Bagian 06
Selama di sekolah sikap Fira tidak seperti biasanya. Menjadi lebih pendiam. Sejak kemarin Fira mulai berubah padahal yang terjadi setelah mengantarnya gadis itu baik-baik saja, kecuali sesuatu yang secara tidak sadar dilakukannya membuat gadis itu jadi seperti ini. Hal apa yang menjadi penyebabnya Hendra belum tahu.
"Fira hari ini aneh banget nggak kayak biasanya kenapa tuh?"
"Udah dari pagi gitu, kan?"
"Biasanya yang ramein kelas bareng Alfan sama Asep, kan Fira. Tapi, sekarang malah jadi diem gini nggak seru jadinya."
Itu yang didengar Hendra selama di kelas. Bahkan teman-temannya menyadari perubahan sikap Fira semenjak datang ke kelas.
"Kenapa, tuh, si kembarannya mulut toa tumben diem-diem bae?" tanya Alfan. Cowok itu heran dan juga bingung atas sikap Fira dari awal pagi tadi.
"Tanya gih, biar lo tau dia kenapa," sahut Asep di sebelah Hendra sedang menyalin catatan milik Hendra.
"Ogah gue, yang ada nanti malah gue yang kena semprot."
Hendra hanya menyimak obrolan Alfan dan Asep, dirinya juga memperhatikan Fira dari bangkunya. Bertanya-tanya kenapa gadis itu kembali seperti kemarin sore, seingatnya kemarin Hendra sudah melihat raut ceria Fira kembali. Lalu pagi ini raut cemas itu kembali, apa ada sesuatu saat kemarin dirinya pulang? Atau sesuatu telah terjadi sesuatu pada Fira pagi tadi?
Hendra hanya bisa bertanya-tanya pada diri sendiri.
"Eh, btw Vano ke mana tadi?"
Asep bertanya seakan baru sadar temannya yang satu itu tidak ada di bangkunya.
"Ke perpus sama Livya pinjam buku."
Iya, juga Hendra baru sadar Fira sedang duduk sendiri di bangkunya. Biasanya mereka selalu bersama.
===
"Tarik napas ... buang ...."
Sudah yang kelima kalinya Fira menghela napasnya untuk menenangkan diri. Sekarang dirinya berada di toilet sejak beberapa waktu lalu izin pada guru yang megajar. Masih mencoba menenangkan dirinya.
"Ayo, Fir, lupain udah lupain. Jangan diingat lagi masalah itu, ayo lupain."
Sekali lagi Fira menarik napas panjang dan membuangnya. Memejamkan matanya sejenak dan membukanya perlahan, kini deruan napasnya mulai teratur. Fira menatap cermin yang memantulkan bayangan dirinya, melihat wajahnya yang sedikit pucat. Ia membasuh wajahnya dengan air.
"Oke, tenang. Semua bakal baik-baik aja, iya, semua bakal baik-baik aja," ucapnya pelan, menyugesti dirinya agar lebih tenang.
Setelah itu Fira melangkah menuju pintu toilet dan bertepatan bel tanda istirahat berbunyi. Sepertinya dirinya sudah terlalu lama berada di toilet hanya untuk menenangkan dirinya.
Ponsel di saku roknya bergetar, tanda ada notifikasi masuk. Fira merogoh sakunya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.
Livya.
Ah, tentu saja Livya yang mengiriminya pesan karena khawatir. Salahnya juga terlalu lama berada di toilet karena tidak tahu waktu.
Fira membuka pesan itu dan membacanya. Livya menanyakan apakah dirinya baik-baik saja dan Livya akan menunggu dirinya di kantin untuk makan siang. Untuk sekarang mungkin Fira membutuhkan waktu sendiri dulu, ia segera mengetikkan pesan balasan.
Fira : Nggak, Liv. Gue mau ke perpus aja ngadem hehehehe
Setelah pesan terkirim Fira berjalan keluar dan segera melangkah ke tujuannya untuk menenangkan diri.
Berbeda dengan keadaan di kantin. Semua siswa berbondong-bondong menyerbu stan-stan penjual makanan dan minuman. Berdesak-desakan untuk mengantre, meski tidak beraturan.
Ketiga gadis duduk manis menunggu pesanan mereka yang sudah dipesankan oleh para cowok. Livya dipesankan Vano—tentu saja, kan sudah resmi—, Umami dipesankan Asep dengan sukarela, Nabila awalnya sungkan jika harus dipesankan, tapi karena Alfan memaksa apa boleh buat, dan untuk Hendra cowok itu memesan miliknya sendiri.
"Fira ke mana, Liv?" tanya Umami. Mereka bertiga mengobrol tentang Fira selama pesanan mereka belum datang.
"Tadi gue chat katanya mau ke perpus," balas Livya.
Umami mengernyit heran. "Tumben banget ke perpus, padahal pengin ngadem itu gegara AC."
"Iya, Fira tumben ke perpus sendiri. Biasanya dia ke perpus kalau ada perlu atau nggak kita paksa," ucap Nabila membenarkan.
Livya menggeleng tidak mengerti. Pasti ada hal yang disembunyikan oleh Fira akhir-akhir setelah mengamati gerak-geriknya, tapi Livya tidak bisa langsung menyimpulkan sesuatu.
"Makanan datang!"
Seruan Asep mengalihkan pembicaraan mereka. Vano, Hendra, dan Alfan berjalan mengikuti di belakang Asep.
Vano meletakkan nampan berisi makanan dan minuman milik Livya dan miliknya di meja. Mengambil duduk di sebelah Livya, diikuti Hendra yang duduk di sebelah Vano, ujung meja. Sisi lainnya Nabila duduk di sebelah kanan Livya, sedangkan di depannya Umami duduk dengan bersebelahan dengan Asep. Di sebelah Asep ada Alfan yang mulai berjalan dan duduk di sana setelah memberikan makanan milik Nabila.
"Tadi ngobrolin apa, sih, sampai serius gitu. Gue juga pengin tau," celetuk Asep. Cowok itu sepertinya tahu jika sebelum mereka—para cowok—datang, para cewek membahas sesuatu hal yang penting.
"Emang apaan, sih?" Kini Alfan pun ikut-ikutan.
"Bukan apa-apa, kok, tenang aja," sahut Umami.
"Masa? Nggak yakin gue kalau bukan apa-apa, atau jangan-jan—"
Ucapan Asep terpotong oleh Nabila. "Udah makan aja dulu, makanannya juga udah datang."
Mau tidak mau Asep dan Alfan mengangguk. Meski tanda tanya besar masih melekat pada benak mereka. Fira bersyukur Vano tidak terlalu mempertanyakan apa yang dimaksud Asep dan Alfan itu, ia mulai menyantap makanan bersama dengan yang lain.
Beda halnya dengan Hendra. Entah kenapa ia merasa apa yang dimaksud Alfan dan Asep tadi tentang obrolan Livya dan lainnya pasti membahas tentang Fira yang tidak ada di sini. Juga perubahan sikap yang ditunjukkan oleh gadis itu.
===
Keadaan perpustakaan yang sunyi alias tidak boleh berisik karena bisa saja menggangu kenyamanan membaca penghuni lain Fira memutuskan mengambil tempat duduk di bagian belakang yang jarang ditempati orang lain. Bagian sudut belakang yang terhalang rak buku membuatnya hampir tidak terlihat oleh penghuni lainnya juga penjaga perpus yang berjaga jika saja dirinya tidak memiringkan tubuhnya untuk dapat terlihat.
Fira merasa tenang setelah sampai di sini dan mengambil tempat duduk yang strategis seperti sekarang dengan beberapa buku yang diambilnya di rak Satra. Lebih tepatnya novel. Karena Fira suka membaca novel yang ada di perpus, bukan hanya novel lokal novel terjemahan pun ada yang sudah ditamatkannya.
Kadangkala Fira sampai lupa waktu dan terus berada di sana jika buku yang ia baca menarik. Beberapa sudah ia baca ulang karena memang alur ceritanya yang seru dan menarik.
"Surga dunia, deh, kalau gini," gumam Fira.
Fira larut dengan bacaannya sampai lupa dirinya ke sini untuk menenangkan diri dari rasa cemasnya, tapi sepetinya rasa cemas itu sudah hilang sejak ia memilih beberapa novel di sana.
Biarlah dirinya berehat sejenak melupakan masalahnya yang masih belum terselesaikan agar nanti ia bisa menghadapi sesuatu yang mungkin lebih besar.
===
Terima kasih sudah mampir ^^
Jangan lupa tinggalkan jejak, entah itu vote atau comment.
Sampai jumpa di bagian selanjutnya....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro