanya padamu mulai sekarang. Aku menikmati kehadiranmu. Aku ingin kita tetap berteman."

Aku tersenyum. "Aku menikmati kehadiranmu juga. Dan aku mengencani sahabatmu. Kita harus akur."

Ariana tiba-tiba muncul, memegang segelas kopi yang mengepul. Hampir seperti tawaran perdamaian, dia mendorongnya di atas konter ke arah Sebastian. Cahaya dari mata laki-laki itu tampaknya dapat menerangi seluruh kedai kopi ini, seolah matahari telah muncul. "Terima kasih," kata Sebastian, memegang tangannya untuk sesaat.

Dia menahan tatapannya. "Aku peringatkan padamu sekarang... jika kau menyakiti Henley lagi, aku tidak akan membiarkanmu lolos dengan mudah."

"Ariana," aku menghela napas.

"Tidak akan," Sebastian berjanji. "Dan aku seharusnya meminta maaf padamu juga, Ariana. Kita tidak terlalu saling mengenal dan aku yakin ini meninggalkan bekas yang buruk padamu. Aku telah menganggapmu sebagai teman dan maafkan aku untuk apa yang sudah aku lakukan yang dapat mengancam pertemanan itu."

"Aku hanya marah atas nama Henley...jadi jika dia baik-baik saja maka aku juga tidak masalah."

Aku memutar bola mataku ketika rona merah mudah samar terlihat di wajahnya. Ariana adalah orang yang setia sampai ada sesuatu. Lemparkan seorang pria tampan ke dalam situasinya dan semuanya bisa terjadi. Walaupun Sebastian berbeda dari rata-rata pria tampan. Sebastian jauh lebih baik dari mereka.

Dia tersenyum dengan hangat pada Ariana. "Terima kasih, Ariana."

Aku menjernihkan tenggorokanku ketika Ariana masih belum bergerak dari depan Sebastian dan Sebastian juga tidak terlihat akan melepaskan tangan Ariana. "Kau tidak masuk kerja Sebastian?"

"Aku izin sakit. Tidak ingin meninggalkan hal yang belum terselesaikan antara kita."

"Apa? Kau izin hanya karena ingin bicara denganku? Apa tidak apa-apa melakukan itu?"

"Satu hari tidak akan membunuh siapa pun. Aku akan memeriksa ibuku nanti. Apa kau sudah bicara dengan Brandon?"

Sekarang adalah giliranku merasa bersalah. "Belum... dia masih belum mengetahui apa pun. Lee bilang dia ingin bicara padanya terlebih dahulu, tapi aku takut meninggalkan mereka berdua sendiri. Aku meminta pada Lee untuk menunggu hingga aku sampai di sana juga."

Sebastian mengetuk-ngetuk cangkir kopinya. "Mungkin aku harus berada di sana juga."

"Tidak," kataku dengan cepat. "Lebih sedikit orang di sana, lebih baik. Khususnya jika dia marah. Aku tidak yakin bagaimana dia akan menerima hal ini. Apa lagi mengingat dia dan Lee adalah teman sebelumnya."

"Aku berharap dia mengerti ini bukanlah kesalahan Lee. Di samping mabuk, Mrs. Calloway sudah menyiapkan semuanya dengan sempurna. Brandon pasti berjalan pada saat yang sempurna. Dan Brandon tidak bisa mengingat apa pun yang terjadi kan? Dia adalah contoh dari tempat yang salah pada waktu yang salah."

"Apa yang aku tidak mengerti adalah luka Lee. Bagaimana bisa dia terluka? Kau membuatnya terdengar seperti dia ditabrak oleh mobil."

"Aku juga tidak mengerti. Aku menemukan foto dari mobil dalam kecelakaan itu. Tidak ada kerusakan yang cukup menyebabkan luka serius pada Lee jadi itu pasti terjadi di luar mobil. Dan ya, cedera konsisten dengan laporan kecelakaan, tapi jika dia berada di luar mobil dan ditabrak maka itu artinya kita masih kehilangan bagian penting dalam kejadian ini. Tabrak lari atau kasus kelalaian yang serius. Kita tidak punya kesempatan untuk membicarakan tentang semuanya semalam tapi kita harus membahasnya lagi dengan Lee dan Bennett."

Bahkan tidak terpikir olehku untuk memikirkan tentang luka Lee. Brandon hanya ditangkap karena mencuri mobil dan mengemudi dengan mabuk. Dia tidak terluka sama sekali ketika dia ditemukan mabuk dan linglung. Jadi, untuk Lee yang mendapatkan luka, hal lain pasti telah terjadi. Apakah orang lain menabrak Lee yang mabuk pada saat dia tersandung di jalan? Tapi kenapa mereka tidak berhenti untuk membantu? Pada titik ini Mrs. Calloway harus berada di sana karena Lee tidak berada dekat dengan tempat kejadian saat polisi muncul.

"Aku sudah menanyakan Lee tapi dia tidak bisa mengingatnya," Sebastian melanjutkan, menghentikan rentetan pikiranku. "Rasanya frustasi. Kehilangan ingatan harusnya ada dalam plot saja. Sekarang kita punya dua orang yang tidak bisa mengingat kejadian kritikal dan kita harus mencari tahunya sendiri."

"Aku tidak bermaksud untuk ikut campur...tapi kau tidak berpikir kalau itu dilakukan dengan tujuan tertentu kan?" tanya Ariana.

Sebastian mengarahkan tubuhnya ke Ariana. "Apa maksudmu?"

"Brandon sangat mabuk jadi aku mengerti kenapa dia tidak mengingat apa pun. Tapi Lee sepertinya bukanlah tipe orang yang akan duduk diam saat ini terjadi. Mungkin seseorang tahu itu dan ingin dia untuk kehilangan ingatannya. Atau mungkin aku terlalu banyak menonton drama dan perlu menonton apa yang tadi aku katakan," dia mengakhirinya dengan tawa canggung. "Maaf. Abaikan aku."

Perasaan dingin menjalar padaku melalui kata-katanya. Sesuatu yang kedengarannya hanya terjadi di TV mungkin saja terjadi ketika itu menyangkut tentang Mrs. Calloway. Tapi bisakah dia menyakiti anaknya sendiri dengan sengaja? Tidak mungkin kan?

Menilai dari bagaimana Sebastian menegang, rentetan pikirannya sepertinya mirip denganku. Itu hal yang mengerikan untuk dipikirkan. Tapi menjadi lebih mengerikan lagi dengan fakta kalau itu mungkin saja benar.

Wajah Ariana memucat. "Kau tidak berpikir...?"

"Aku tidak bisa yakin," Sebastian menjawab, meminum kopinya. Dia menutup matanya untuk sesaat dan menghela napas. "Ini enak sekali."

"Bahkan jika sesuatu seperti itu terjadi, mungkin akan sulit sekali menemukan bukti," kataku. "Dan agar Lee kehilangan ingatannya, bukankah harus ada cedera pada kepalanya? Apa ada catatan rumah sakit atau laporan kecelakaan tentang itu?"

"Tidak, dan tidak harus ada cedera kepala untuk seseorang kehilangan ingatan. Jika ada sesuatu yang cukup traumatis, otakmu akan memblokir memori itu."

"Itu benar...tapi ada juga kemungkinan kalau hal itu tertinggal di catatan medisnya kan?"

Bibir Sebastian mengerucut. "Mungkin. Sulit karena kita harus menemukan semua bukti karena kita tidak dapat bergantung pada ingatan Lee. Atau Brandon."

"Geez. Kita seharusnya menyewa detektif swasta."

"Mari fokus pada satu per satu hal. Aku yakin kita akan menemukan hal baru seiring dengan berjalannya waktu. Atau lebih baik lagi, Lee dengan ajaibnya bisa memulihkan ingatannya," kata Sebastian, menyesap kopinya lagi.

"Mengetahui Brandon tidak bersalah sudah cukup menenangkan bagiku untuk sekarang. Aku lebih dari puas jika hal pertama yang dilakukan adalah membuktikannya pada dunia. Tapi jika Mrs. Calloway sungguh melakukan hal yang buruk pada Lee... dia sebaiknya mendapatkan apa yang pantas dia terima."

"Kita akan memastikan dia mendapatkannya."

"Jika kalian membutuhkan dukungan tambahan, beritahu aku," kata Ariana, mengaitkan jempolnya sendiri. "Wajah yang tidak dia kenali, pengamat yang lugu dengan kisah sedih yang emosional, apa pun. Aku mengambil beberapa kelas akting di SMA."

Sebastian menyeringai dan aku menghembuskan napas panjang, menggelengkan kepalaku. "Mungkin akan lebih baik untukmu menjauh dari hal ini."

"Akan kulakukan... tapi sungguh, jika kau membutuhkan bantuan apa pun, jangan ragu untuk meminta."

"Aku senang bisa mengandalkanmu, Ariana."

"Aku senang mendengar itu, Sebastian," dia menjawab, tersenyum padanya. Mereka tersenyum pada satu sama lain untuk beberapa detik yang terasa lebih lama dari yang seharusnya.

Bel pintu berdenting kembali dan Sebastian menyingkir dari konter, mematahkan kontak mata dengan Ariana, ketika beberapa perempuan masuk ke dalam toko. "Aku akan pergi kalau begitu. Aku akan bicara dengan kalian lagi nanti."

"Bye Sebastian," kata kami berbarengan.

"Dan terima kasih lagi," aku menambahkan. "Aku akan mengirim pesan padamu ketika mendapatkan kesempatan untuk duduk dengan Lee dan Brandon lagi."

"Baiklah, beritahu aku apa yang terjadi. Sampai nanti."

Ariana menatapnya. "Kau tahu aku benci untuk mengatakan ini tapi aku mungkin akan tetap menyukainya bahkan jika dia adalah laki-laki jahat."

"Entah bagaimana, aku tidak meragukan itu," kataku berdiri di depan meja konter untuk mengambil pesanan pelanggan.

Ariana mulai membuat macchiato sementara aku mengambil sepotong cheesecake dalam lemari display. "Apa? Kau menemukan kisah cintamu. Sudah waktunya bagiku untuk menemukan kisah cintaku."

"Mungkin tunggu sampai semuanya beres untuk mencoba mengambil langkah apa pun dengan Sebastian."

"Jika aku bisa menunggu," dia bergumam pelan.

"Kau bisa menunggu. Dan bagaimana dengan kakak laki-lakiku?"

Dia terdiam. "Well. Kita akan lihat. Man, sulit sekali menjadi lajang."

Aku tidak bisa menahan diri agar tidak memutar bola mataku. Walaupun aku harus mengakui, rasanya pasti menyenangkan memiliki hidup dimana memilih antara dua laki-laki adalah masalah terbesarku. Tapi, aku harus menghadapi masalahku sendiri, dan masalah kekasihku... yang dapat mengarah ke sesuatu yang lebih besar dari yang aku pikirkan akan aku hadapi dalam hidupku— seorang ibu yang menyakiti putranya sendiri.

Ekspresi takut meluncur dari wajahku. Aku terus mencoba untuk tidak memikirkannya, tapi semua itu terus memaksa masuk ke dalam pikiranku. Rasanya seperti satu-satunya penjelasan. Mrs. Calloway telah melakukan sesuatu kepada Lee jadi dia tidak akan bisa mengingat. Dia telah dengan sengaja menyakitinya. Itu menakutkan untuk dipikirkan. Tapi tidak peduli seberapa buruk hal yang kudengar dan jika itu benar, perasaanku bukan apa-apa jika dibandingkan dengan bagaimana perasaan Bennett dan Lee.

Aku menelan ludah dengan susah payah, ocehan Ariana bakan tidak terdengar olehku. Satu-satunya hal yang dapat aku lakukan adalah ada di sana untuk mereka. Dan membantu mereka menemukan kebenaran.

Segera.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro