Prolog
Aku merenggangkan otot leher setelah mengirim beberapa email pada client. Hari ini divisiku menerima setumpuk dokumen untuk pengajuan pembelian barang, beberapa diantaranya untuk proyek penambahan soft water di unit 2 perusahaan ini. Sesaat setelah menerimanya, aku bergegas untuk memilah dan memerhatikannya secara detail urgensi dan kegunaan barang tersebut.
Yap. Aku seorang Procurement Staff di perusahaan tekstil. Sudah hampir 2 tahun aku bergabung di perusahaan ini, dan aku sangat senang dengan pekerjaanku itu meskipun ada suka dukanya yang dikejar dateline. Atmosfir para pekerja disini sangat hangat dan kekeluargaan yang erat, terutama untuk pekerja kantor. Sedang pekerja pabrik, aku tidak akan menjelaskan lebih detail. Sudah pasti ada trik dan konflik intensitas tinggi.
Divisi Procurement saat ini diisi olehku dan seorang Kabag Procurement, Bu Tika. Beliau sangat perhatian kepada staffnya dan selalu memberikan arahan yang masuk akal. Selain itu, aku sering curhat apa saja kepada beliau. Aku anggap beliau sudah seperti ibuku sendiri. Perawakan Bu Tika sendiri, khas ibu-ibu diluar sana ditambah dengan tubuh tinggi beliau.
"Lin, ini saya ada kabar bagus buat kamu". ucap Bu Linda dari arah belakang mejaku. Beliau baru saja keluar dari ruangan Pak Handi, Direktur Utama perusahaan ini.
"Berita apa ya Bu kalau boleh tau?". jawabku sambil pandangan mata mengikuti pergerakan Bu Tika yang menuju meja kerjanya, tepat di depan meja ku.
Bu Tika melebarkan senyumnya dan menarik kursi. "Pak Handi barusan menyampaikan. Kamu diminta untuk menjadi dosen tamu di kampus salah satu rekanan beliau. Nanti materi yang kamu berikan, ya berkaitan dengan realisasi dilapangan. Jadi gak cuma teori aja".
Aku terkejut, mengerutkan dahi. "Kenapa saya Bu?" tanyaku bingung. Pengalamanku masih perlu diasah lagi, dan untuk menjadi dosen tamu, artinya aku harus lebih paham akan pekerjaanku. Tidak mudah dan semua orang bisa melakukannya.
"Kenapa kamu? Karena ini kesempatan kamu untuk berkembang lagi dan menjalin relasi. Kamu lebih kritis, kamu paham soal lapangan, kamu punya ide yang gak dipikirin oleh user-user di lapangan."
"Kamu itu bisa, cuma kamu pendem malu-malu. Sebagai atasan kamu, saya bisa menilai itu sejak lama. Dan saya percayakan itu sama kamu".
Aku hendak membuka mulut untuk bertanya lebih lanjut, tapi Bu Tika melanjutkan perkataannya.
"Sudah, jangan dipertanyakan lagi soal ini. Saya turut senang. Dan untuk jadi dosen tamu nanti, info Pak Handi hanya seminggu dua kali, dari jam 10-12 siang. Selama 6 bulan, Lin. Kamu akan dapat gaji dari kampus itu juga. Besok kamu bisa pergi kampus itu. Dan selama kamu mengajar disana, dapat ijin khusus dari perusahaan".
Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Bu Tika selalu memberikan dukungan yang positif dan tidak memandang sebelah mata.
"Bu Tika, terima kasih banyak atas kesempatan yang diberikan Bu, juga kepercayaannya kepada kemampuan saya." ucapku.
Aku bisa melakukannya, aku yakin. Aku tidak boleh meragukam kemampuanku sendiri. Kalau belum dicoba, kita tidak pernah tau kemampuan sampai mana.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro