30 >> Pernyataan
Budayakan membaca notes, vote, dan comment ya😊
Sorry for any typo(s)
Selamat membaca🤗
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kurang lebih satu jam perjalanan. Akhirnya Nizam dan yang lain sampai di tempat yang dituju. Papan nama panti asuhan 'Kasih Bunda' sudah terpampang di depan mata. Nizam menatap papan nama itu sejenak, kemudian bibirnya tertarik ke atas.
"Selamat datang di Panti Asuhan Kasih Bunda," ujar Nizam.
"Anak-anaknya dimana Bang?" tanya Jamal.
"Mungkin mereka di dalem, kita langsung ke dalam aja,"
Kemudian mereka berlima pun berjalan memasuki rumah tersebut.
"Assalamu'alaikum,"
Seorang wanita paruh baya menyunggingkan senyuman dan berjalan menghampiri mereka.
"Wa'alaikumussalam," jawabnya.
Nizam pun mencium punggung tangan wanita itu.
"Kamu kemana aja kok baru dateng sekarang?" tanya wanita itu.
"Maaf Bunda, lagi banyak kerjaan jadi baru bisa dateng sekarang,"
Wanita yang dipanggil Bunda oleh Nizam itu hanya tersenyum maklum, lalu ia melirik ke arah belakang Nizam.
"Mereka temen-temen kamu, Nak?"
Nizam melirik ke belakangnya sebentar lalu mengangguk, "Ini Adrian, dia adik aku Bun,"
Adrian melirik sekilas ke arah Nizam dan Nizam hanya tersenyum.
"Yang ini Jamal, ini Salwa, dan ini Gabriella. Dan perkenalkan juga beliau ini Bu Sarah, kalian bisa manggil beliau Bunda," ujar Nizam.
Adrian, Jamal, Salwa, dan Gabriella pun mencium punggung tangan Bu Sarah bergantian.
"Bunda seneng banget kamu ngajak temen-temen kamu, Nak," ujar Bu Sarah pada Nizam.
"Kita juga seneng banget Bun bisa kesini," kata Jamal.
Bu Sarah pun hanya tersenyum.
"Oh ya Bunda, anak-anak dimana?" tanya Nizam.
"Mereka lagi kerja bakti di belakang, kita langsung kesana aja yuk," ajak Bu Sarah.
Mereka berlima pun mengikuti langkah Bu Sarah. Ketika sampai di halaman belakang suara pekikan dan tawa anak-anak menggelegar.
"Anak-anak sini ada yang datang nih," ujar Bu Sarah.
Beberapa anak kiranya berjumlah sepuluh orang itu langsung menoleh.
"Kak Nizaaam...."
Suara-suara cempreng menghampiri telinga kelima orang itu. Kemudian anak-anak itu berlari mendekati mereka.
"Mereka lucu banget," gumam Salwa.
"Ya kayak anak-anak kita nanti ya Neng," jawab Jamal. Adrian yang disampingnya pun langsung memukul bahu lelaki itu.
"Aduh kan sakit, kalo cemburu ente ngomong aja. Gak usah mukul-mukul gitu,"
Adrian hanya memutar bola matanya malas, sedangkan Salwa hanya menggeleng pelan.
Gabriella yang melihat mereka hanya tersenyum kecil. Kemudian tatapannya beralih pada seorang anak perempuan yang tidak ikut teman-temannya, anak itu hanya diam.
Lalu Gabriella pun menghampiri anak perempuan itu.
"Halo," sapa Gabriella ramah.
Anak itu tetap saja diam. Namun, Gabriella tetap berusaha mendekatinya.
"Halo kamu namanya siapa?"
"Halo nama Kakak, Bella. Nama kamu siapa?" lanjut Gabriella.
Anak perempuan itu hanya diam tak bergeming. Lalu ia berlari meninggalkan Gabriella. Alis Gabriella tertaut, ia tidak melakukan apa-apa, tapi kenapa anak itu malah pergi.
"Dia memang begitu,"
Gabriella menoleh ketika ada suara menginterupsi rupanya itu adalah Nizam.
"Namanya Nadia. Dia emang gak terlalu terbuka dengan orang baru bahkan sama aku aja dia masih belum bisa terbuka,"
Gabriella mengangguk paham, sebenarnya ia juga menyadari jika anak yang bernama Nadia itu memiliki pribadi yang tertutup.
"Tapi kasian dia Mas, kalo dia gak bergaul dia bakalan kesepian terus," ujar Gabriella.
Nizam tersenyum kecil, "Aku juga selalu bujuk dia kalo kesini, tapi entah kenapa dia memang seperti itu,"
"Kamu suka anak kecil?" tanya Nizam.
Gabriella mengangguk, "Waktu aku kecil aku pingin banget punya adik bahkan sampe aku nangis berhari-hari gara-gara Mama gak ngabulin permintaanku,"
Nizam pun langsung meledakkan tawanya.
"Kok ketawa sih?"
"Abisnya permintaanmu aneh-aneh ya masa bisa Mama kamu ngabulin permintaanmu,"
"Ya kan itu aku masih kecil. Namanya juga belum ngerti," ujar Gabriella tidak terima.
Nizam pun kembali terkekeh melihat Gabriella yang sedang cemberut.
"Kamu lucu deh," ujarnya.
Gadis itu pun langsung menoleh ke arah Nizam yang juga sedang menatapnya sambil terkekeh kecil.
Deg.
Hati Gabriella berdesir saat melihat Nizam yang tengah tertawa seperti itu.
"Kamu kenapa?" tanya Nizam.
Alis Gabriella mengerut, "Aku kenapa?"
"Itu pipimu merah. Kamu kepanasan ya?"
Gabriella melebarkan matanya dan langsung memegang kedua pipinya.
"Eh eng-enggak kok," jawab Gabriella gagap.
"Kirain, tapi kamu nggak papa kan?"
Gabriella mengangguk kecil, "I-iya aku nggak papa,"
Gabriella pun langsung menundukkan kepalanya, "Ya Tuhan, aku malu," batinnya.
***
Adrian, Salwa, dan Jamal tengah asyik bermain dengan anak-anak yang ada di panti asuhan kasih bunda. Semua anak-anak disana begitu aktif dan atraktif. Hingga membuat mereka kewalahan.
Seperti Jamal saat ini yang tengah bermain kuda-kudaan dengan Iqbal salah satu anak disitu.
"Ayo dong Om Jamal yang cepet kuda-kudaannya,"
Dahi Jamal sudah dibanjiri oleh keringat karena sedari tadi diajak bermain oleh anak-anak panti.
"Udah ya, Om Jamal capek nih," ujar Jamal ngos-ngosan.
"Ya kok gitu sih Om, lagi asik nih,"
Adrian pun tertawa melihat wajah kelelahan dan kewalahannya Jamal.
Jamal melirik tajam ke arah Adrian, "Enak ya ente cuma ketawa ketiwi doang," protesnya.
"Udah cocok tuh jadi bapak," celetuk Adrian.
"Iya cocok, kalo yang jadi ibunya Neng Salwa," sahut Jamal.
Mendengar jawaban Jamal raut muka Adrian langsung tidak enak. Lelaki itu lantas menatap tajam lelaki berpeci itu.
"Eh ada yang cemburu nih,"
Adrian terdiam ia tidak lagi menyahuti ucapan Jamal.
"Ayo Om, yang cepet dong kuda-kudaannya," kata Iqbal.
"Ya ya hiyaaaa,"
Jamal pun menjauh dari Adrian dan kembali fokus bermain dengan Iqbal.
Sedangkan Adrian ia diam-diam memperhatikan Salwa yang tengah bermain di sudut ruangan bersama anak panti yang lain. Ia melihat gadis itu tertawa begitu lepasnya. Tanpa sadar Adrian menyunggingkan senyuman. Namun, beberapa detik kemudian ia tersadar dan mengalihkan pandangannya.
"Kenapa gue gini sih,"
Adrian kembali menatap ke arah Salwa dan pada saat itu pula Salwa menatapnya juga, gadis itu pun tersenyum kepadanya. Namun, dengan cepat Adrian mengalihkan pandangan.
Lelaki itu memegang dadanya, "Ada apa sama gue?" gumam Adrian pelan.
Degupan jantung Adrian bertalun teratur, namun cepat. Ia menggeleng pelan mencoba menghilangkan rasa yang tiba-tiba hinggap dalam benaknya.
"Inget, Salwa itu sahabat lo sahabat lo," gumam lelaki itu pada dirinya sendiri.
"Adrian,"
Sontak Adrian menoleh saat suara Salwa meneriaki namanya. Adrian menatap sekilas pada gadis itu.
"Sini,"
Salwa mengayunkan tangannya pada Adrian untuk mendekatinya. Lelaki itu tak bergeming, ia masih mencoba mengontrol degupan jantungnya yang semakin keras bertalun.
"Aduh ini jantung gue kenapa sih," gumam Adrian.
"Ad, sini loh main sama anak-anak," ajak Salwa.
Adrian mengambil udara sebanyak-banyaknya mencoba menetralisir detak jantungnya.
"Oke... oke gak usah baper gak usah baper," gumamnya pelan.
Kemudian Adrian pun berjalan mendekati Salwa dan beberapa anak panti yang ada bersama gadis itu.
"Oh ya adik-adik kenalin ini Kakak Adrian namanya," ujar Salwa.
Adrian menyunggingkan senyum kecil lalu turut duduk di samping Salwa.
"Kak Salwa sama Kak Adrian pacaran ya," celetuk salah satu anak perempuan dengan rambut yang dikuncir dua.
Adrian pun melebarkan pupilnya, "Nih anak masih kecil, tapi udah ngomong pacar pacaran segala," batin Adrian.
Salwa tersenyum kecil, "Nggak kok Dinda, emangnya kamu tau apa itu pacaran?"
"Ya kayak yang di tv tv itu loh Kak,"
Salwa meringis pelan melihat fenomena seperti ini. Bukan maksud menyalahkan siapapun, tapi tayangan televisi saat ini benar-benar kurang mendidik untuk anak-anak.
"Mending kita main yang lain aja ya," kata Adrian mengalihkan pembicaraan.
Ketika anak-anak panti sibuk dengan permainannya sendiri. Adrian beringsut mendekati Salwa.
"Sal,"
Salwa menoleh, "Apa?" tanyanya.
"Gue mau nanya nih,"
"Tanya aja,"
"Sini gue bisikin,"
Salwa mengernyit merasa bingung dengan Adrian. Namun, akhirnya ia pun mendekatkan telinganya pada Adrian.
"Kalo gue suka sama lo gimana?" bisik Adrian lirih.
"Kak Adrian sini ayo main,"
"Aku nggak maksa buat dijawab kok, jangan terlalu dipikirin juga," ujar Adrian.
Lalu lelaki itu pun meninggalkan Salwa dan mendekati anak-anak panti yang lain. Sedangkan, Salwa seolah terpaku dengan ungkapan Adrian barusan.
Gadis itu memegang dadanya, kemudian ia menyunggingkan senyum kecil.
Bersambung....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah, akhirnya bisa update maafkan karena minggu kemarin nggak bisa up karena kegiatan real life yang menyita waktu. Daaann yaaaa besok adalah hari terakhir untuk cerita SWP Gen-2😢
Aku bener-bener sedang mengebut menyelesaikan cerita ini tepat waktu dan maaf untuk para pembaca yang mungkin akan kurang puas dengan ending cerita ini nanti. Sekaligus aku mau ngucapin makasih banyak untuk kalian yang sudah mengapresiasi cerita ini...
Untuk hari ini aku akan double up, dan untuk besok akan update endingnya huhuhu😣
Jangan lupa votmen dan krisannya ya😄
With Love
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro