Bab 7
Hito Arfi Baktiar
ANGKAT TELEPON GUE!
Capslock hape Hito jebol! Ini orang kenapa marah, deh? Harusnya kan aku yang lagi ngambek, masa dia ngambek balik? Nggak asik, sumpah!
Aku membiarkan Hito menelepon sepuasnya. Mau sampe langit berubah jadi ungu, nggak akan aku angkat. Aku capek ngasih dia maaf. Ujung-ujungnya dia bikin kesalahan yang sama.
Harusnya aku juga sadar kalau LDR memang nggak akan pernah membuat hubungan langgeng. Dunia ini kejam. Lengah dikit, pelakor mendekat kayak virus yang langsung bisa mematikan perasaan. Pelakor juga nggak mandang siapa yang lagi dia sakiti dan dekati. Mereka nggak punya hati nurani kayaknya.
Namun, aku masih belum bisa percaya kalau Athaya juga pantes dicap sebagai pelakor. Dari tampangnya yang imut dan agak pendiam, aku sangsi kalau dia mau merebut Hito dariku. Dia tahu aku menjalin hubungan dengan cowok itu cukup lama. Dia juga sudah diberi amanah olehku agar menjaga Hito dari cabe-cabean cap gope yang ada sekolah mereka. Bahkan, Athaya juga pernah mengatakan padaku kalau dia nggak mungkin suka sama Hito yang notabene sudah dianggapnya sahabat. Faktanya? Omongan Athaya bullshit semua!
Dering ponsel yang menandakan pesan masuk membuatku menoleh lagi ke arah ponsel tak berdaya di sudut kasur. Sudah berkali-kali aku melempar benda pipih tak berdosa itu, tapi kayaknya dia nggak merasa sakit. Malah sekarang kuping aku yang sakit gara-gara itu benda bunyi terus.
Hito Arfi Baktiar
GUE DI DEPAN RUMAH LO. KELUAR SEKARANG JUGA! ATAU GUE LEMPARIN RUMAH LO PAKE BATU!
Sejak kapan Hito senekat ini? Sampe ngancem-ngancem segala. Eh, tapi kalau dia beneran lemparin rumahku pake batu, bisa berabe!
Dengan langkah seribu, aku menuruni anak tangga dan membuka pintu utama sambil ngos-ngosan. Motor Hito terparkir di luar gerbang rumah. Sesaat setelah aku membuka kunci gerbang, dia langsung menyalakan motornya. Dengan seenak jidat, dia memarkirkan motornya tepat di garasi. Kemudian, dia menarik tanganku untuk masuk ke rumah. Nyawaku entah ada di mana. Yang pasti, kelakuan Hito yang serba mendadak dan tak bisa kutebak ini membuat aku mau tak mau harus menurutinya. Aku takut menolak. Karena detik ini, Hito sedang dalam mode senggol dikit, bacok! Ngeri.
"Kenapa lo nyelakain Athaya? Dan maksud sms lo itu apa? Lo kalau benci sama gue jangan lampiasin ke Athaya, dong. Lo mau apa sekarang?" Tanpa basa-basi Hito langsung menyorobotku dengan banyak pertanyaan.
"Kenapa kamu jadi nanya ucapanku ke Athaya?"
"Lo nggak mikir dulu sebelum bertindak?"
"Apa, sih? Aku gagal paham sama omongan kamu yang ngawur. Jelas aku sudah memikirkan dulu semuanya sebelum bertindak. Mikirin kamu yang deket dengan Athaya, sampe palaku nyaris mau pecah. Makanya setelah mikir, aku bertindak. Aku nggak mau tertindas, jadi orang tak berdaya meski harga dirinya sudah diinjak-injak."
"Tapi tindakan lo bikin Athaya berakhir di rumah sakit." Aku diam.
Bukan mau membela diri. Tapi, kalau dipikir-pikir, tindakanku terbilang wajar. Aku cuma ngirim dia sms yang jelas. Bukan sms yang aneh-aneh kayak orang yang lagi nerror musuh. Atau bukan sms yang isinya ancaman yang kalau nggak dituruti maka nyawa taruhannya. Bukan, kok. Bukan seperti itu. Aku cuma mengirim pesan: silakan ambil Hito. Bukankah pengecut akan cocok bila disandingkan dengan pengkhianat?
Coba deh, kasih tahu aku di mana letak terrorannya? Di bagian mana sms-ku bisa membuat seseorang terbaring di rumah sakit?
"Kamu salah sasaran kali. Aku nggak nyelakain Athaya. Aku nggak bikin rem mobilnya blong atau apalah yan membuat dia masuk rumah sakit. Aku cuma ngirim dia sms. Itu doang!"
"Bohong!"
"Buat apa aku bohong?"
"Lo bukan Hermiza yang gue kenal. Lo jahat, Miza! Lo bikin sahabat lo masuk rumah sakit."
"Hito, aku berani sumpah kalau aku nggak pernah bikin Athaya celaka."
"Terus siapa yang nuker obat asma Athaya dengan obat cuci perut, hah? Setahu gue lo yang tahu di mana dia biasa nyimpen obat-obatan pribadinya."
"Tapi, selama seminggu ini aku nggak sama Athaya."
"Asmanya baru kambuh tadi sore dan dia minum obatnya yang disimpan rapi di dalem tasnya yang dia gunakan pas nginep di rumah lo. Sebelumnya, dia nggak nengok obatnya semenjak dia pulang dari sini."
"Jadi, kamu nuduh aku?"
"Jelas itu ulah kamu. Karena semenjak pulang dari sini, obat itu masih ada di sana dan nggak digunakan Athaya."
"Bisa-bisanya kamu lebih percaya pada fitnah Athaya."
"Gue lebih percaya sama orang baik daripada sama penjahat kayak lo, Miza." Omongan Hito barusan seperti pedang yang menusuk jantungku. Aku refleks memegangi dada. Ada rasa ngilu di sana. Amarah, kecewa, kesal, semuanya terasa campur aduk. "Gue mau kita putus, Miza."
"Oke. Kita putus," tukasku cepat.
Setelah mengatakan itu, aku langsung berlari menaiki tangga dan menjatuhkan diri di kasur. Air mataku tumpah seketika. Aku tak habis pikir dengan kelakuan Athaya yang berhasil memfitnahku dan menghasut Hito agar membenciku. Ini gila! Perempuan yang sudah aku anggap kakak itu ternyata adalah jelmaan iblis bertanduk.
Detik ini aku bersumpah untuk menjauhi keduanya. Pengkhianat memang cocok disandingkan dengan pecundang!
***
Lula Rizuki Ghea A.
Brangkt breng, kuy. Ntar lo bw mobil gue. Biar gue bsa dijmput K Dodi.
Kutatap pesan Lula yang baru dikirimnya tiga menit lalu. Sebenarnya hari ini aku malas pergi sekolah. Karena masalah semalam membuat aku kesulitan tidur. Jadi, aku baru tidur tadi pukul tiga pagi. Kantung mataku udah kayak kantung kangguru. Lingkar hitamnya juga mengalahkan mata panda. Rambut acak-acakan. Hidungku mampet karena semalaman menangis. Kepalaku juga pusing kayak abis dilempari batu. Jangan tanyakan suasana hatiku. Sudah pasti jawabannya jauh dari kata buruk.
Kubalas pesan Lula.
Hermiza Alyssa Daniar
Kalau mau pergi sama Kak Dodi,
titipin aja mobil kamu di rumahku.
Aku nggak akan masuk sekolah.
Lagi sakit.
Lula Rizuki Ghea A.
Sakit apa?
Hermiza Alyssa Daniar
Sakit hati
Lula Rizuki Ghea A.
Wlau skit hati, sklah hrus
ttep jlan. Yg biayain sklah lo
itu bokap lo bkn pcr lo
Hermiza Alyssa Daniar
Terserah. Males ngomong.
Lula Rizuki Ghea A.
Bknnya dr td lo ngetik?
Aku memutar bola mata malas ketika membaca pesan terakhir Lula. Entah mengapa, ngomong sama bocah usia lima belas tahun bisa se-men-jeng-kel-kan ini.
Lula Rizuki Ghea A.
Gue udh d dpn rmh lo!
Hermiza Alyssa Daniar
Maaf, aja, ya.
Gue lagi nggak minat
ngasih sumbangan
Lula Rizuki Ghea A.
Maki orang tua, dosa?
Aku tak memedulikan pesan Lula. Sekarang, aku berjalan gontai menuruni tangga untuk menyambut tamu tak diundang di depan rumah. Daripada nanti rumahku dipasangin garis polisi karena tingkah konyol bocah itu. Lebih baik, sesegera mungkin kuhempas dia ke kutub utara.
Saat kubuka pintu, wajah damai sang Pangeran berkuda putih langsung menjadi suguhan lezat yang terpampang di depan mataku. Ya ampun, rahangku bisa jatuh ke lantai karena sedari tadi menganga tak percaya. Dari sekian cowok bad boy yang nangkring di novel-novel, Herlan yang baik adem-ayem yang paling aku sukai.
Lula menyikut lenganku. Secepat ombak menerjang pasir pantai, aku langsung kembali dari alam bawah sadar. Aku gelagapan dan refleks membersihkan area wajahku. Dari mulai mata, sampai dagu. Takut kalau ada belek atau iler yang menyebar di daerah situ. Duh, kenapa Lula nggak bilang bawa Herlan ke sini? Tahu begitu kan aku cuci muka dulu tadi.
"Eh, ayo masuk!"
"Nggak usah, Miza. Kak Herlan udah mau pulang, kok." Lula menolak tawaranku dan langsung mendorong tubuh jangkung Herlan ke luar gerbang rumahku. Setelah Herlan naik gober di depan sana, Lula kembali dengan wajah ceria disertai embusan napas lega.
"Kenapa dia nggak boleh masuk?" tanyaku bingung.
"Dia cuma mastiin kalo gue berangkat bareng lo. Biasalah Kakak gue kan protektif gitu. Dia takut gue sama Kak Dodi."
"Jadi, kamu tumbalin aku cuma buat berangkat bareng Kak Dodi?"
"Ih, Kak Miza yang cantik, gue nggak bermaksud kayak gitu."
"Jangan ngerayu, deh."
"Lo lagi pe-em-es, ya?"
"Kalo iya kenapa?"
"Pantes kayak singa."
"Apa kamu bilang?"
"E-eh, enggak. Itu motor Kak Dodi udah nyampe. Gue berangkat duluan, ya." Lula berlari mendekati seorang laki-laki yang menunggunya di depan pagar rumahku. "Cepet sembuh ya, Kak Miza. Dan makasih atas bantuannya." Setelah mengucapkan itu, deru mesin milik Kak Dodi ditelan angin. Suasana kembali sepi. Suasana hatiku pun ikut sepi. Lebih sepi dari biasanya. Kini tak ada lagi keramaian di sini. Semuanya sudah diterkam oleh kejahatan semesta yang selalu berbuat semena-mena pada hidupku.
***
Pukul sembilan, ketika aku baru saja mandi dan menghabiskan sepiring nasi padang yang dibeli di jalanan kompleks, Lula mengirim pesan lewat Line. Setengah malas aku membuka pesannya.
Lula Rizuki Ghea A.
Semua anak kls aksel
yg mau lulus thn ini
diundang ke pestanya Lusiana
nanti sabtu malem
Hermiza Alyssa Daniar
Terus hubungannya sama aku apa?
Lula Rizuki Ghea A.
Pdhl pas ulang thnnya
thn kmrin, dia cuma undang
tmn seangktannya doang
Hermiza Alyssa Daniar
Ya suka-suka dia mau undang siapa
Kan dia yang ngeluarin modal buat pestanya
Lula Rizuki Ghea A.
Gue aneh aja gitu
Hermiza Alyssa Daniar
Positif thinking aja, mungkin pestanya
yang kali ini memang sekalian buat
doa bersama supaya kita lulus bareng
sama anak reguler yang bandel itu
Lula Rizuki Ghea A.
Dr mna lo tau kalo dia bandel?
Hermiza Alyssa Daniar
Dulu aku pernah bareng
dia pas bersihin WC
gara-gara telat upacara
Denger-denger dia juga suka
keluar masuk BP
Lula Rizuki Ghea A.
Oh... pntes dia jg undang lo
Ternyata lo tmnnya dia
disarang penyamun
Hermiza Alyssa Daniar
-,-
Lula Rizuki Ghea A.
Btw, di undangan ada ketentuan
dress code-nya
Hermiza Alyssa Daniar
Apaan?
Lula Rizuki Ghea A.
Your favourite hero
But itu g terlalu penting sih
Hermiza Alyssa Daniar
Terus yang lebih penting apaan?
Lula Rizuki Ghea A.
Yang dateng ke pesta
mesti bawa pasangan
Hermiza Alyssa Daniar
Fix! Aku nggak bisa dateng
Lula Rizuki Ghea A.
Kata siapa?
Gue pastiin lo bisa dateng!
Hermiza Alyssa Daniar
Jangan buat rencana aneh-aneh, deh
Lula Rizuki Ghea A.
Pkonya lo hrus nyuruh Uni lo
itu supaya bikinin baju wonder woman
buat gue sama lo
Hermiza Alyssa Daniar
Bilang aja kamu nggak mau modal, Dek -_-
Setelah membalas pesan itu, aku langsung menghubungi Uni untuk membuatkan baju yang Lula pesan. Biar bagaimana pun, aku juga mau pergi ke pesta tahunan milik Lusiana. Mumpung kondisi hatiku sedang butuh refreshing. Sekali-sekali lah have fun sama yang lain. Biar bisa cepet move on dari siluman kadal alias Hito.
Selang beberapa menit, Uni membalas pesanku.
Helma Aquilla
Yang kayak gitu?
Hermiza Alyssa Daniar
Iya yang kayak gitu, cuma bagian
dadanya tolong nanti lebih
atas lagi ya, Uni.
Helma Aquilla
Emang buat apaan?
Hermiza Alyssa Daniar
Buat ke pesta Lusiana
Helma Aquilla
Kapan?
Hermiza Alyssa Daniar
Nanti sabtu
Helma Aquilla
What?!
Sekarang udah hari kamis
Mana bisa Uni bikin dua baju
dalam waktu 3 hari?
Hari ini aja Uni baru nyampe apartemen
Baru pulang dari Paris
Hermisa Alyssa Daniar
Itu sih derita Uni
Pokoknya aku mau dibikinin
baju kayak gitu 2
Helma Aquilla
Gila kamu ya!
Hermiza Alyssa Daniar
Plis. Nanti aku mau deh
ngelakuin apa aja buat Uni
Helma Aquilla
Deal!
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro