Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

39

"Aku All Might." Ucap All Might yang masih terkagum dengan wujud quirk milik keluarga Suzakuhi.

"Ini pertama kalinya kita bertemu. Sepertinya kau juga dalam masa pemulihan ya? Apa bekas luka mu sebelumnya masih terasa sakit?"

"Eh? Bagaimana kau tahu?"

"Tentu saja aku tahu. Aku tidak bisa menyembuhkannya sekaligus karena Hiko sendiri baru saja mendapatkan kekuatannya kembali. Setidaknya ini meringankan sedikit rasa sakit di luka mu itu." Ucap Suzaku yang kemudian terbang ke All Might dan mengeluarkan setetes air matanya yang kemudian berubah bentuk menjadi kristal berwarna emas untuk All Might.

"Saat sudah sampai rumah letakkan itu pada luka mu. dengan begitu rasa sakit itu akan berkurang dengan sendirinya. Lalu Hiko, aku sarankan kau kembali sebentar ke kediaman Suzakuhi dan ambil beberapa barang penting beserta katana-katana dari pendahulu mu karena di katana tersebut ada kekuatan ku yang masih mengalirinya. Ah jangan lupa kau bawa semua brankas yang ada di kamar Hiiro. Itu semua milikmu. Jangan sisakan barang penting di kediaman itu. Bawa semuanya kecuali perabotan rumah. Tetap aktifkan sistem keamanannya." Ucap Suzaku.

"Eh? Memangnya kenapa? Lalu bagaimana aku menyimpan semua barang itu, di rumah Bakugo dan Di asrama ku tidak akan muat menyimpannya."

"Turuti saja untuk sementara perkataan ku ini. Untuk semua barang itu kau bisa meletakkannya di salah satu bangunan rahasia milik keluarga Suzakuhi. Bangunan itu terletak di bawah tanah yang berada di Kyoto. Lakukan pemindahan barang ini secara perlahan dan jangan sampai diketahui oleh siapapun selain kalian berdua, keluarga Bakugo, wali kelasmu, dan kepala sekolah UA, Nezu. Mereka adalah orang yang paling dapat dipercaya. kau bisa mengunjungi tempat itu sekarang juga."

"Memangnya tempatnya itu ada dimana? Kalau hanya Kyoto aku tidak tau ada di mana."

"Di Kyoto ada salah satu hotel milik keluarga Suzakuhi. Nama hotel tersebut adalah Hisu. Jika kau ingin masuk ke ruang bawah tanah kau harus menemui pengelola hotel tersebut yang merupakan adik laki-laki dari Miyura. Atau kau bisa mencari kakak laki-laki Miyura yang merupakan asisten dari adik Miyura. Panggil nama aslinya maka dia akan membuka pintu ruang bawah tanah untukmu."

"Nama Aslinya? Tunggu dulu, aku baru tahu kalau okaa-sama memiliki saudara. Aku baru mendengarnya."

"Itu wajar, karena setelah Miyura menikah dengan Hiiro, ia memutuskan untuk menjauhkan kedua saudaranya darinya karena Ia tidak ingin kakak dan adiknya terlibat dengan All for One. Mereka berdua memutuskan utuk mengganti identitasnya dan mengubah nama aslinya menjadi Yuuki dan Tsubaki. Hiiro, Miyura, dan Yuuki sepakat untuk membuat ruang bawah tanah dengan kedok membangun hotel untuk menjadi tempat daruat jika terjadi sesuatu."

"Wah... mereka teliti sekali... oh iya, nama asli dari Paman Yuuki dan paman Tsubaki siapa?"

"Nama aslinya adalah Akimizu untuk Yuuki dan Natsu untuk Tsubaki. Ah sudah saatnya aku kembali. Aku sarankan hari ini juga kalian mengunjungi Yuuki. Ia memiliki rambut hitam dan manik mata berwarna biru laut, itu ciri-cirinya. Sampai jumpa lagi." dengan begitu Suzaku pun menghilang.

"Jadi bagaimana? Apa saat ini juga kita mengunjungi pamanmu?"

"Mau tidak mau. Kita harus ke kyoto sekarang juga. Tapi sebelum itu kita harus memberi laporan ini dulu pada Nezu-sensei. Karena setiap dari perkataan Suzaku-sama adalah sebuah peringatan." Ucap Hiko menghela nafas.

Mereka kemudian langsung memilih untuk kembali ke UA terlebih dahulu. Hiko diantar ke asrama untuk bersiap terlebih dahulu kemudian menyusul All Might yang memberikan laporan pada Nezu ketika mereka sudah sampai di AU. Hiko kemudian mengganti bajunya dengan tank top hitam yang ditutupi oleh jaket kulit berwarna senada dengan celana panjang yang memiliki warna yang sama. Ia kemudian mengambil wig berwarna pirang panjang yang ia simpan untuk berjaga-jaga ketika ia harus menggunakannya dan memakan sepatu boots bertali berwarna hitam. Setelah itu ia mengambil softlens dengan warna merah kemudian memakainya. Ah jangan lupakan ninjatonya yang ia tutupi menggunakan tas hitam. Setelah selesai bersiap ia langsung menyusul All Might untuk menuju ruang kepala sekolah.

Selama perjalanan itu banyak sekali yang memperhatikan Hiko dengan berbagai macam tatapan dengan dominan mata penuh kagum. Saat ia melewati kelas 1A tanpa sengaja ia menabrak Katsuki yang baru saja keluar dari kelasnya. Belum sempat ia marah ia langsung terdiam ketika menyadari Hiko yang sedang dalam penyamarannya.

"Kau sudah bisa berjalan?" tanya Katsuki.

"Baru saja. aku harus memberikan laporan pada Nezu-sensei terlebih dahulu."

"Soukka. Jadi kemana tujuanmu sekarang?"

"Kyoto."

"Untuk apa?"

"Mencari hotel untuk bulan madu kita." Jawab Hiko iseng.

BLETAK

"ITTAI KONO YARO!" Seru Hiko kesal.

"ITU SALAH MU SENDIRI KUSO TORI!" seru Katskuki dengan wajah merahnya.

"KAU TIDAK BISA MEMBEDAKAN CANDAAN ATAU GIMANA SIH HAH?!"

"DIAM KAU KUSOTORI!"

Dan tentu saja pertengkaran itu menghasilkan penonton yang sangat banyak termasuk anak kelas 1a yang hendak keluar kelas.

"Are? Kacchan kelahi dengan siapa?" tanya Midoriya pada Uraraka.

"Sa.. aku juga tidak tahu. Baru kali ini aku melihat perempuan itu. Badannya bagus banget... dan wajahnya juga cantik..." ucap Uraraka.

"Aku setuju kero."

"Are? Kuso tori?" ucap Sero yang merasakan keanehan dengan panggilan Katsuki pada perempuan yang sedang berkelahi dengannya.

"Bukannya itu panggilan Bakugo untuk Suzakuhi?" sambung Sero.

"Jangan-jangan kau Suzakuhi?" tanya Mineta.

Mendengar itu, Hiko kemudian menolah ke arah Mineta "Benar, ini aku." ucap Hiko.

"EH?! BENERAN?" Seru Kaminari dan Mineta.

"Ck, kenapa kalian jadi heboh sih? Sudahlah aku harus ke kantor kepala sekolah dulu. Mau kasih laporan." Ucap Hiko yang langsung melenggang meninggalkan mereka.

"Hiko-chan walau dalam rupa apapun tetap cantik ya.." ucap Asui.

"Aku baru tahu badan Suzakuhi itu sangat se-"

"SHINE!!!!!"

Belum sempat Mineta menyelesaikan kalimatnya, tinjuan dengan ledakan yang tentunya berasal dari Katsuki melayang dengan mulusnya dan mengenai Mineta yang kini sudah terlempar dengan keadaan gosong.

"Mineta tidak pernah kapok..." Ucap Sero melihat Mineta yang sudah terlempar oleh Katsuki.

Kembali ke Hiko. Kini Hiko sudah berdiri di depan pintu ruangan Nezu. Ia menarik nafas sebentar lalu menghembuskannya. Setelah itu ia langsung masuk ke dalam ruangan itu tanpa mengetuk.

"Hiko, lain kali ketuk pintu dulu.." ucap All Might Sweatdrop.

"Saat ini kan aku berperan sebagai kepala keluarga Suzakuhi dan sekarang pun aku tidak mengenakan seragam." Ucap Hiko nyengir.

"Tidak apa All Might, Suzakuhi benar kok. Aku sudah mendengar semua penjelasan dari All Might. Aku mengizinkan kalian. Dengan catatan kau harus membawa salah satu sensei. Aku tidak ingin murid ku mengalami suatu hal yang berbahaya lagi tanpa ada yang menjaga."

"Tapi siapa? All Might sekarang kondisinya tidak memungkinkan." Tanya Hiko.

"Aku sudah memanggilkan orang yang cocok untuk ini."

Bertepatan dengan itu, suara ketukan pintu terdengar.

"Masuk" ucap Nezu.

"Midnight-sensei?" ucap Hiko.

"Saat ini hanya dia yang bisa melakukannya. Lagipula kita dapat mempercayainya." Ucap Nezu.

"Yah kalau Nezu-sensei bilang gitu aku akan percaya. Mohon bantuannya Midnight-sensei." Ucap Hiko pada Midnight.

"Serahkan saja padaku. Oh iya, tampilan itu cocok sekali untuk mu Hiko." Ucap Midnigt.

"Hoho tentu saja."

"Kita akan menggunakan apa kesana?" tanya Midnight.

"Karena tujuan kita hari ini hanya untuk memberi tahu pamanku, jadi kita akan menggunakan motor saja." Jelas Hiko.

"Motor punya siapa?"

"Punya ku tentu saja." ucap Hiko dengan smirknya.

Skip time, kini Hiko mengendarai motor bugattinya dengan kecepatan tinggi unutk mempersingkat waktu dengan Midnight yang berada di belakangnya.

"Aku tidak menyangka kau memiliki motor bahkan surat izin mengemudi." Ucap Midnight sambil menyaringkan sedikit suaranya.

"Ah ini hasil kesepakatan ku dengan kepala asosiasi pahlawan. Dengan syarat aku harus menggunakannya di saat darurat. Seperti sekarang. Ini sangat sulit untuk di dapat. Yah hitung-hitung sedikit membuatnya kesal. Aku tidak suka dengannya." Balas Hiko sembari meninggikan suaranya.

Setelah berjam-jam mengendarai motor untuk menuju kyoto, akhirnya mereka sampai tepat di depan sebuah hotel dengan nuansa jepang yang sangat kental dengan tulisan Hisu.

"Ah.. pinggangku... Akhirnya kita sampai juga.." ucap Midnight sambil merenggangkan tubuhnya setelah berjam-jam duduk di belakang Hiko.

"Yosh.. lebih baik kita pesan kamar terlebih dahulu. Sekalian kita makan malam. Aku sangat lapar."

"Setuju."

Setelah selesai memesan kamar dan makan malam kini mereka berdua memilih untuk pergi ke onsen.

"Hah... enaknya...." ucap Hiko.

"Ah... kira-kira sudah berapa lama aku tidak ke onsen ya... onsen disini benar-benar nyaman..." timpal Midnight.

"Setelah semua kejadian yang terjadi... benar juga. Sudah berapa lama ya..."

"Oh iya, Hiko."

"Hm?"

"Bagaimana rencanamu untuk bertemu dengan paman mu? dari yang ku dengar, dia hampir tidak pernah berada di sini karena segala urusannya diurus oleh tangan kanannya."

"Ah.. sulit juga ternyata. Sepertinya ini akan memakan banyak waktu. Apakah sempat sebelum festival ya.."

"Pasti sempat kok. Lebih baik untuk saat ini kita menikmati dulu onsennya. Sayang sekali sudah jauh-jauh ke sini tapi kita tidak bisa menikmatinya sebentar." Ucap Midhnight sambil menepuk pelan kepala Hiko.

"Benar juga."

Setelah selesai mereka kemudian beranjak lalu memakai yukata mereka. Jangan lupakan Hiko yang kembali menggunakan mode penyamarannya.

"Padahal dilepas juga tidak apa-apa loh.."

"Yah aku tidak ingin identitas ku ketahuan. Saat ini kita hanya berdua saja disini. Apalagi kita harus menghindari pertarungan."

"Benar juga."

"Sensei duluan saja, aku mau beli minuman dulu. Ah apa sensei ingin nitip?"

"Jaa kalau gitu teh hangat saja."

"Wakatta."

Hiko kemudian pergi menuju mesin penjual minuman yang letaknya tidak jauh dari onsen. Bertepatan dengan itu, seorang pria juga berdiri di sampingnya untuk membeli minuman juga. Tak sengaja mereka menekan di tombol yang sama.

"Hm? Sumimasen, tapi aku duluan yang membelinya." Ucap Hiko yang kemudian menoleh ke arah pria yang berdiri di sampingnya.

Seketika Hiko terpaku dengan tampilan pria tersebut dengan rambut hitam dan manik mata yang berwarna biru laut yang cerah dan tajam dengan kacamata yang bertengger di depan matanya.

"Dapat..." gumam Hiko.

"Ojii-sama!" Seru Hiko dengan matanya yang berbinar.

"Eh?" gumam pria itu bingung.

Hiko dengan cepat kemudian menarik tangan pria itu dan membawanya menuju kamarnya. Namun tarikan itu dengan mudahnya di tahan oleh pria tersebut dengan menatap tajam Hiko yang menatapnya heran.

"Kenapa berhen-" belum sempat Hiko bertanya, pria tersebut dengan cepat membantingnya.

"Aku tidak tahu siapa kau, lebih baik kau pergi dari hadapan ku sekarang juga. Mood ku hari ini benar-benar buruk. Selain itu, aku tidak ingat aku punya keponakan." Ucapnya dingin.

Hiko yang sebelumnya terbanting kemudian bangun dengan perlahan sembari memperbaiki yukatanya.

"Hah... kejam sekali. padahal aku jauh-jauh datang kesini demi ketemu paman, gak taunya malah di banting. Hajimemashite Akimizu ojii-sama, watashi wa Suz-" belum sempat Hiko menyelesaikan kalimatnya, lagi-lagi pria itu memotong ucapannya dengan manarik tangan Hiko ke dalam salah satu ruangan yang ada di dekat tempat mereka berdiri.

"Omae, Hiko?"

"Tentu saja. aku Suzakuhi Hiko." Ucap Hiko sambil melepas wignya dan softlennya.

"Apa masih tidak percaya?"

"Tidak aku sekarang percaya. Maaf membantingmu sebelumnya."

"Tidak apa. Dengan begitu aku tau kalau kamu adalah paman ku." Ucap Hiko nyengir.

Tidak dapat dipungkiri saat ini mood Hiko dalam keadaan bagus. Karena ia mengetahui kalau keluarga kandungnya masih ada yang tersisa. Jujur saja sebelumnya Hiko sedikit merasa kesepian karena walau bagaimanapun Ia hanyalah anak yang menumpang di kediaman Bakugo walau sekarang ia sudah menganggap mereka sudah seperti keluarga nya sendiri.

"Jadi kenapa kau mencari ku?"

"Aku ingin menggunakan ruang bawah tanah."

"Hm? Memangnya ada apa?"

"Sebentar lagi akan terjadi sesuatu. Jujur aku masih belum mengatahuinya. Tapi ini peringatan dari Suzaku-sama. Aku tidak bisa mengabaikannya. Tenang saja. barang yang akan ku bawa hanya beberapa barang penting kok. Untuk perabotan rumah dan sebangsanya aku tetap menyimpannya di rumah."

"Hm... apa ini ada hubungannya dengan All for One?"

"Aku tidak tahu. Tapi kemungkinannya sangat tinggi. Apalagi dulu Otou-sama dan Okaa-sama sempat melawan All for One di belakang rumah hingga membuat rumah itu sebagian menjadi hancur."

"Tunggu, Miyu dan Hiiro melawan All for One? Apakah itu ada hubungannya dengan kematian mereka?"

"Mereka memutuskan untuk membakar diri mereka agar kekuatan Suzaku tidak jatuh kepada All for One." Ucap Hiko masang senyum pahit ketika mengingat masa yang paling tidak ingin ia ingat.

"Ah.... ternyata begitu.. Adikku, sudah bekerja sangat keras teryata."

"Yah begitu lah. Saat itu aku langsung di larikan ke kediaman Bakugo. Sampai aku SMP aku menggunakan nama Bakugo jadi tidak ada yang tahu kalau aku adalah Suzakuhi. Sampai aku SMA."

"Aku menonton pertandingan mu. kau hebat. Oh iya, topik utama kita."

"Ah aku sampai kelupaan. Sepertinya memang ada hubungannya dengan All for One. Makannya Suzaku-sama memperingatiku untuk membawa semua barang penting ke ruang bawah tanah."

"Aku bisa menyiapkannya. Kau ingin mengeceknya terlebih dahulu?"

"Tidak, nanti saja. saat ini aku sedang bersama sensei ku. Dia sedang menunggu ku di kamar." Ucap Hiko.

"Sensei mu itu perempuan kan?"

"Tentu saja. sebenarnya aku ingin sendiri ke sini, tapi kepala sekolah tidak memperbolehkanku mengingat kami sedang menjadi sasaran empuk dari League of Villain." Ucap Hiko menghela nafas lelah.

"Pati merepotkan ya. Aku akan mengirimkan makanan untuk mu. kau mau makan apa?" tanya Akimizu pada Hiko yang kini sudah menatap pamanya dengan tataan berbinar.

"AYAM KRISPI SUPER PEDAS YANG SANGAT BANYAK!!!" seru Hiko dengan antusias.

"Serahkan pada ku! Lebih baik kau sekarang kembali ke kamar. Aku akan mengirimnya setelah ini. Kamarmu nomor berapa?" Ucap Akimizu.

"Kamarku nomor 28."

"Cho- itu bukannya kamar yang kecil untuk mu? kenapa tidak mengambil kamar yang lebih besar?"

"Aku tidak bisa memesan tempat yang terlalu mencolok. Tapi mungkin lain kali aku akan memesan kamar super vvip disini." Ucap Hiko nyengir.

Hiko kemudian memeluk Akimizu dengan senang hati dan mengucapkan terima kasih berkali-kali.

Hiko kemudian kembali ke kamarnya dengan perasaan senang dan meninggalakan Akimizu seorang diri di ruangan tersebut. manik birunya menatap bulan yang kini bersinar terang dengan air mata yang mengaliri pipinya.

"Onee-chan, aku seperti melihat mu sekarang. Tenang saja, aku akan menjaga Hiko dengan baik."

Pria lajang itu kemudian menambil handphonenya dan menelpon seseorang.

"Oi baka, pesankan ayam krispi super pedas seratus porsi kirim ke kamar 28!"

"Gaki! Jangan asal memberi perintah pada kakak mu ini!"

"Damare! Ini untuk keponakan kita!"

"Keponakan? HAH? MASAKA?!"

"Iya baka. Hayaku!"

"Apapun untuk keponakan ku!"

Dengan begitu telepon mereka dimatikan sepihak oleh Akimizu.

Kembali ke Hiko. Kini ia sudah sampai di kamarnya sedang menghubungi Katsuki kalau kini ia sedang berada di tempat yang ia tuju tadi.

"Apa kau menghubungi Bakugo?"

"Yahh begitulah. Aku tidak mau si tukang emosi itu langsung menyerbuku dengan berbagai pertanyaan penuh emosi ketika aku sampai asrama nanti" Ucap Hiko menghela nafas lelah.

"Kalian akrab sekali. kadang aku suka loh liat kalian kelahi. Tidak tau kenapa lucu untuk ku."

"A-ah...." ucap Hiko sweatdrop.

"Oh iya, aku lupa memberi tahu. Aku sudah bertemu dengan paman saat mengambil minuman. Yah itupun badan ku harus dibanting dulu sebelum aku menyampaikan situasinya." Ucap Hiko sambil terkekeh.

"Eh... dibanting? Tapi kau terlihat senang dengan itu.." ucap Midnight sweatdrop.

"Yah.. itu sedikit mengingatkan ku dengan latihan ku saat bersama dengan okaa-sama. Dulu dia sering membantingku saat berlatih." Ucap Hiko sambil tertawa kecil.

Tawa itu lenyap digantikan dengan senyuman kecil dan air mata yang mengalir.

"Apalagi aku akhirnya mengetahui kalau aku tidak benar-benar sendiri. Ini membuatku sangat senang." Ucap Hiko sambil mengahpus air matanya kasar lalu kembali menatap Midnigt.

"Sebentar lagi pesanan ku datang. Jika sensei kuat makan pedas aku akan membaginya dengan sensei." Ucap Hiko dengan senyuman lebarnya.

SREG

tbc~~~

ada yang dibuka tapi bukan perasaan 

anjoy


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro