1
4 tahun kemudian
Tidak terasa kini Hiko sudah berumur empat tahun. Ia baru saja selesai melakukan pemeriksaan dengan dokter kenalan orang tuanya disebuah rumah sakit yang letaknya tidak terlalu jauh dari kediamannya dan sedang dalam perjalan menuju rumah dengan berjalan kaki melewati lingkungan perumahan.
"Tidak ibu sangka, ternyata kau mewariskan quirk penguatan ku dan suzaku milik ayahmu." Ucap Miyura yang merupakan ibu kandung Hiko.
"Aku juga tidak mengiranya. Anak ayah sangat hebat." Ucap Hiiro sambil menepuk kepala Hiko.
"Ehehehe, arigatou okaa-sama, otou-sama." Ucap Hiko sambil tersenyum manis yang sukses membuat Miyura dan Hiiro merasa gemas.
Saat mereka melewati taman, tidak sengaja Hiko mendapati seorang anak seusianya terbaring dengan penuh debu dan beberapa luka yang terdapat dalam tubuhnya. Hiko kemudian melepas pegangan tangannya dengan Miyura dan Hiiro kemudian berlari menghampiri anak kecil tersebut.
"Eh? Hi-chan?" ucap Hiiro yang heran melihat anaknya berlari menuju taman. Tak sengaja matanya melihat pemandangan serupa seperti yang dilihat oleh Hiko.
"Ne, daijoubu? Kenapa kau terluka?" tanya Hiko yang berusaha menyadarkan laki-laki dengan rambut seperti brokoli.
"Sepertinya dia habis menjadi korban bully. Hei nak, apa kau tidak apa?" tanya Miyura.
Anak tersebut kemudian berusaha melihat siapa saja yang mengajaknya berbicara. Kemudian terkejut ketika ia mengenali siapa yang mengajaknya berbicara.
"Hero api... Ougon, dan... Hero kekuatan, Maxila..."
"Ah kau mengenal kami ya ternyata... senang ada yang bisa mengenali kami." Ucap Hiiro yang kemudian menyembuhkan luka anak tersebut.
Setelah Hiiro menyembuhkan luka anak tersebut, Hiiro menanyakan namanya. "Nama mu siapa?" tanya Hiiro.
"Mi-midoriya Izuku..."
"Ho... Midoriya ya... mungkin kau sudah tau namaku dan istriku, tapi aku akan memperkenalkan diriku lagi. namaku Suzakuhi Hiiro. Dia adalah istriku, Suzakuhi Miyura. Dan ini adalah anak ku, Suzakuhi Hiko." Ucap Hiiro.
"Yo-yoroshiku, Midoriya-san!" ucap Hiko spontan.
"E-eh? Wa-watashi mo yoroshiku Suzakuhi-san!" ucap Midoriya yang terkejut dengan kespontanitasan Hiko.
Keluarga dengan marga Suzakuhi itu kemudian saling menatap sama sekali kemudian tertawa.
"Panggil saja aku Hiko, Midoriya-san." Ucap Hiko.
"Ka-kalau begitu panggil saja aku Izuku, Hi- Hiko." Ucap Midoriya.
"Hm... sepertinya kalian akan menajdi teman akrab. Aku mengizinkannya!" ucap Miyura.
"Eh? Mengizinkan?" bingung Midoriya.
"Anak kami ini sangat berharga. Jadi kami harus selektif dalam mengizinkannya berteman. Ya kan, Miyura?" ucap Hiiro.
"Tentu saja, Hiiro-san."
"Ah mereka mulai lagi..." ucap Hiko sweatdrop.
"Eh?" bingung Midoriya.
"Mereka itu sangat protektif padaku. Sangat berbeda bukan dengan yang sering kau lihat di televisi. Jika mereka tidak berada di layar kaca, mereka seperti orang tua dengan sifat seperti kekanakan. Walaupun begitu aku sangat menyayangi mereka." Ucap Hiko tersenyum kecil.
"Soukka... Kau mendapat keluarga yang sangat baik ya, Hiko." Ucap Midoriya.
"Um." Balas Hiko mengangguk dengan cengirannya.
"Oh iya, bagaimana kalau kami mengantar mu pulang, nak?" tanya Miyura.
"Ah tidak apa, saya bisa pulang sendri. Tempat tinggal saya tidak jauh dari sini kok." Ucap Midoriya menolak halus.
"Soukka. Ja kalau begitu kapan-kapan bermainlah ke rumah kami. Rumah kami berada di tengah hutan yang letaknya tidak jauh dari sini. Senang bertemu denganmu, Nak Midoriya." Ucap Hiiro.
"Ha'i."
Dengan begitu merekapun berpisah.
Satu tahun kemudian
Siang sudah berganti malam. Hiko menatap pemandangan yang sama seperti saat ia memilih untuk mengakhiri hidupnya. Pikirannya terus bekerja dan membuatnya merasa bimbang. Hiko ingin sekali menceritakan kehidupan sebelumnya pada orang tuanya sekarang. Jujur saja, ia merasa menipu Hiiro dan Mayura saat ia bertingkah seperti anak kecil. Bagi Syana yang kini sudah berganti nama menjadi Hiko, menipu adalah perbuatan yang tidak boleh ia lakukan.
"Hah.... bimbang... Apa aku harus menceritakannya...." gumam Hiko.
"Bulan membuatku merasa noslagia..." lanjutnya.
Hiko kemudian mengambil nafas dalam dan menghembuskannya.
"Yosh... sudah kuputuskan! Aku harus menceritakannya."
Hiko kemudian berlari dengan kaki kecilnya menuju ruang kerja orang tuanya. Ia sangat hapal kebiasaan orang tuanya untuk bekerja hingga larut malam di ruangan tersebut. Saat sudah sampai di sana, Hiko mendapati kedua orang tuanya sedang beristirahat sambil meminum teh hangat yang baru saja dibuat oleh Miyura.
"Otou-sama, Okaa-sama." Panggil Hiko.
"Hm? Hi-chan? Kenapa? Apa kau tidak bisa tidur?" tanya Miyura yang kemudian membawa Hiko dalam gendongannya.
"Ano... apa Hiko mengganggu?" tanya Hiko.
"Apa yang kamu bicarakan? Hi-chan tidak mengganggu kok." Ucap Hiiro sambil menepuk lembut kepala Hiko.
"Yokatta... ano ne... ada yang ingin ku ceritakan pada otou-sama dan okaa-sama. Karena aku merasa berbohong jika aku terus menyembunyikannya." Ucap Hiko yang terus memilin yukatanya karena gugup.
Hiiro dan Miyura melihat sifat Hiko yang tidak biasa saling menatap heran kemudian menatap Hiko.
"Hm... kalau begitu kami akan mendengarnya." Ucap Hiiro yang diikuti anggukan oleh Miyura.
Hiko menatap gugup Hiiro dan Miyura. Ia kemudian menarik nafas menghilangkan rasa gugupnya.
"Hiko.... sebenarnya Hiko... Mengingat kehidupan Hiko sebelumnya." Ucap Hiko yang sukses membuat Hiiro dan Miyura terkejut. Mereka sangat mengetahui kalau Hiko bukan tipe anak yang berbohong. Oleh karena itu mereka percaya dengan semua yang diceritakan oleh Hiko.
Selesai Hiko menceritakan masa lalunya, Miyura dan Hiiro membawanya dalam peluakan mereka. Miyura terus menahan isak tangisnya walau masih terdengar. Sedangkan Hiiro terus mengusap pelan kepala Hiko.
"Kamu sudah bertahan dengan baik, Hiko." Ucap Hiiro.
Dengan kalimat itu, Hiko yang sedari tadu berusaha menahan tangisannya kini tidak bisa emmbendungnya lagi. air mata turun begitu saja dari kantng matanya.
"Maaf karena Hiko sudah menyerah pada kehidupan sebelumnya." Ucap Hiko sambil terisak.
"Tidak apa, tidak apa... kau bertahan selama itupun sudah cukup. Semua kajadian yang kau alami pasti memberikan hikmahnya. Contohnya, kami sangat bersyukur kau telah lahir dari rahim ku dan menjadi anak kami. Bagi kami itu merupakan kebahagian yang sangat luar biasa." Ucap Miyura sambil mengusap lembut rmabut Hiko.
"Bagaimana kalau malam ini kita tidur bertiga? Sudah lama kita tidak tidur bersama seperti dulu." Usul Hiiro.
"Bagaimana Hiko? Apa kau mau?" tanya Miyura.
"Um! Mau!" ucap Hiko dengan senyuman lebarnya.
Mereka kemudian pergi ke kamar yang terletaka di balik ruang kerja milik Hiiro dan Miyura. Setelah menata futon, mereka kemudian berbaring dan saling berbagi cerita khususnya tentang masa lalu Hiko. Selang beberapa lama kemudian Hiko tertidur dengan senyuman yang terpatri pada bibirnya.
"Hiiro-san...."
"Aku tau. Kita harus menjaga Hiko. Sudah cukup lama ia menderita di keluarganya yang sebelumnya. Aku tidak mau anak ini merasa tersiksa kembali." Ucap Hiiro sambil mengusap kepala Hiko.
"Aku setuju."
Tujuh tahun kemudian
"Latihan hari ini cukup. Nanti malam datang lah ke ruang makan. Sudah lama kita tidak makan bersama." Ucap Hiiro pada Hiko yang sudah berusaha bernafas normal karena ia baru saja selesai berlatih bersama Hiro.
"Ah, ha'i otou-sama."
Selama tujuh tahun ini, Hiko berlatih menggunakan quirknya dan cara menggunakan pedang karena ia ingin menjadi hero. Hiiro dna Miyura yang mendengar itu tentu saja merasa senang dan dengan semangat mereka melatih Hiko. Sekolahnya? Hiko mengikuti home schooling karena ia sendiri yang memintanya memngingat ia harus membagi waktunya untuk berlatih.
Selesai membersihkan diriya, Hiko berlari menuju ruang makan dan sudah mendapati Hiiro dan Miyura yang sudah siap dengan makanan mereka. Mereka kemudian memakan hidangan yang sudah disiapkan oleh Miyura.
"Jadi, bagaimana dengan latihan mu?" tanya Miyura.
"Lancar." Ucap Hiko dengan cengirannya.
"Syukurlah. Oh iya, kemarin kan Hi-chan baru saja ulang tahun. Aku dan Hiiro ada hadiah untukmu." Ucap Miyura sambil tersenyum lebar.
"Hadiah?"
"Iya hadiah. Bukalah." Ucap Hiiro sambil memberikan kotak merah pada Hiko.
Hiko kemudian membuka kotak tersebut dan mendapati kalung dengan permata dengan warna emas seperti manik mata Hiko.
"I-ini..."
"Bagaimana?"
"Hi-chan suka?"
"Aku sangat menyukainya! Terima kasih banyak, Otou-sama, okaa-sama." Ucap Hiko sambil tersenyum senang.
"Syukurlah." Ucap Miyura merasa lega.
Hiiro yang melihat pemandangan itu tersenyum. Kemudian senyum itu menghilang karena ia harus menyampaikan apa yang harus ia sampaikan.
"Sebenarnya ada yang ingin kami bicarakan padamu, Hi-chan." Ucap Hiiro dengan nada yang ragu.
Miyura yang peka terhadap Hiiro langsung menoleh cepat pada Hiiro.
"Cho- Hiiro-san! Jangan bilang kau akan mengatakannya sekarang?"
"Ini sudah waktunya, Miyura."
Hiko menatap kedua orangtuanya kemudian mengerjap dna menghela nafasa pelan.
"Aku akan mendengarkannya." Ucap Hiko.
Miyura yang melihat Hiko kini menatap tenag mereka berdua membisu dan pasrha dengan apa yang terjadi selanjutnya.
"Aku mengerti. Kalau begitu dengarkan apa yang aku ucapkan tanpa menyelanya ya.."
"Ha'i."
"Aku yakin Hi-chan sudah mengetahui sejarah keluarga Suzakuhi. Sejak jam dulu kita meruakan keluarga samurai yang masih mempertahankan seni berpedang kita. Otomatis kita pasti memiliki satu orang tuan yang harus kita lindungi. Keluarga Suzakuhi selalu mempertahan kan tradisi ini. Namun sejak pertama kali quirk muncul, tradisi ini di hapus oleh orang yang saat itu menjadi kepala keluarga. Karena pada saat itu, orang yang kita layani menjadi seorang villain karena pengaruh seseorang. Ini tentu saja bertentangan dengan keyakinan kita. Setelah bertahun-tahun kita menjadi keluarga yang mandiri dan tidak mengabdi pada siapapun, kepala keluarga sebelumnya, dengan kata lain kakek mu, memberlakukan aturan ini kembali. Ia membuat perjanjian kalau dia dan penerusnya akan kembali pelindung untuk satu orang tertentu. Orang tersebut adalah orang yang mewarisi quirk One for All. Kakekmu, dia menjadi pelindung untuk One for All sebelumnya yang dimiliki oleh Shimura Nana. Mereka mati ketika melawan satu orang yang sangat berbahaya. Kami menyebutnya All for One. Dia adalah orang yang mempengaruhi tuan kita saat awal mula quirk muncul. Singkatnya, ia merupakan simbol kejahatan sesungguhnya." Hiiro menarik nafas.
"Ini tentunya merupakan tugas yang berat bagi klan Suzakuhi. Karena perang yang dulu sangat berbeda dengan perang yang sekarang. Maka dari itu aku memutusan. Suzakuhi Hiko, kau tentu akan menjadi kepala keluarga Suzakuhi selanjutnya. Oleh karena itu, aku sebagai kepala keluarga sekarang, ingin memberikan pilihan padamu. Apa kau mau mengemban tugas ini atau tidak? Aku memberikan kebebasan untukmu memilih karena bagi kami, kau merupakan putri kami yang sangat berharga." Lanjut Hiiro.
"Aku ingin melakukannya. Aku, Suzakuhi Hiko, akan menjalani tugas tersebut." ucap Hiko dengan senyuman lembut terpatri di bibirnya.
"Apa kau yakin? Aku mohon pikirkan lah terlebih dahulu, ne Hi-chan?" ucap Miyura.
"Aku yakin."
Hiiro dan Miyura yang melihat mata Hiko dipenuhi oleh tekad kemudian menghela nafas.
"Baiklah. Dengan ini sudah diputuskan Suzakuhi Hiko akan meneruskan tugas turun-temurun keluarga Suzakuhi. Mau tidak mau aku menuruti permintaan mu mengingat selama kau hidup di sini dan menjadi anakku kau hanya meminta dua hal saja." Ucap Hiiro yang pasrah.
"Yah mau bagaimana lagi. Yosh! Sudah saatnya kita tidur. Ini biar aku saja yang membersihkannya." Ucap Miyura.
"Ah aku akan membantu." Ucap Hiko.
"Tidak! Hi-chan harus segera istirahat. Kau kan tadi baru saja selesai latihan. Cepat sikat gigi dan tidurlah." Ucap Miyura dengan cengiran lebarnya.
Hiko yang melihat itu hanya tersenyum pasrah.
"Wakatta. Oyasuminasai Otou-sama, Okaa-sama." Ucap Hiko yang kemudian berlalu.
Setelah Hiko berlalu, Miyura menatap suaminya dengan tajam.
"Hiiro-san, kenapa kau menceritakan itu sekarang. Bukannya cerita itu harus di ceritakan ketika umur tujuh belas tahun?"
Hiiro terdiam. Ia ragu membeberkan hasil penyelidikannya kali ini. Tangannya mengepal kencang dan ia menggigit bibirnya kencang. Merasa percuma ia simpan rapat, Hiiro kemudian angkat bicara.
"Tiga hari lagi.... All for One akan menyerang keluarga kita."
Ucapan itu sukses membuat Miyura terkejut. Tangannya gemetar dan menutup mulutnya.Hiiro membawa Miyura dalam pelukannya dan mengusap lembut surai hitam Miyura yang kini sedang menahan isakannya agar tidak terdengar oleh Hiko.
"Mungkin ini dikarenakan All Might yang sedang berada diluar kota sehingga membuatnya merasa ini adalah kesempatan besar untuk menghancurkan keluarga Suzakuhi. Aku sangat mengetahui kalau aku tidak akan bisa mengalahkan orang dengan jumlah quirk yang tidak terkira dan aku bahkan tidak tahu quirk apa saja yang ia miliki. Oleh karena itu aku akan membakar diriku dan melenyapkan jiwaku. Saat aku berusaha menahannya, tolong bawa Hiko keluar ya? Ini adalah permintaan terakhir ku untukmu."
"Baiklah... Aku akan membawa Hiko keluar. Tapi aku juga ada satu permintaan terakhir untukmu. Biarkan aku kembali padamu. Bukankah kita sudah bersumpah untuk saling bersama apapun keadaannya?" ucap Miyura memberikan senyum lembutnya yang jarang ia keluarkan.
"Baiklah aku akann menurutinya. Percuma saja aku menolak permintaan mu. aku tau kepalamu sekeras batu. Oh iya, Hiko akan kau bawa kemana rencananya?"
"Hm... benar juga... ah, sepertinya aku tahu siapa yang cocok merawat Hiko. Kau tahu sendiri kan, Hiko selalu membelakangi egonya? Lagipula ia memiliki anak seumuran dengan Hiko. Yah walaupun anaknya memiliki sifat yang lebih parah darinya." Ucap Miyura sambil terkekeh pelan.
"Hm? Memangnya siapa?"
"Mitsuki. Aku yakin kau masih ingat dengannya." Ucap Miyura.
"Ah teman dekat mu saat masih SMA. Kau masih kontakan dengan dia?"
"Tentu saja. Dia merupakan sahabatku yang luar biasa."
"Baiklah aku setuju."
Mereka kemudian melepas pelukannya dan melanjutkan kegiatan mereka yang sebelumnya tertunda. Saat sudah selesai mereka kemudian kembali ke kamar dan menggelar futon mereka. Hiiro kemudian membawa Miyura ke dalam pelukannya.
"Nee Hiiro-san, entah kenapa malam ini aku tidak ingi tidur..."
"Ku kira aku saja. Mau berbagi cerita? Sudah lama kita tidak menceritakan hal-hal yang menarik."
"Sepertinya itu bagus. Dari aku dulu ya."
Malam itu kemudian diisi dengan cerita dan tawa oleh Hiiro dan Miyura.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro