32 >> Keluarga
Budayakan membaca notes, vote, dan comment ya😊
Sorry for any typo(s)
Selamat membaca🤗
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
-----------------------------------------
"Memang benar harta yang paling indah adalah keluarga. Tak kan ada yang bisa menggantikan itu. Lantas jangan pernah menyia-nyiakan mereka karena mereka adalah harta yang paling berharga."
------------------------------------------
Setelah mendapat kabar jika ayah Adrian, Salwa, Gabriella, dan Jamal segera menjenguknya. Saat ini mereka sudah berada di rumah sakit dimana ayah Adrian dirawat, setelah dari resepsionis mereka segera melangkahkan kakinya mencari ruangan dimana ayah Adrian dirawat.
"Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumussalam,"
Nizam tersenyum kecil, ia pun menyambut kedatangan Salwa, Gabriella, dan Jamal.
"Ayo masuk," ajak Nizam.
Adrian dan sang mama turut menyambut ketiganya.
"Assalamu'alaikum Tante," sapa Salwa sembari mencium punggung tangan ibu Adrian.
"Wa'alaikumussalam, kamu gimana kabarnya Nak. Tante pangling liat kamu,"
Salwa tersenyum maklum, "Alhamdulillah baik Tan,"
Kemudian diikuti dengan Jamal juga turut mencium tangan ibu Adrian.
"Ini temennya Adrian atau Nizam?"
"Adrian Tante, lebih tepatnya teman baiknya," jawab Jamal.
Adrian memutar bola matanya malas.
"Siapa namanya?" tanya ibu Adrian.
"Jamaludin Tan, bukan Jalaludin suaminya Jodha loh ya,"
Ibu Adrian pun tertawa mendengar candaan Jamal.
"Kamu lucu ya,"
"Iya Tante, makanya Neng Salwa suka sama saya," ujar Jamal seraya menatap Adrian yang kini wajahnya sudah merah padam.
"Loh Jamal sama kamu Sal?" tanya ibu Adrian.
Salwa menggeleng, "Nggak kok Tante,"
"Suka halu dia tuh Ma," sahut Adrian. Seluruh yang berada di ruangan itu pun tertawa.
"Udah... udah... oh ya yang ini siapa namanya?" tunjuk ibu Adrian pada Gabriella.
"Nama saya Gabriella Tante,"
Ibu Adrian terdiam, raut wajahnya pun langsung berubah. Hal itu membuat Gabriella merasa tidak enak apakah ada yang salah dengan ucapannya?
Ibu Adrian berjalan mendekat ke arah Gabriella " Nama kamu Gabriella?" tanyanya lirih.
Gabriella mengangguk pelan.
Ibu Adrian menangkup kedua pipi Gabriella. Hal itu membuat gadis itu bingung, seluruh yang ada di ruangan itu juga merasa bingung dengan yang dilakukan ibu Adrian dan Nizam itu.
"Apa ibu kamu bernama Martha?"
Pertanyaan ibu Adrian sontak membuat Gabriella bertanya-tanya, bagaimana bisa ia mengenal mamanya.
"Bagaimana Tante bisa tau nama Mama saya?"
"Ya Allah,"
Ibu Adrian langsung memeluk Gabriella dengan erat, "Alhamdulillah Ya Allah. Akhirnya Tante bisa ketemu sama kamu Sayang," ujar ibu Adrian dengan terisak.
Gabriella hanya diam, ia tak tahu harus melakukan apa. Menurutnya ini semua sangat tiba-tiba. Ibu Adrian pun melepaskan pelukannya dan memegang bahu Gabriella.
"Adrian, kamu ingat waktu Mama ngajak kamu untuk bertemu dengan bayi kecil dulu?"
Adrian mencoba mengingat apa yang ibunya tanyakan. Ketika ia mencoba mengingat terbesit ingatan dalam pikirannya.
Adrian dan ibunya kini berada di sakah satu rumah sakit di Surabaya.
"Kita mau kemana Ma?"
"Mau nemuin adik bayi,"
Adrian mengernyit, "Adik bayi siapa Ma?"
"Nanti kamu juga tau sendiri,"
Keduanya pun berhenti di salah satu ruang inap.
'Ceklek'
"Eh Mbak Saidah udah dateng,"
"Gimana kabar kamu Martha?" tanya Saidah.
"Baik Mbak, eh ini anaknya ya Mbak. Siapa namanya?" tanya Martha pada Adrian.
Bukannya menjawab Adrian malah bersembunyi dibalik kaki Saidah.
"Namanya Adrian Tante," jawab Saidah.
"Oh ya dimana putrimu?"
Martha pun melangkahkan kakinya menuju box bayi yang tak jauh darinya. Kemudian ia menggendong Gabriella dengan hati-hati.
"MasyaAllah cantik sekali Gabriella. Bolehkah aku menggendongnya?" ujar Saidah.
Martha mengangguk, kemudian memberikan Gabriella secara perlahan pada Saidah.
"Kakak Adrian mau liat adek bayi nggak?"
"Ya Ma," jawab Adrian dengan lugu.
Kemudian Saidah mendudukkan diri untuk mempermudah Adrian melihat Gabriella.
"Gimana adeknya lucu kan?" tanya Saidah dibalas anggukan kecil oleh Adrian.
"Namanya siapa Ma?"
"Namanya Gabriella,"
Adrian mengernyit, bibirnya mengerucut lucu. Ia mencoba meyebut nama Gabriella, namun masih kesulitan.
"Abila,"
"Bukan Abila, tapi Gabriella," ujar Saidah.
"Abila," jawab Adrian. Martha dan Saidah hanya terkekeh kecil saat mendengar Adrian yang tak bisa mengucapkan nama Gabriella.
"Ya udah terserah Kakak aja deh," kata Saidah.
"Ma, Adian boleh cium pipi Dedek Abila?"
"Boleh dong Sayang," jawab Martha.
Kemudian Adrian mendekatkan bibirnya ke arah pipi Gabriella. Bayi kecil itu menggeliat pelan karena merasa tidurnya terusik.
"Adek Abila nanti kalo besar main sama Kakak Adian ya,"
Martha dan Saidah tersenyum kecil melihat Adrian yang menciumi pipi Gabriella dengan gemas.
Adrian menatap ibu dan Gabriella bergantian, "Aku sama sekali tak menyangka jika Gabriella adalah Abila yang dulu," ungkapnya.
"Kamu adalah keponakan Tante Sayang," ujar Saidah pada Gabriella.
Mata Gabriella membeliak, ia masih tak percaya dengan ungkapan Saidah.
"Bagaimana bisa saya ini keponakan anda?" tanya Gabriella.
Saidah menghela napas pelan, "Sebelum Martha menikah dengan Sandy, ia menikah dengan Surya yang mana itu adalah ayahmu. Surya adalah adik Tante,"
Gabriella tak menyangka dengan apa yang ia dengar. Semua fakta yang terpendam kini mulai bermunculan ke permukaan. Bukan hanya Gabriella yang tak percaya. Namun, seluruh orang yang ada disitu juga ikut terkejut.
"Selama ini Tante selalu mencarimu, Tante benar-benar kehilangan kontak dengan Mamamu setelah ia menikah dengan Sandy,"
"Tante begitu terkejut ketika mendapat kabar Mamamu meninggal. Hal pertama yang Tante pikirkan adalah kamu Gabriella-"
"Awalnya Tante ingin mengajakmu untuk tinggal bersama Tante. Namun, Sandy seakan menutup semua akses Tante untuk menemuimu. Dan yang membuat Tante terkejut lagi, ketika tahu bahwa kamu sudah pindah dari Surabaya. Dan itu membuat Tante semakin tidak bisa menemukanmu,"
Gabriella mendengar setiap perkataan ibu Adrian, ia tak ingin melewatkan setiap kata darinya.
"Dan sekarang Tante begitu bersyukur Tante bisa bertemu denganmu,"
Saidah memeluk Gabriella erat. Gabriella merasakan kehangatan menjalar dalam tubuhnya. Pelukan Saidah mengingatkan pelukan sang mama.
"Aku tidak tahu jika aku masih memiliki keluarga," ujar Gabriella.
"Kamu tidak sendiri kamu masih memiliki kami Nak, kami semua keluargamu,"
Gabriella begitu bersyukur dapat bertemu dengan orang-orang yang mengajarkannya tentang banyak akan makna kehidupan dan ia tidak lagi sendirian sekarang. Ia telah menemukan keluarganya. Keluarga yang seutuhnya.
"Terima kasih Tuhan," gumam Gabriella pelan.
Bersambung...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Gimana... gimana maafkan dakuh jika tidak memuaskan😢 Aku juga gak bisa janji ada sequel apa nggak untuk cerita ini kalo misalkan banyak yg pengen ada sequelnya insyaallah aku usahain tapi gak janji juga😅
Dan terima kasih banyak untuk para pembaca karena dengan setia menantikan cerita ini dari awal hingga akhir. Maaf kalo selama ini aku ada salah yaaa
Dan juga aku bakalan kangen sama yang kalian huhu😢. Semoga aja nanti ada projek lagi yang mana aku bisa ikutan nulis lagi disini. Terima kasih juga untuk swp karena telah memberikan aku banyak pelajaran dan pengalaman.
Untuk terakhir tetep pantengin cerita ini ya karena akan ada epilog sebagai penutup cerita ini. Jangan lupa votmen dan krisannya yaa😊
With Love
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro