Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17

"Maaf, berat untuk mengatakannya. Aku akan mematikan enhancementku. Karena aku akan menyerangnya dari jarak jauh." Ucap Hiko.

"Tidak apa. Itu sudah sangat membantu Hi-chan." Ucap Midoriya.

Midoriya dan Hiko kemudian maju menyerang Stain. Sedangkan Todoroki dari belakang terus menembakkan api dan esnya untuk menjaga mereka berdua dari serangan Stain. Midoriya dan Hiko terus menggunakan kecepatan mereka untuk sebisa mungkin mengulur waktu sampai pro hero lainnya datang. Beberapa kali Hiko hampir terkena katana milik Stain namun berhasil ditahan menggunkan pedang apinya.

Dari arah belakang Midoriya hendak menangkap Stain namun dirinya terlempar dan berdarah terkena katana milik Stain. Stai kemudian menjilat darah Midoriya sehingga membuatnya tak mampu bergerak lagi. Hiko kemudian melayangkan tinjunya pada Stain yang langsung di tahan Stain menggunkana pedangnya. Dengan cepat Stain membalas serangan Hiko dengan katananya. Hiko yang belum siap hampir terkena serangannya. Sebelum serangan itu berhasil mengenai Hiko, Todoroki langsung mengarahkan quirk apinya untuk menjauhkan jarak antara Hiko dan Stain. Setelah itu Hiko dan Stain beradu pedang dengan kecepatan tinggi. Sedangkan Todoroki terus menyerang Stain dari jarak jauh agar dapat menghambat pergerakan Stain.

"Gaya berpedang mu sangat brutal. Apa kau tidak khawatir kehabisan darah huh?" ucap Stain.

"Tenang saja. Aku cukup membakarnya saat itu juga sehingga kau tidak berhasil menjilat darah ku."

Ya, bisa dikatakan gaya bertarung Hiko sangat brutal. Serangannya tidak dapat melindungi dirinya sendiri. Tapi bertujuan melumpuhkan lawan karena Hiko dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Oleh karena itu pertarungannya melawan Stain cukup membuat villain  tersebut kesulitan.

"Kalau begini terus aku tidak dapat menyelesaikan urusan ku." Ucap Stain yang kemudian mengalihkan perhatian Hiko. Setelah perhatian Hiko teralihkan, Stain langsung menyerang Todoroki dengan cepat yang berhasil di tahan oleh Iida. Dengan menggunakan Kakinya kemudian menendang Stain.

Hiko kemudian menghampiri Midoriya dan menyembuhkan kembali luka goresnya.

"Apa kau masih tidak bisa bergerak?"

"Masih belum bisa, Hi-chan."

"Todoroki-kun, Midoriya-kun, dan Suzakuhi-san, ini tidak ada hubungannya dengan kalian, jadi aku minta maaf."

"Kau masih saja mengatakan hal itu." Ucap Misdoriua.

"Oleh karena itu aku tidak akan membiarkan kalian bertiga menumpahkan darah kalian lebih dari ini!"

"Tidak ada gunanya membenahi penampilanmu. Esensi seseorang tidak bisa berubah begitu saja. Kau hanya akan menjadi orang palsu yang mendewakan hasrat pribadi. Kau adalah penyakit masyarakat yang menyesatkan idealisme dari hero! Harus ada seseorang yang meluruskanmu."

Hiko mengernyit tidak setuju mendengar itu. "Orang salah zaman." Gerutu Hiko.

Stain kemudian hendak menyerang Iida namun langsung di halang oleh api Todoroki. Iida kemudian meminta Todoroki untuk membekukan kakinya namun langsung di serang oleh Stain. Hiko dan Iida dengan sigap langsung berdiri di depan mereka untuk menghalangi stain dengan tangan mereka sehingga membuat tangan mereka terluka dan mebuat mereka terjatuh karena pisau yang di lempar Stain menancap tempat mereka berdiri dan menembus tangannya.

"Suzakuhi! Iida!"

"Daijobu, kalau segini aku masih bisa menyembuhkan diri ku sendiri."

"Iida, tolong tahan sebentar." Ucap Hiko.

Hiko kemudian menggigit bibir bawahnya guna dan langsung melepas pisau tersebut kemudian menyembuhkan lengannya. Tidak lupa membakar darahnya. Saat hendak berdiri dan menyembuhkan kula Iida, tiba-tiba tubuhnya terasa lemas dan langsung terjatuh.

"Ck, aku kehilangan banyak darah..." gumam Hiko.

"Kalian bergeraklah! Enhancement!" ucap Hiko yang kemudian memberikan enhancement pada Iida, Midoriya dan Todoroki.

Seolah paham, Iida dan Midoriya kemudian melesat dan melayangkan serangan telak pada Stain setelah itu disusul dengan serangan api dari Todoroki sehingga membuat Stain akhirnya tidak sadarkan diri.

"Cepat ikat dia. Cari tali atau apapun lah itu agar ketika ia bangun tidak berulah lagi." ucap Hiko yang masih tengkurap lemas karena kehilangan banyak darah.

"Untuk jaga-jaga juga kita harus melucuti senjatanya." Ucap Midoriya.

"Benar juga." Jawab Todoroki.

Hiko kemudian melirik Iida yang masih terdiam menatap Stain. Hiko kemudian menatap Native yang akhirnya bisa bergerak. Setelah itu Todoroki dan Iida kemudian mengikat dan melucuti senjata Stain menggunakan tali yang mereka temukan di gang kecil tersebut. Sedangkan Midoriya kemudian di gendong oelh Native.

"Hah.. Akhirnya aku bisa istirahat." Ucap Hiko pelan.

"Kalian tidak lupa keberadaan ku kan?" tanya Hiko ketika ia merasa terabaikan. Bagaimana tidak? Posisi Hiko saat ini sama seperti awal dia jatuh.

"Ah.... Maaf." Ucap Todoroki yang sukses membuat perempatan muncul di jidat Hiko.

"Todoroki-kun biar aku saja yang membawa Stain. Kau lebih baik membawa Suzakuhi-san karena ia tidak bisa bergerak."

"Wakatta." Ucap Todoroki yang langsung membawa Hiko dalam gendongannya.

Mereka kemudian keluar dari gang dan di sambut dengan Gran Torino yang langsung melayangkan pertanyaan pada Midoriya.

"Kenapa kau di sini?" tanyanya.

"Grand Torino!" seru Midoriya.

Gran Torino kemudian langsung melesat dan menendang wajah Midoriya.

"Sudah kusuruh agar tetap berada di shinkasen , bukan?"

"Siapa?" tanya Todoroki.

"Hero dari tempat magangku, Gran Torino. Tapi, kenapa?"

"Aku tiba-tiba disuruh kesini. Yah aku tidak begitu mengerti dengan apa yang terjadi. Syukurlah kau tak apa."

"Gran Torino, maaf..."

Tak lama kemudian banyak pro hero yang menghampiri mereka.

"Mereka lambat." Ucap Hiko pelan.

Mereka kemudian menyadari sosok yang sedang di bawa oleh Iida adalah Stain. Mereka kemudian memanggil bantuan dan lain sebagainya.

"Untuk luka kecil sudah ku sembuhkan. Namun akan lebih baik kalau di bawa kerumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut." Ucap Hiko pada salah satu pro hero.

"Wakatta."

"Kalian bertiga.... Karena diriku kalian terluka! Aku benar-benar minta maaf. Dalam belenggu amarah ku, aku tak bisa melihat apa-apa." Ucap Iida.

"Aku juga minta maaf karena tidak menyadari kalau ku sangat tertekan. Padahal kita teman." Ucap Midoriya.

"Bertahanlah. Kau ketua kelas bukan?" Timpal Todoroki.

"Iida, moodbooster." Ucap Hiko sambil melempar permennya yang langsung di tangkap oleh Iida.

"Iya, Arigatou."

Tak lama kemudian muncul nomu bersayap yang terbang ke arah mereka kemudian membawa Hiko dan Midoriya.

"Na-?!" ucap Hiko terputus karena cengkraman nomu yang semakin kuat.

Nomu tersebut kemudian tidak bisa bergerak dna sehingga membuat mereka hendak terjatuh. Tiba-tiba muncul Stain dari berlakang nomu dna menangkap tubuh Hiko dan Midoriya dengan pisaunya yang menusuk Nomu tersebut. Hiko dan Midoriya dengan terpatah-patah menoleh kearah Stain terkejut.

"Semua ini... demi menciptakan dunia yang lebih adil." Ucap Stain yang membuat Hiko dna Midoriya menatap ngeri ke arah Stain.

Tak lama kemudian Endeavor muncul dan menarik perhatian Stain yang sedari tadi menahan tubuh Midoriya dan Hiko. Tubuh mereka yang sebelumnya ditahan oleh tangan Stain kini dilepas perlahan saat Endeavor mulai bersiap untuk menyerang. Hiko menatap Stain terbelalak ketika Stain mengeluarkan aura yang sangat mencekam sehingga membuat semua orang termasuk pro hero disana menatap ngeri kearahnya.

"Aku harus mengembalikan arti sesungguhnya dari seorang Hero! Ayo! Datang dan tangkap aku, kalian para palsu! Satu-satunya orang yang kuizinkan membunuhku adalah hero sejati, All Might!" Serunya yang membuat semua yang ada di sana bergeming. Tak lama kemudian Stain kehilangan kesadarannya dan menyadarkan semua orang yang ada disana.

Setelah kejadian itu, kini mereka berempat sedang berada di dalam ruangan rumah sakit. Hiko sweatdrop ketika menyadari ternyata beberapa luka mereka belum ia tutup. Hiko sendiri dipasangi infus yang berisi cairan darah. Hiko mengambil ponselnya dan tertera tulisan '21 panggilan tidak terjawab' dan '37 pesan masuk' yang semuanya berasal dari satu orang yang tidak lain adalah Katsuki.

"Aku keluar dulu. Si bom sekarang pasti sedang emosi. Hoam." Ucap Hiko sambil menguap. Ia kemudian berjalan dengan tangan yang menyeret infusnya. Setelah sampai keluar ia langsung menghubungi Katsuki dan langsung di jawab oleh si empunya.

"Moshi-moshi? Katsuki?"

'Kenapa baru kau angkat hah?!'

"Aku sedang magang tadi malam. Jadi tidak bisa mengangkat telpon mu. kau sendiri.. bagaimana disana? Aku yakin cobaan yang kau hadapi benar-benar membuatku terbahak." Ucap Hiko tersenyum kecil karena ia sangat ingat agensi hero yang di tuju oleh Katsuki memiiki ciri khas tersendiri.

'URUSAI!'

"Ya iya... aku berisik."

'Lebih pentinig dari itu, apa kau diserang oleh Villain. Kau harus tetap berhati-hati.'

"Yah begitulah. Tapi tidak apa, aku bisa mengatasinya."

'Hn. Ku matikan, jam istirahat sudah habis.'

"Ganbatte." Ucap Hiko

'Ck.'

Panggilanpun dimatikan. Hiko sedikit terkekeh karena sifat tsundere Katsuki. Tiba-tiba Gran Torino dan Manual serta satu orang dengan kepala anjing muncul dari ujung dan menatap Hiko.

"Oh kau sudah bangun. Bagaiaman dengan yang lain?"

"Ah ha'i, mereka juga sudah bangun."

"Lebih baik kita keruangan terlebih dahulu."

"Ha'i"

Mereka kemudian masuk ke dalam ruangan yang ditempati oelh empat orang siswa UA tersebut. Hiko langsung duduk di kasurnya mengingat kepalanya masih terasa pusing untuk berdiri.

"Nak aku punya banyak keluhan padamu." Ucap Gran Torino yang langsng menghampiri Midoriya.

"Ah ma-maaf-."

"Sebelum itu ada yang ingin menjengukmu. Kepala Polisi Kota Hosu, Tsuragamae Kenji-san."

"Oh, duduk saja tidak apa, guk." Ucap Tsuragamae saat Midoriya hendak berdiri. Midoriya dan Hiko yang mendengarnya pun tidak jadi berdiri.

'guk? Kawaii....' Uca Hiko dalam hati ketika mendengar cara biacara Tsuragamae.

"Kalian pasti murid yang mengalahkan hero killer kan?" tanyanya.

"Ha'i" jawab Todoroki.

"Berdasarkan hero Killer yang kami tangkap, dia mengalami luka bakar dan patah tulang serius, dan membutuhkan penangan khusus yang ketat, guk. Karena kalian murid UA kurasa kalian sudah mengerti, ketika kekuatan super masih menjadi norma, polisi sangat mementingkan kepentingan dan standar dan memastikan quirk tak digunakan sebagai senjata. Lalu hero muncul untuk mengatasi celah tersebt, guk. Pemakaian pribadi sebuah upaya dan kekuatan yang bisa menghentikan tindakan orang lain yang harusnya tidka boleh dilakukan, namun sekarang dibolehkan secara resmi itu semua berkat hero terdahulu yang menaati aturan profesi, guk. Penggunaan kekuatan untuk melukai tanpa instruksi dari pembibing atau pengawas walau lawannya adalah hero killer. Itu tetaplah pelanggaran hukum yang sangat jelas. Kalian berempat, dan pro hero Endeavor, Manual, dan Gran Torino harus menerima hukuman yang sepadan." Jelas Tsuragamae.

"Tunggu sebentar. Jika iida tidak melakukan apa-apa Native-san pasti akan terbunuh. Jika Midoriya tidak datang mereka akan terbunuh. Tak ada yan sadar bahwa Hero Killer akan muncul. Jadi kita harus megikuto aturan dan melihat orang terbunuh begit saja?"

"Cho- chotto!" ucap Midoriya berusaha menahan Toddoroki.

"Tenagkan dirimu dulu Todoroki." Ucap Hiko.

"Maksudmu jika smeua baik-baik saja maka pelanggaran hukum diperbolehkan, begitu?" balas Tsuragamae.

"Menyelamatkan orang adalah tugas pahlawan bukan?" ucap Todoroki tak mau kalah.

"Oleh sebba itu, kalian masih benih. Ya ampun, kalian diajarkan apa saja oleh UA dan juga Endeavor sih?" ucap Tsragame.

"Kono Inu...." geram Todoroki. (maaf gk tau kenapa aku ngakak scene ini :")

"Hentikan, dia memang benar." Ucap Iida hendak menghentikan Todoroki. Hiko yang melihat Todoroki semakin panas hanya bisa menghela nafas.

"Tunggu, dengarkan dia bicara sampai akhir." Ucap Gran Torino yang langsung berdiri di depan tsuragamae.

"Itulah pendapat resmi dari kepolisian. Lalu, hukuman hanya berlaku jika dipublikasikan, guk. Jika ini dipublikasikan mungkin kalian akan mendapat sorakan dari masyarakat, tapi kalian tidak bisa menghiindari hukumannya. Disisi lain, walau agak sedikit curang, jika ini tidak dipublikasikan, luka bakar hero killer akan mendukung Endeavor menjadi pahlawan yang berjasa dan akan berakhir disitu saja, guk. Untungnya saksi yang ada pada saat itu sedikit. Pelanggaran ini bisa dilebur disini. Tapi in juga berarti perbuatan dan pencapaian kalian takkan diketahui oleh siapapun. Mana yang kalian pilih? Sejujurnya, aku tidak ingin disalahkan karena janji pada anak muda yng melakukan kesalahan besar, guk." Ucap Tsuragamae yang kemudian mengacungkan jari jempolnya.

"yah, apapun yang terjadi kami tetap bertanggung jawab atas kelalaian dalam mengawasi." Ucap Manual.

Iida kemudian maju dan meminta maaf yang langsung di kasih petuah oleh yang bersangkutan.

"Sa-saya minta maaf." Ucap Midoriya.

"Mohon kerja samanya." Ucap Todoroki

"Maaf sudah sangat merepotkan kalian." Lanjut Hiko.

"Sebab ketidakadilan orang dewasa, kalian tidak mendapat pujian yang harusnya kalai terima. Tapi setidaknya, sebagai seseorang yang juga melindungi kedamaian, terima kasih." Ucap Tsuragamae yang kemudian langsung melakukan Ojigi dihadapan mereka berempat.

"Bilang dari awal dong." Ucap Todoroki pelan.

Setelah mereka bertiga keluar Hiko langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur dan Midoriya mengabari teman-temannya yang lain. Sedangka Iida dan Todoroki duduk tanpa mengeluarkan suara. Merasa risih dengan keheningan tersebut Hiko hanya menghela nafas.

"Kenapa suasana jadi hening?" tanya Hiko.

"Ah ie.."

"Suzakuhi, apa kau tadi malam tidur nyenyak?" tanya Todoroki membuka percakapan.

"Hm? Tidak juga. Karena aku harus mengarsipkan dokumen." Ucap Hiko menghela nafas lelah.

"Apa kau melakukannya setiap hari, Suzakuhi-san?"

"Yah begitulah. Karena banyak sekali informasi yang harus ku jaga sehingga aku harus mengaturnya setiap hari agar tidak dibobol oleh orang lain." Ucap Hiko sambil memjamkan matanya.

Tak lama kemudian dokter datang dan memeriksa keadaan Iida yang hasilnya membuat ruangan kembali menjadi suram. Selang beberapa menit dokter selesai melakukan pemeriksaan, Midoriya masuk ke dalam ruangan.

"Midoriya. Iida baru saja diperiksa." Panggil Todoroki.

"Tangan kiriku mungkin akan mengalami cedera jangka panjang." Ucap Iida.

"Cedera... jangka panjang?"

"Maaf Iida." Ucap Hiko merasa ebrsalah karena tidak bisa menyembuhkan Iida.

"Tidak apa, Suzakuhi-san."

"Kedua tanganku memang berantakan, tapi sepertinya cedera tangan kiriku sangat parah. Aku mendapat cedera pada saraf pleksus brakialis. Dengan demikian aku akan kesulitan menggerakkan tangan dan jari dan mengalami mati rasa. Sebenarnya ada kemungkinan bisa sembuh dengan operasi transplatasi saraf. Ketika aku bertemu dengan Hero killer, ku kehilangan akalku. Seharusmya aku memberitahu Manual-san terlebih dahulu. Tapi, aku lupa karena terlarut dalam amarah. Aku membenci ornag itu, tapi dia mengatakan kenyataan. Oleh sebab itu, sampai aku dapat menjadi hero sesungguhnya, kurasa aku akan membiarkan tangan kiriku seperti ini." Ucap Iida.

"Iida..."

"Iida-kun, aku juga merasakan hal yang sama. Mari menjadi lebih kuat bersama-sama." Ucap Midoriya yang di balas anggukan oleh Iida.

"Hm? Doushita no Todoroki?" tanya Hiko ketika melihat Todoroki yang tiba-tiab menjadi suram.

"Aku... jadi merasa agak bersalah.."

"Apanya?" tanya Midoriya.

"Jika aku terlibat sesuatu... kurasa orang lain akan mencederakan tangannya..." ucap Todoroki dengan keringat dingin yang mengucur.

"Eh?" gumam mereka bertiga yang mendengar ucapan Todoroki.

"Apa ini kutukan?" lanjut Todoroki.

Seketika ruangan tersebut diisi dengan tawa mereka.

"Tak apa Todoroki, tanganku aman kok karena aku bisa menyembuhkan diriku sendiri." Ucap Hiko di sela tawanya.

"Todoroki-kun, aku tidak tahu kau bisa bercanda." Lanjut Midoriya yang kemudian kembali tertawa.

"Aku tidak bercanda! Aku seperti penghancur tangan atau semacamnya!" ucap Todoroki yang berhasil membuat mereka bertiga mendengarnay semakin nyaring tertawa.

"Penghancur tangan!" seru mereka bertiga yang kemudian kembali tertawa kencang.

Beberapa hari kemudian Hiko dan Todoroki sudah diperbolehkan keluar dan meninggalkan Midoriya seorang diri. Sedangkan Iida sudah dijemput oleh keluarganya sejak dokter menjelaskan perihal keadaan tangannya.

"Kami duluan ya Izuku-kun." Ucap Hiko yang sudah di ambang pintu diikuti oleh Todoroki.

Hiko dan Todoroki kemudian keluar dari ruangan dan menuju tempat Endeavor berada untuk melanjutkan kegiatan magang mereka hingga tak terasa kegiatan mereka sudah berakhir begitu saja.

tbc~~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro