Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 03

"Sep, lo ada masalah apa, sih, sama gue! Jangan jailin gue terus, dong!" teriak Umami. Gadis itu berlari mengejar Asep di lorong kelas 11, mereka menjadi tontonan para adik kelas. Tanpa merasa bersalah karena sudah ribut di waktu pagi.

"Dasar, si Asep caper mulu sama Uma. Nggak capek apa diomelin sama si mulut toa," gumam Fira. Berjalan melalui lorong yang juga dilalui Asep dan Umami tadi.

"Lo juga mulut toa kali," sahut Alfan yang muncul tiba-tiba di sampingnya.

"Enak aja. Gue nggak se-toa Umami, ya!"

"Sadar diri, dong, Fir. Emang lo nggak ngerasa gitu kalau lo suka teriak-teriak di kelas?"

"Mana ada gue gitu, kalian aja yang susah dibilangin makanya gue teriak-teriak."

"Udahlah, ngalah aja. Akhirnya juga disalahin mulu," ucap Vano yang baru tiba bersama Livya dan Hendra di belakangnya.

"Livya!" pekik Fira langsung memeluk tubuh sahabatnya itu.

"Kan, baru juga dibahas," cibir Alfan.

Fira melirik cowok itu tajam lalu membuang muka ke arah lain. "Kita duluan aja, yuk, Liv.  Malas jalan bareng mereka," ajaknya.

Tanpa menunggu jawaban Livya Fira langsung menarik tangan sahabatnya untuk mengikutinya. Meninggalkan ketiga cowok itu yang masih bergeming di tempat.

"Emang gue nggak gitu?" Alfan memutar bola matanya malas.

"Asep mana, Al?" tanya Hendra. Mereka bertiga melangkah beriringan menuju kelas 12 IPA 1, kelas mereka.

"Kayak biasa main drama India."

"Hah?!" Vano dan Hendra  kompak terpekik tak paham.

"Elah, lo berdua kompak bener hah heh-nya."

"Tinggal jawab aja."

"Main kejar-kejaran habis ngusilin Uma," jawab Alfan malas. Padahal sebenarnya dua temannya ini sudah paham, tapi kenapa masih bertanya-tanya seolah tidak tahu?

"Oh."

Hanya itu balasannya. Itulah sebabnya Alfan malas menjawab dengan jawaban panjang, karena tahu respons mereka hanya itu.

"Sampai kelas temenin gue mabar bolehlah," celetuk Hendra. Cowok itu mulai tertular virus Asep yang suka ajak teman-temannya mabar alias main bareng.

Vano dan Alfan mengangguk. Mereka kembali berjalan santai melewati lorong itu. Tanpa peduli para adik kelas yang menatap mereka karena terpesona.

===

"Kesel lagi gue!" rengek Umami di bangkunya. Ketiga gadis di samping dan di depannya mengerjakan mata bingung. Saat ini Livya dan Fira berkunjung ke kelas Umami dan Nabila. Kelas sedang sepi karena penghuni lain pergi ke kantin atau tempat lain saat istirahat. Mereka tidak kuat berlama-lama di dalam kelas.

"Kenapa, sih, Mam. Dari tadi ngerengek mulu," desis Fira. Kesal dengan rengekan Umami yang terus mengatakan kekesalannya pada mereka bertiga tanpa mengatakan penyebab dari kekesalan itu.

"Ya, pokoknya kesel!"

"Bodo, Mam. Bodo!" Fira menopang dagu, menatap Umami jengkel. "Bilang apa, kek, alasannya. Biar kami semua tau lo kesel kenapa?"

"Uma kamu bilang, ya, ada apa. Kami nggak tau kamu kesal kenapa kalau ngerengek terus," ungkap Nabila.

"Iya, Mam. Bilang sama kita kenapa?" Livya ikut bersuara.

Uma menceritakan hal apa saja yang dialaminya dengan berbagai kejahilan Asep. Mulai dari menempatkan tasnya di atas speaker kelas, menarik rambutnya saat di kantin, dan masih banyak lagi.

Fira malah tertawa mendengar cerita Umami. Hanya gadis itu yang tertawa dengan kerasnya menimbulkan tanda tanya di kepala teman-temannya. Livya menyenggol lengan Fira.

"Kenapa malah ketawa?" tanyanya.

"Ya, lucu aja. Asep sampe segitunya ngusilin lo, Mam." Setelah mengatakan itu Fira kembali tertawa.

"Udah, Fir. Kasian Uma, jangan diketawain," tutur Nabila.

Uma menelungkupkan kepalanya ke meja dan kembali merengek-rengek. Nabila menepuk-nepuk punggung Uma pelan. "Kalau temenan, kok, gitu banget jahilnya?"

"Ya, dia, kan caper sama lo." Fira melirik Umami dengan masih menopang dagu. Seolah teringat suatu hal ia menepuk keningnya. "Oh, iya, Mam. Lo ingat nggak tetangga lo yang suka jailin lo?" tanyanya.

"Safa maksudnya?" Umami sedikit mendongak.

"Hm, iya, itu. Lo tau dia juga sekolah di sini!" seru Fira. Disambut raut gembira dari Uma.

"Beneran?!" pekik Umami.

Fira mengangguk. "Kemarin gue ketemu sama dia, tapi tetap aja, ya, ngeselin."

Perbincangan mereka berdua terus berlanjut hingga melebar ke mana-mana. Sampai melupakan dua sahabat mereka yang juga ada di sana—Livya dan Nabila.

===

Karena hari ini ada kegiatan MOS bagi peserta didik baru, sebagian kelas 11 dan 12 kosong. Karena pengajarnya ada kepentingan di acara tersebut. Salah satunya kelas 12 IPA 1.

Pastinya mereka tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk tidak berulah salah satunya konser dadakan di kelas. Atau ada juga yang berdiri di dekat pembatas gedung lantai dua menyaksikan para peserta didik baru yang dijemur di lapangan.

"Woi, adek-adek sayang! Semangat berjemurnya!"

"Kak, kalau jemurnya jangan lama-lama, ya!"

"Itu adek ceweknya kasian, loh. Udah keringetan banget, mau dilapin nggak?"

Dan masih banyak lagi. Fira dan Livya yang melihat tingkah teman-teman sekelasnya itu hanya geleng-geleng kepala. Jadi, teringat dulu para kakak kelas mereka juga pernah seperti itu pada mereka.

"Liv," panggil Fira

"Kenapa?"

Fira terdiam sebentar. "Lo pernah takut sama sesuatu nggak? Atau mungkin sesuatu yang bikin lo ... nggak mau ngalamin hal yang sama?"

Livya menoleh. Menatap Fira yang menunduk dengan tangan bertaut seolah takut dengan sesuatu. Dirinya berpikir hal apa yang ditakutkan sahabatnya ini?

"Pasti setiap orang punya rasa takutnya sendiri. Entah itu di level rendah, sedang, atau tinggi, semua pasti ada solusinya. Jadi, kalau lo ada masalah atau apa pun bisa cerita ke gue," pesan Livya.

Tidak ada sanggahan atau tanggapan dari Fira menjadikan suasana di antara mereka hening. Keramaian dari orang-orang di sekitarnya menjadi tak terdengar lagi fokus dengan pikiran masing-masing.

"Hayo!"

Fira berjengkit kaget karenanya. Jantungnya berdebar gila, rasanya mau keluar dari tempatnya saja. Menahan amarah yang siap keluar pada orang yang baru saja mengagetkannya.

"Kira-kira dong, Mam! Beneran kaget gue," keluhnya. Tubuhnya berasa lemas, masih menetralkan detak jantung.

Nabila mendekat pada Fira dan mengelus lengan gadis itu menenangkan. Apalagi Livya juga ikut mendekati Fira.

Uma jadi merasa bersalah karena tiba-tiba datang mengejutkan Fira. Karena sebelum-sebelumnya jika salah satu datang mengagetkan yang lannya pasti marah-marah, tapi ini sepetinya berbeda. Dirinya bercanda di waktu yang salah.

"Eh, sori-sori, Fir. Kirain kayak biasanya gitu. Sori banget," sesal Umami.

"Lain kali lihat-lihat dulu, Mam. Kan, jadi gini kejadiannya," pesan Nabila.

"Iya, Bil. Gue nggak tau kalau jadinya gini, kirain Fira lagi ngeliat bawah ke lapangan. Liat anak-anak baru," sanggah Uma.

"Udah-udah, gue udah mendingan juga. Nggak usah diperpanjang, mending liat ke lapangan aja, tuh. Adkel lagi jemurin calon siswa," sela Fira. Ia tidak mau masalahnya jadi panjang, hal ini juga salahnya sendiri terlalu sibuk dengan pikirannya. Apalagi sejak ia bermimpi tentang kecelakaan itu, dirinya menjadi sering melamun.

Akhirnya mereka berempat berdiri dan melipat tangan di pembatas beton lantai dua. Melihat ke bawah dimana para peserta didik baru dilatih dasar berbaris.

Uma mulai ikut menyoraki bersama yang lain. Sesekali juga Fira menimpali, suasana hatinya mulai membaik. Mencoba untuk mengalihkan pikirannya soal mimpi buruk itu pada hal lain.

===

Selesai juga nulis bagian ini.

Ya, walaupun agak gimana gitu, tapi yaah lega bisa selesai.

Jangan lupa tinggalkan jejak, entak itu vote atau comment.

Sampai jumpa di bagian selanjutnya...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro