Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

33

Hiko baru saja bangun dan merenggangkan badannya. Ia melirik mejanya yang berantakan penuh dengan kertas.

"Ukh... mejaku berantakan.. hah.. badanku sakit karena ketiduran di kursi.. Oh iya.. Nanti sore aku harus kerumah... "

Cklek

"Lagi-lagi kau ketiduran disitu lagi. ditambah meja mu lebih berantakan dari sebelumnya. Ck."

"Urusai Katsuki. Ini masalah pekerjaan. Oh iya, Aizawa-sensei dimana? Aku ingin minta tolong padanya untuk mengantar ku kerumah."

"Aku tidak tahu. Setelah ia mengantar reporter yang ingin mengunjungi asrama untuk meliputi keseharian kita ia langsung pergi. Sudahlah, Lebih baik kau mandi sana."

"Reporter? Aku baru tau. Bodo lah. Pekerjaan ku saat ini lebih penting."

Hiko kemudian membersihkan mejanya lalu bersiap menuju kamar mandi. Setelah menyelesaikan semua ritual paginya, Hiko kembali turun ke bawah untuk sarapan. Saat sampai di dapur, suara kamera terdengar dari belakangnya.

"Hisashiburi, Suzakuhi-san?"

"Omae, Tokuda. Hisashiburi. Jadi kau yang meliput kelas kami. Apa kau ingin dibuatkan minuman seperti biasa?"

"Boleh juga. Sudah lama aku tidak merasakan jamuan keluarga Suzakuhi."

"Fufu benar juga."

Hiko kemudian menyiapkan Higashi yang ia buat tadi malam dan teh hijau sebagai pendampingnya.;

"Jadi informasi apa yang sedang kau cari sekarang?" tanya Hiko.

"Sepertinya aku memang tidak bisa menyembunyikan niatku di hadapan Suzakuhi. Walaupun begitu aku tidak bisa memberitahukannya mengingat ini adalah bisnis ku. Jadi mohon maaf saja. Aku yakin kau yang merupakan gudang informasi sangat mengerti." Ucap Tokuda.

"Yah benar juga. Liputlah kelas ini sesukamu. Aku harap kau bisa menikmati pekerjaan mu bersama anak kelas A." Ucap Hiko terkekeh sambil menyuapkan sarapannya.

Setelah diselingi obrolan kecil Hiko izin meninggalkan Tokuda dan kembali ke kamarnya dan bersiap menuju sekolah. Setelah selesai menjalani kegiatan sekolahnya Hiko langsung mencari Aizawa ke ruang guru.

"Aizawa-sensei, bisakah aku minta tolong padamu?"

"Ada apa Suzakuhi?"

"Aku harus ke rumah ku karena ada yang harus aku ambil. Apa sensei bisa mengantarku?"

Aizawa melirik Hiko sebentar kemudian menghela nafas dan beranjak dari posisi duduknya.

"Baiklah. Kita langsung saja kesana. Kita harus kembali sebelum jam makan makan malam. Yah walaupun aku yakin itu mustahil."

"Arigato gozaimasu, Aizawa-sensei."

Mereka kemudian langsung pergi ke parkiran mobil dan menuju rumah keluarga Suzakuhi. Saat sudah sampai di sana Hiko tersenyum kecil ketika melihat halaman rumahnya yang kini rapi tanpa ada sampah sedikitpun.

"Mari masuk sensei. Kita langsung saja keruang kerja. Karena buku yang ku bawa tidak sedikit." Ucap Hiko.

"Bukannnya rumah ini terlalu besar untuk ditinggali seorang diri?"

"Tidak juga. Karena Katsuki sering menginap di sini. Jadi bagiku biasa saja. Ah ini dia." Hiko mengambil buku-buku tebal setebal dosa Katsuki yang tersusun di rak dan langsung menumpuknya satu persatu.

"Lumayan juga dua puluh buku." Gumam Hiko.

"Sensei, tolong bawa sepuluh. Aku juga akan bawa sepuluh." Ucap Hiko.

Aizawa kemudian membantu Hiko membawa tumpukan buku tersebut menuju mobil lalu menunggu Hiko yang sedang mengunci pintu rumahnya.

"Yosh sudah selesai. Sepertinya kita masih sempat untuk makan malam di asrama. Kita kembali sekarang saja." Ucap Hiko.

"Aku tau. Memangnya buku itu tentang apa sampai harus sekali kau ambil."

"Seluruh informasi mengenai Shie Hassaikai. Aku harus mencarinya mengingat akhir-akhir ini aku mendapat informasi yang sedikit mengganjal mengenai mereka."

"Berhati-hatilah."

"Ha'i arigato gozaimasu."

Setelah sampai di asrama, Aizawa tetap membantu Hiko untuk membawa buku mengingat buku tersebut membuat pandangan Hiko terhalang.

"Okaeri Suza-chan! Kami sudah menunggu mu." ucap Hagakure saat Hiko baru saja masuk ke asrama.

"Ha'i tadaima minna. Kalian bisa makan duluan aku akan menaruh tumpukan buku-buku ini terlebih dahulu." Ucap Hiko terseyum kecil.

Hiko dan Aizawa kemudian meletakkan buku tersebut di kamar Hiko lalu kembali menuju lantai satu untuk makan malam.

"Lama sekali."

"Kan sudah kubilang makan saja duluan. Kamu nunggu aku?"

"Ck, mana mungkin aku menunggumu!"

"Ha'i ha'i, Mr. Tsundere."

Malam harinya

"Moshi moshi, Nighteye. Aku sudah mengumpulkan semua informasinya. Besok pagi aku akan mengirimnya. Oh iya, besok aku juga akan mengajukan Kerja lapangan ku. Mohon bantuannya, Nighteye."

"Terima kasih Suzakuhi. Aku mengerti besok aku akan mengurusnya."

"Ha'i."

Pip

Telepon di matikan. Hiko turun ke lantai satu menuju dapur hendak membuat americano dan beberapa cemilan lainnya.

"Are? Katsuki? Kau tidak tidur?"

"Hah? Ternyata kau kusotori."

"Pasti kau mengira kalau aku adalah hantu. Aih lucunya."

"Aku tidak takut dengan hantu!"

"Aku tidak bilang kau takut hantu loh?"

"Grrr ARRG URUSAI KUSO TORI!"

"Iya iya aku diam. Aku mau bikin kopi dulu."

"Tidak usah. Minum saja kopi ku. Aku tidak jadi meminumnya. Sekalian cemilannya. Aku jadi tidak nafsu setelah kau datang." Ucap Katsuki yang langsung naik ke atas.

Hiko melirik cemilan favorit Hiko yang berupa ayam pedas dan beberpa wagashi dan minuman yang dimaksud oleh Katsuki lalu tersenyum kecil dengan pipi yang sedikit memerah.

"Ah bomnya benar-benar bahaya." Ucap Hiko yang kemudian membawa kudapan itu ke kamarnya.

Esok Harinya.

Hiko baru saja menyerahkan berkas kerja lapangannya pada Aizawa sehingga kini hanya menunggu kabar baiknya. Hiko berjalan menuju kantin yang sudah dipenuhi oleh siswa-siswa yang kelaparan. Hiko langsung memesan ayam super pedasnya lalu memilih tempat duduk yang tidak terlalu mencolok karena ia harus menyortir kembali informasi yang ia dapat.

Tiba-tiba Katsuki datang sambil membawa nampan makannya lalu duduk di hadapan Hiko. "Kau tidak duduk dengan Kaminari dan Kirishima?"

"Urusai damare."

"Ha'i ha'i"

Katsuki melirik Hiko sebentar "Apa kau memiliki maslaah dalam pekerjaan mu kali ini?"

"Hm? Ah, tidak. Aku hanya entah kenapa kali ini aku merasa perkerjaan ku akan menjurus ke hal yang sangat berbahaya. Firasatku sangat buruk. Aku hanya sedikit takut dengan kenyataan yang akan ku hadapi sebentar lagi setelah melihat dan membaca semua informasi yang kudapat."

"Hadapi saja. Kau tidak akan mendapat apa-apa jika kau hanya berdiam diri ketakutan. Bukannya kau biasa langsung maju kedepan?"

Hiko menatap Katsuki yang menatapnya lalu tersenyum kecil. "Benar juga."

"Apakah ini sifatmu saat masih menjadi Syana?"

"Yah begitulah... aku dulu terlalu banyak memikirkan resiko sehingga membuatku sering merasa ketakutan. Maaf aku memperlihatkannya padamu."

"Hn."

Hiko hanya tersenyum kecil lalu meletakkan handphonenya dan kembali memakan makanannya.

"Murid kelas satu, Suzakuhi Hiko, Ereser Head memanggil. Harap segera menuju ruang guru. Kuulangi, Murid kelas satu, Suzakuhi Hiko, Ereser Head memanggilmu. Harap segera menuju ruang guru."

Hiko yang baru saja menyelesaikan makannya berkedip sebentar.

"Pergi sana. Aku yang akan membawa nampan mu."

"Eh? Ah, ha'i. Aku pergi dulu, Katsuki." Ucap Hiko yang langsung pergi menuju ruang guru.

Setelah sampai ia langsung masuk dan menuju meja Aizawa.

"Ada apa sensei?"

"Hari ini kau bisa langsung menjalani kerja praktik. Bos agensi yang kau tuju meminta mu untuk segera mendatanginya karena darurat. Aku sudah mengurus dispensasinya. Kepala sekolah juga sudah mengizinkannya."

"Wah cepat juga."

"Bukannya kau sendiri sudah memulai mengurus pekerjaan itu dari sebelum mengantar surat pengajuan? Sudah lah. Cepat pergi menuju tempat Sir Nighteye."

"Ehehe... ha'i! Arigato gozaimasu." Hiko berojigi sebentar lalu keluar ruang guru menuju kelasnya untuk mengambil tas sekolahnya dan tas yang berisi kostum heronya.

"Are? Hiko-chan mau kemana? Sebentar lagi kita masuk."

"Ah Tsuyu-chan, aku harus balik sekarang. Aku diterima di agensi Sir Nighteye dan aku diminta untuk segera menuju agensi tersebut sekarang juga."

"EH?! BENERAN?!"satu kelas mentap Hiko terkejut.

"Yap! Ja minna! Aku duluan!!"

Hiko kemudian langsung menuju agensi Nighteye "Kalau punya sayap ngapain harus jalan kaki." Gumam Hiko yang langsung mengeluarkan sayapnya dan terbang menuju agensi tersebut. tidak sampai lima belas menit, Hiko sudah sampai di depan jendela ruangan milik Nighteye.

Hiko mengetuk jendela tersebut dan tak lama kemudian Nighteye membukanya. "Tidak bisakah kau menggunakan pintu. Kau membuatku teringat dengan keusilan Hiiro."

"Maaf-maaf. Aku sudah membawa semua filenya. Nih." Hiko melempar kristal berwarna emas yang setia bertengger di kalungnya pada Nighteye.

Nighteye mengambil kristal tersebut. ia membuka celah yang berada di kristal tersebut dan mengambil kartu memori di dalamnya. "Terima kasih. Untuk saat ini kau fokus saja dengan mencari informasi lebih lanjut. Untuk sore hari nanti aku minta tolong padamu untuk melakukan patroli di sekitar sini. Dari yang ku dengar, beberapa anggota Shie Hassaikai sering berkeliaran di daerah tersebut." Nighteye melempar peta yang sudah ia lingkari tempat mana saja yang harus diselidiki oleh Hiko.

"Aku mengerti. Jika aku bertemu dengan mereka apa yang harus ku lakukan. Aku yakin mereka tahu identitas ku mengingat keluarga ku pernah berkunjung ke markas utamanya."

"Kau dilarang untuk menyerang. Akan lebih baik kau menggunakan baju sehari-hari saja dibandingkan menggunakan kostum heromu. Mengingat pergerakan mereka akhir-akhir ini sangat mencurigakan, aku yakin saat ini mereka akan sangat sensitif. Jika mereka menanyakan kenapa kau berada di sana, buatlah cerita yang masuk akal."

"Baiklah."

"Aku sudah meminta Centipeder untuk membelikan baju untukmu. Selama itu tolong bantu aku mencari informasi lebih lanjut." Ucap Nighteye yang di turuti oleh Hiko.

Setelah beberpa jam Hiko mencari informaasi, Centipeder datang dengan tangan yang membawa bungkusan berisikan baju dan beberapa aksesoris pelengkap yang akan Hiko gunakan. Hiko kemudian menggantu bajunya lalu menjalani misi yang ia terima dari Nighteye. Tidak lupa menghias rambutnya dengan jepit yang ia terima dari David.

"Centipeder, kenapa dari semua baju kau memilih dress..." Hiko menghela nafas lelah dan menatap Centipeder.

"Menurut ku kau cocok menggunakan dress."

"Yah sudahlah... kalau begitu aku berangkat dulu."

"Berhati-hatilah!"

"Okee!"

Hiko menyampirkan tas selempangnya ke bahu sebelah kanan dan berjalan santai menuju tempat-tempat yang sudah ia ingat sepenuhnya.

'Hm... kira-kira cerita apa yang harus ku karang ya... ah bingung... apa aku pura-pura ingin bertemu dengan mereka setelah sekian lama tidak bertemu? Itu aja kali ya? Ah bingung. Itu aja.'

bruk

Hiko yang terlalu asik berkutat dengan pikirannya tanpa sengaja menabrak orang yang ada di depannya. Untungnya masing-masing diantara mereka dapat menahan beban tubuh mereka.

"Ah maafkan aku." ucap Hiko mengangkat wajahnya dan menatap seseorang yang tabrak.

"Are? Bukannya kau Chisaki-san?" ucap Hiko spontan.

"Kau? Apa kau Suzakuhi Hiko?"

'Keberuntungan gila macam apa ini?'

"Ha'i, ini aku, Suzakuhi Hiko. Apa kabarmu Chisaki-san?"

"Kabarku sangat baik. Bukannya sekarang kau harus bersekolah?"

"Ah aku sedang izin. Aku ingin beristirahat sejenak setelah berbagai macam kejadian yang menimpaku. Oh iya, bagaimana dengan alergimu? Aku ingat dulu Otou-sama selalu mengunjungimu untuk membantu alergimu."

"Alergi ku sudah mendingan. Mungkin aku bisa memanggilmu jika alergi ku kambuh."

"Terima kasih. Namun sayangnya saat ini aku hanya bisa menyembuhkan luka luar saja. Untuk penyakit dan sebagainya aku belum mempelajarinya. Mungkin setelah ini aku akan mempelajarinya lebih giat lagi. Oh iya, aku sampai lupa. Bagaimana kabar bos? Aku kangen bermain sama bos. Dulu beliau suka sekali menggendongku."

"Tentang bos... saat ini ia sedang tidak sadarkan diri.." Chisaki menunduk.

"Eh? Apa yang terjadi dengan bos? Apa ia terserang penyakit?"

"Sepertinya begitu. Sudah banyak sekali dokter yang memeriksanya tapi tidak menemukan hasil yang baik."

"Souka... Apa aku bisa menjenguknya? Aku jadi sangat ingin menemuinya selagi aku masih di sini."

Chisaki terdiam sebentar, "Tentu saja, kau bisa menjenguknya sekarang. Ikuti aku." Chisaki berbalik terlebih dahulu dan berjalan di depan Hiko.

Hiko yang di belakang mengambil handphonenya dan mengetikkan pesan dengan cepat ke Nighteye kalau dia sekarang sedang menuju kediaman inti keluarga yakuza tersebut.

"Kau mengirim pesan ke siapa?" tanya Chisaki saat ia mendapati Hiko sedang membuka gawainya.

"Aku mengabari otou-san dan okaa-san. Tadi aku lupa mengabari mereka kalau aku sudah sampai disini untuk berwisata."

"Sou. Jadi kau di rawat oleh siapa setelah Hiiro dan Miyura pergi?"

"Aku di rawat oleh keluarga Bakugo. Yang anaknya suka emosian itu. Aku yakin kau pernah melihatnya di televisi mengingat dia juara dua saat festival olahraga dan kejadian kami diculik saat peristiwa kamino terjadi."

"Aku tau. Tidak ku sangka kau akan tinggal dengannya."

"Aku saja heran kenapa sampai sekarang aku masih kuat bersamanya." Hiko menghela nafas lelah dan terkekeh.

'Maaf Katsuki, tapi benar kok, aku heran kenapa aku sampe sekarang kuat dengar semua omelan mu'

"Kita sampai."

Kini mereka sudah sampai di kediaman Shie Hassaikai. "Suasananya membuat ku sedikit nostlagia." Ucap Hiko.

"Yah tidak heran. Kita akan langsung menuju ruangan Bos."

"Ha'i."

Mereka kemudian menyusuri lorong ruangan tersebut dengan sesekali mereka bertemu dengan bawahan-bawahan yang menyapa mereka. Saat sudah sampai diruangan yang mereka tuju, Chisaki berhenti sebentar kemudian menatap Hiko.

"Ada apa, Chisaki-san?"

"Jangan terkejut dengan kondisi Bos."

Mendengar itu Hiko mengangguk. Pintu itu kemudian dibuka oleh Chisaki dan menampilkan keadaan bos dari Shie Hassaikai itu penuh dengan alat yang membantunya tetap hidup. Hiko yang melihat itu menatap sendu ke arah Bos.

"Benar-benar kondisi yang menyedihkan..." gumam Hiko.

"Aku tahu. Aku sedih melihatnya seperti itu."

"Itu wajar, dia kan orang yang membantu mu selama ini. Apa aku boleh melihatnya lebih dekat lagi?"

"Tentu saja."

Hiko kemudian memperhatikan lebih lanjut kondisi pria tua tersbeut kemudian kembali menghampiri Chisaki.

"Sudah ku duga, aku tidak mengerti dengan kondisinya. Aku akan mempelajari lebih lanjut lagi nanti. Jadi untuk sementara tolong tunggu ya. Aku akan mencari cara agar kondisi bos membaik." Ucap Hiko

"Arigato. Kalau begitu bagaimana kalau kita minum teh terlebih dahulu. Aku sudah meminta pelayan membuatkan teh untukmu."

"Baiklah."

Mereka kemudian menuju salah satu ruangan untuk bersantai selagi Hiko mengenang saat masa-masa ia berada di kediaman Shie Hassaikai.

"Hah... memang ya... suasana rumah jepang paling terbaik..." ucap Hiko.

"Kau sekarang tinggal di asrama, jadi wajar saja kau akan merindukan suasana seperti ini."

"Benar. Oh iya, apa kau sudah menikah? Bukannya usia mu sudah matang untuk menikah dan membangun keluarga? Apa kau ingin kucarikan perempuan yang cocok untukmu?"

"Ah aku sudah memiliki anak."

"Hah? Maji?"

"Maji. Dia sangat sering menyusahkan orang lain dan penakut. Tapi aku menyayanginya. Dia sangat mirip sama orang tuanya. Mudah sakit. Oleh karena itu aku menyembunyikannya dari dunia luar agar ia tetap terlindungi."

"Tidak ku sangka kau sudah memiliki anak... Nee! Boleh aku melihatnya?!" ucap Hiko antusias.

Chisaki diam kemudian menghela nafas. "Baiklah, kau bisa melihatnya." Chisaki berdiri lalu mengetikan sesuatu dari handphonenya yang berhasil di tangkap oleh Hiko.

"Arigatou! Ayo sekarang juga! Aku tidak sabar."

Chisaki menghela nafas kemudian membawa Hiko menuju ruangan lain yang menjadi kamar dari anaknya. Saat pintu terbuka, Hiko melihat anak kecil dengan tanduk dan rambutnya yang menjadi ciri khasnya menatap takut ke arah Chisaki. Itu pun berhasil di tangkap oleh mata Hiko.

'Keadaan anak ini... tidak baik... aku tau dengan jelas dari tatapan itu..' batin Hiko rasa tercabik ketika melihat anak yang berada di depannya.

"Eri, beri salam padanya. Ia merupakan anak dari teman dekat kakekmu."

Anak yang di panggil Eri itu menatap Hiko dengan tatapan yang sama seperti ia menatap Chisaki. Hiko yang melihat itu kemudian beralih menatap Chisaki yang ebrada di belakangnya. "Chisaki-san, kalau kau berkata dengan nada seperti itu, peri kecil ini akan ketakutan. Kau jadi merusak suasana saja. Lebih baik kau keuar saja dari sini. Hush hush."

"Ini kediaman ku, aku yang berhak memutuskan aku yang keluar atau tidak."

"Kenapa kau sangat waspada sih? Aku yakin kau sudah tau kalau keluarga kita memiliki perjanjian khusus yang tidak lain dan tidak bukan adalah keluarga ku dilarang untuk menggali informasi keluarga mu dengan syarat keluarga mu tidak akan melukai warga sipil tanpa alasan yang jelas dan menggunkan quirk. Apa kau ingin aku menjelaskan lebih lanjut mengenai peraturan itu? Lagipula aku yakin saat ini kau disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan."

Chisaki lagi-lagi menghela nafas lalu keluar dari ruangan tersebut.

"Yosh! Pengganggu akhirnya keluar.." Hiko melirik Eri yang masih menatapnya takut.

"Hajimemashite, Eri-chan. Aku Suzakuhi Hiko. Panggil saja aku nee-chan. Tenang saja, aku tidak akan melukaimu." Ucap Hiko tersenyum lembut ke Eri dan mengusap lembut kepala Eri..

TBC~

Anjoy kapan lagi gweh up pagi pagi, mowning person sekali gweh


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro