Berada di Surga
Zeta tidak jadi menginap di hotel, karena merasa kurang leluasa mengingat jika banyaknya satpam di sana. Ia pun akhirnya menyewa sebuah tempat kos sederhana, hanya agar tak banyak orang yang curiga, mengingat dirinya berkebangsaan asing.
Sudah dua hari Zeta berada di Indonesia. Ia kini tengah duduk di depan meja dan menatap beberapa senjata yang akan digunakan olehnya.
"Pistol? Terlalu mencolok dan akan ketahuan. Belati? Hm ... sepertinya tetap akan ketahuan, mengingat dia selalu dikawal banyak orang."
Hingga tatapan Zeta tertuju pada satu benda. Ia menyeringai dan akan membawa itu untuk menghabisi nyawa targetnya.
Saat malam hari, Zeta pergi ke sebuah klub malam. Gadis itu berpenampilan sangat berbeda dari biasanya. Ia memakai heels tinggi dengan rok mini setinggi paha dan jaket berwarna peach, bahkan memoleskan make up tebal untuk menyamarkan wajah aslinya.
Gadis itu berjalan begitu anggun, suara heels terdengar menggema di koridor klub malam yang didatangkan. Langkah kakinya membuat tubuh bergerak begitu indah, hingga gadis itu sempat menjadi pusat perhatian beberapa orang.
"Tunggu! Cari siapa!" Seorang pria berpakaian serba hitam dan berkacamata, menghadang langkah Zeta. Pria itu berbahasa rusia.
"Ah, saya datang atas panggilan Tuan Feliks. Apa kalian bisa menanyakan padanya, jika saya ke sini karena diminta melayaninya," ucap Zeta, suaranya begitu manis dan sangat lembut, bahkan gerakan tubuhnya memperlihatkan jika dia seperti wanita panggilan.
Pria yang menghadang Zeta menoleh temannya, memberi instruksi untuk masuk dan bertanya apakah bos mereka memesan wanita panggilan.
Zeta terlihat begitu santai, bahkan memainkan ujung rambut yang diikat dengan tatapan yang terus tertuju pada bodyguard seorang pria bernama Feliks.
Pria yang kini menghadang Zeta terlihat menelan saliva, apalagi gadis itu terlihat begitu seksi dan cantik. Hingga salah satu temannya keluar dan berbisik.
"Baiklah, tapi kami perlu mengecek apakah kamu membawa senjata," ucap pria itu setelah memastikan jika bos mereka memang memesan wanita bayaran.
Zeta dengan santai merentangkan kedua tangan, mempersilahkan bodyguard itu menggeledahnya. Hingga kemudian diizinkan masuk saat sudah memastikan jika Zeta tak membawa senjata.
Zeta berjalan masuk ke ruangan yang sangat minim dengan pencahayaan. Ia melihat seorang pria berbadan gempal menatap ke arahnya, membuat Zeta berjalan dan berhenti di depan meja.
Pria yang diyakini bernama Feliks itu menatap Zeta, memindai dari ujung kepala hingga kaki, sebelum tersenyum karena merasa senang jika wanita panggilan yang diinginkan ternyata benar-benar cantik.
"Temani aku, duduklah!" Feliks menepuk sofa sebelahnya, meminta Zeta duduk di sana.
Zeta pun mengikuti ucapan pria itu, masih terus memasang senyum sebelum kemudian duduk di samping pria itu.
"Cantik, siapa namamu?" tanya Feliks, mengapit dagu Zeta untuk bisa menatap wajah gadis itu dari dekat.
"Natalia," jawab Zeta terus mengulas senyum.
"Sangat cantik, sesuai dengan parasmu." Puji pria berkebangsaan Rusia itu.
Zeta diminta melayani dengan menuang minuman sampai menyuapi buah maupun makanan yang tersaji di meja. Gadis itu menuruti perintah Feliks, tapi matanya terus mengamati dan menghitung berapa anak buah pria itu yang berada di ruangan.
"Beri aku pelayan lebih," pinta pria itu yang mulai meminta hak pada wanita bayaran yang disewanya.
Sebenarnya Zeta hanya menggantikan demi bisa mendekati Feliks. Ia sampai membayar mahal agar wanita panggilan sesungguhnya mau dan tak keluar malam itu.
Zeta melirik ke arah anak buah Feliks yang ada di ruangan, sebelum kemudian tersenyum sangat manis pada pria itu.
"Apa Anda akan melakukannya di sini? Bukannya aku tak mau, tapi Anda mau menjadi tontonan mereka?" tanya Zeta, memainkan telunjuk di sisi wajah pria berumur lima puluh tahun itu.
Feliks melirik ke anak buahnya yang berada di ruangan, sebelum kemudian menatap Zeta. Gadis itu sengaja memancing dengan mulai membuka jaket yang dikenakan, hingga memperlihatkan tubuh atas yang hanya berbalut tank top. Pria itu menelan saliva, sebelum kemudian meminta semua anak buahnya keluar.
Zeta tersenyum senang, lantas berdiri tepat di hadapan pria itu. Membelai rambut pria itu, bahkan dengan sengaja membantu melepas dasi dan jas.
Pria itu merengkuh pinggang Zeta, membuat gadis itu hampir jatuh ke pelukan jika lutut tak dengan cepat bertumpu pada tepian sofa, tepat di antara dua paha pria itu.
"Layani aku dengan baik, aku pastikan kamu akan mendapat banyak uang jika aku merasa puas," bisik Feliks, kedua tangan sudah meraba bagian punggung Zeta.
"Tentu, saya akan memuaskan Anda. Hingga Anda akan merasa berada di surga," balas Zeta dengan suara erotis, bahkan dengan sengaja menggigit bibir bawah setelahnya.
Atau kamu akan sadar jika sedang berada di neraka. batin Zeta kemudian.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro