Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. Latihan Gabungan

Langit kamar itu ditatap lamat-lamat oleh Bumantara. Kelopak matanya meminta untuk ditutup, tetapi sang empu tidak kunjung melakukannya. Alasannya ialah karena ia masih tidak bisa melupakan kejadian di ruangan Andro. Di sana tidak hanya ada mentornya saja, tetapi Patra juga. Pemandangan tersebut sangat membuatnya terkejut. Pasalnya, sekali pun keduanya tidak pernah terlihat bersama di akademi. Namun, mereka berada di ruangan yang sama dan saling mengobrol dengan tidak akur.

"Hiraukan saja pembicaraan saya dan Patra yang sudah kamu dengar. Anggap pembicaraan itu tidak pernah terjadi dan kamu pun tidak pernah mendengarnya."

Ucapan Andro dibalas anggukan dari Bumantara. Ia akan mencoba melupakan pembicaraan antara keduanya, meskipun cukup sulit untuk dilakukan.

"Kak Andro mengatakan bahwa aku akan latihan mengendalikan emosi. Yah, aku setuju sih dengan kak Andro. Tapi, yang membuatku penasaran pada perkataan kak Andro, yaitu megenai jangan membuat kesalahan yang sama seperti saya. Itu maksudnya apa, ya? Kak Andro hanya mengatakan tanpa menjelaskan detailnya." Bumantara kembali bergumam. Ia tidak begitu mengerti dengan ucapan sang mentor, tetapi tidak bisa bertanya banyak pada yang bersangkutan.

"Kak Andro mengatakan bahwa dia dan Patra adalah teman selama belajar di akademi, tapi dari percakapan mereka, tidak menggambarkan bahwa mereka hanyalah sesama teman di akademi. Aku berspekulasi jika keduanya memiliki hubungan lebih dari teman. Mungkin mereka bersaudara," cetus Bumantara lagi pada dirinya sendiri.

Banyak pertanyaan memenuhi kepala Bumantara, yang tidak kunjung ditemukan jawaban olehnya. Sejujurnya ia tidak ingin mencampuri urusan orang lain, apalagi jika menyangkut masalah pribadi. Terlebih jika orang itu ialah mentornya sendiri. Akan tetapi, ia tidak bisa menghiraukannya begitu saja.

"Lebih baik kau tidur, Bumantara. Kau tidak perlu ikut campur dalam masalah kak Andro dan Patra. Mereka mungkin hanya salah paham saja, karena mereka berteman selama di akademi. Kau harus fokus pada kekuatanmu. Kendalikan emosi itu dengan lebih baik. Jangan sampai melukai orang lain." Monolog Bumantara menutup kelopak matanya.

***

"Lebih fokus lagi!"

Andro meminta Bumantara berlatih dengan lebih serius dan fokus. Setelah kejadian yang hampir membuat Gegana kehilangan nyawa, Bumantara berlatih dengan giat. Hal penting yang dipelajarinya ialah mengendalikan emosi dan mengontrol kekuatannya sendiri agar tidak menyerap energi serta kekuatan orang lain secara berlebihan.

"Saya lihat kamu sudah bisa mengembalikan emosimu. Saya yakin kamu tidak akan melakukan kesalahan yang sama seperti terakhir kali," tukas Andro bangga pada anak didiknya.

"Terima kasih, Kak. Ini semua berkat bantuan Kak Andro."

"Melihatmu yang sudah berkembang, maka saya dan guru pembimbing lain setuju melakukan latihan gabungan. Bagaimanapun juga, kamu dan teman-temanmu berada salam satu tim yang sama, maka kalian harus menyatukan segala perbedaan itu. Kami sepakat melakukan latihan gabungan, dengan tujuan melatih kekompakan kalian bertujuh," jelas pria berambut cokelat tersebut.

"Kapan kiranya latihan gabungan itu akan dilakukan, Kak?" Bumantara bertanya penasaran. Cepat atau lambat, ia dan teman-temannya akan berlatih bersama, sebab mereka akan mewakili akademi sebagai satu kelompok dalam ajang turnamen.

"Secepatnya. Besok pun tidak masalah. Turnamen sudah semakin dekat."

***

Seluruh siswa akademi telah berkumpul. Begitu pula dengan masing-masing guru pembimbing yang sudah duduk di tempatnya masing-masing. Tempat dilangsungkannya latihan gabungan tersebut sama dengan pertandingan persahabatan yang telah dilakukan kurang lebih sebulan yang lalu.

"Perhatikan baik-baik anak asuhku," kata Andro pada Patra yang berdiri di sebelahnya.

"Kuharap dia tidak melakukan kesalahan," sahut pria berambut hitam kelam itu. Ia lalu mengepakkan sayapnya dan mendarat di tengah-tengah arena.

"Kali ini, kalian akan bergabung menjadi satu tim dan mengalahkan hewan satwa akademi."

Penuturan Patra sontak membuat ketujuh remaja itu saling tatap. Pemberitahuan mengenai adanya latihan gabungan tersebut telah disampaikan, tetapi tidak diberitahukan bahwa mereka akan menghadapi hewan satwa akademi. Sejak kapan akademi memiliki hewan satwa?

"Tujuan kalian ialah satu, yaitu mengalahkan hewan ini. Baik dalam keadaan hidup atau mati. Tapi saya tidak berharap kalian membunuh hewan satwa akademi, karena kalian akan mendapatkan masalah besar jika hal tersebut benar-benar terjadi." Peringat Patra lagi.

Seekor jaguar raksasa dengan taring tajam berjalan memasuki arena. Geramannya berhasil membuat ketujuh remaja itu bergetar. Akan tetapi, mereka tidak akan gentar dan mundur.

"Kalahkan jaguar itu."

Patra telah memberikan lampu hijau. Jaguar raksasa tersebut langsung berlari mencari mangsa. Bumantara dan yang lain segera berpencar dengan tujuan membingungkan sang jaguar. Namun, hal tersebut tidak menjadi masalah bagi si jaguar. Hewan buas itu memanggil teman-temannya. Dua jaguar lainnya datang memasuki arena.

Samudera langsung merubah dirinya menjadi singa. Tanpa basa-basi, ia melakukan serangan terhadap jaguar tersebut. Hampir saja ia terkena semburan api dari jaguar yang menjadi lawannya jika Rembulan tidak membantunya.

"Kita harus berhati-hati. Jaguar-jaguar ini ada di akademi. Pastinya bukan hewan biasa." Ancala memberikan peringatan pada teman-temanya.

Semuanya mengangguk mengerti. Tanpa adanya instruksi pasti, mereka langsung menyatukan kekuatan dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil agar dapat melumpuhkan ketiga jaguar raksasa. Mereka harus memisahkan ketiganya jika ingin menang.

Bumantara kembali bersama Gegana. Namun, kali ini, berada dalam satu tim dan mereka akan bahu-membahu mengalahkan salah satu jaguar itu. Memiliki kaki yang kuat dan gerak yang cepat, Bumantara menjadikan dirinya sebagai umpan dan Gegana akan menyerang.

Jaguar itu berteriak keras. Membuat ketujuh remaja itu merasakan pusing yang teramat sangat. Gegana sempat lengah. Ia diserang oleh jaguar tersebut.

Mentari melesatkan anak panah beracun pada jaguar tersebut. Entah mengapa ia berinisiatif menggunakan penutup telinga dan ternyata cukup berguna meredam teriakan keras hewan buas tersebut.

Melihat ada kesempatan, Gegana meninju keras jaguar tersebut yang mematahkan salah satu taring dan melemahkannya. Jaguar itu memilih menjauhi arena.

Di sisi lain, Samudera dibantu Pijar mengalahkan jaguar lainnya. Mereka berhasil melukai hewan buas tersebut dan melumpuhkannya.

Kini, hanya tersisa satu jaguar terkuat.  Demi mengalahkan jaguar tersebut, mereka bersatu. Mengerahkan seluruh tenaga yang dimiliki. Rembulan menyerang menggunakan kristal tajamnya. Mentari dengan anak panah beracun. Sedangkan Pijar dan Ancala menyerang dengan bom pelumpuh hasil eksperimen keduanya. Begitupula dengan Samudera, Gegana dan Bumantara yang kompak menyerang jaguar tersebut.

Bumantara menyerap sedikit kekuatan Samudera dan Gegana. Di mana kekuatan keduanya digabungkan hingga menciptakan kemampuan asli si pemilik yang telah ditingkatkan untuknya. Bumantara berhasil menjaga emosi dan mengendalikan kekuatannya dengan sangat baik.

Debuman menggema keras di ruangan tersebut. Tiga jaguar yang dihadapi ketujuh siswa akademi itu telah dilumpuhkan. Patra mendarat turun ke tengah-tengah arena lalu mengelus kepala salah satu jaguar. Setelahnya, jaguar tersebut bangkit dan berlalu pergi meninggalkan tempat tersebut. Disusul dengan dua jaguar lainnya.

"Kerja sama yang sangat bagus. Tapi itu hanyalah latihan biasa yang diberikan akademi untuk kalian. Bisa disebut sebagai pemanasan. Latihan sebenarnya ialah esok hari. Tepatnya di luar akademi. Persiapkan diri kalian dengan baik."

Penuturan Patra membuat ketujuh siswa tersebut melongo kaget. Sejak tadi mereka hanya melakukan pemanasan saja? Latihan sebenarnya tentu tidak mudah dan akan sangat melelahkan.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro