Zeta Aleandra
Masih melekat jelas sebuah ingatan akan tragedi itu. Suara tawa mereka tiba-tiba berubah menjadi sebuah teriakan yang begitu menyayat hati.
"Zeta, tetap di sini dan jangan ke mana-mana. Apa pun yang terjadi, tetaplah di sini, oke!"
Wanita itu tersenyum hangat pada gadis berumur lima belas tahun. Gadis yang tampak ketakutan dan diminta tinggal di balik dinding rahasia.
"Mia, aku takut," lirih gadis itu dengan bibir bergetar.
"Tenang saja, semua akan baik-baik saja. Zeta, kamu pemberani, ingat untuk selalu merahasiakan identitasmu setelah ini. Aku menyayangimu."
Dinding itu ditutup, gadis kecil yang ketakutan itu menutup telinga saat sebuah tembakan terdengar.
DOR!!!
Seorang gadis bermata biru terlihat membuka mata dengan cepat. Keringat bermanik di wajah dengan jantung yang berdegup sangat cepat.
Gadis bersurai panjang itu menatap langit-langit kamar, napasnya tersengal karena baru saja bermimpi buruk. Ia bangun dan duduk di ranjang, mengusap wajah dari keringat yang membasahi.
"Sial," umpatnya sendiri.
Zeta Aleandra, gadis manis berambut panjang dengan mata biru bagai sebuah permata yang sangat indah. Ia mengangsurkan kaki ke lantai, sebelum kemudian memilih pergi ke kamar mandi.
Cukup lama Zeta berada di kamar mandi. Ia memang suka merendam tubuhnya di air ketika bermimpi buruk. Hingga ponsel yang ada di meja kamarnya terus berdering, membuat Zeta harus keluar dari air untuk menjawab.
Zeta keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, tubuhnya hanya berbalut handuk putih yang memperlihatkan putihnya.
"Halo." Zeta langsung menjawab panggilan karena itu dari pamannya—Yuri.
"Zeta, aku sudah mendapatkan tempat targetmu berada. Apa mau aku kirimkan sekarang?" tanya Yuri. Yuri adalah keluarga satu-satunya yang Zeta punya.
"Aku akan ke rumah paman saja," jawab gadis itu. "Apa kamu ada di rumah?" tanya gadis itu kemudian.
Zeta selama ini sangat percaya pada Yuri, karena pria itu yang telah mendidik dan melatihnya menjadi seperti sekarang.
"Ya, aku baru saja sampai di rumah. Berkunjunglah karena bibimu juga baru saja memasak banyak makanan," jawab pria itu.
Zeta berkata akan segera ke sana, sebelum kemudian mengakhiri panggilan. Ia pun bergegas berganti pakaian untuk bisa segera pergi ke rumah sang paman.
Zeta selama ini tak memiliki tempat tinggal yang tetap. Ia berpindah tempat, mendatangi kota hingga negara di mana orang-orang yang berada di daftar bukunya berada, orang-orang yang sudah memaksanya menjadi seperti sekarang. Hanya kebetulan saja Zeta berada di Rusia, karena itu bisa sekalian mampir ke rumah sang paman, rumah yang pernah menampung dan dijadikannya bernaung selama sepuluh tahun terakhir, sebelum dirinya benar-benar keluar untuk melawan nasib.
"Zeta!" Suara seorang pria terdengar.
Zeta yang baru saja keluar dari sebuah motel, menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat seorang pria berada di atas motor sport, membuka helm dan tersenyum hangat padanya.
"Stefan!" Zeta tersenyum lebar, sebelum kemudian menghampiri pria itu.
"Hei, tak menyangka kamu di sini," sapa gadis yang memakai pakaian serba hitam itu, bahkan kacamata hitam juga tak luput menutup bola mata birunya.
"Aku dengar kamu pulang, karena itu aku mencari di mana kamu menginap, jadilah aku di sini," jawab pria yang dipanggil Zeta dengan nama Stefan.
Stefan adalah teman latihan dan lawan Zeta saat masih belajar bela diri, karena itu mereka begitu dekat.
"Hm ... sepertinya kamu sangat ingin bertemu denganku, sampai-sampai langsung mencariku," seloroh Zeta.
Stefan tertawa mendengar candaan gadis itu, sebelum tatapan tertuju pada kening Zeta yang terluka.
"Kamu sudah mengalami banyak kejadian berat, Zeta." Stefan ingin menyentuh kening Zeta, tapi langsung dihindari oleh gadis itu.
"Jangan dibahas! Karena kamu menemukanku, bagaimana kalau kamu antar aku ke rumah paman," ujar Zeta mencoba mengalihkan pembicaraan tentangnya.
"Dengan senang hati." Stefan langsung meminta Zeta membonceng, tahu jika gadis itu hanya mengalihkan pembicaraan. Stefan tahu jika Zeta tak pernah mau membahas soal apa yang baru saja dilakukan.
Zeta sudah membonceng motor Stefan, sebelum pria itu memacu motor dengan kecepatan tinggi menuju kediaman rumah Yuri.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro