22 >> Benci
Budayakan membaca membaca note, votes, dan comment😊
Sorry for any typo(s)
Selamat membaca🤗
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Semenjak mengetahui Nizam ada di cafe, Adrian langsung terburu-buru pergi dari sana. Ia benar-benar tak ingin bertemu dengan lelaki itu. Melihatnya, membuatnya kembali teringat masa lalu yang berusaha ia tutup rapat. Tanpa Adrian ketahui, Nizam mencoba mengikutinya. Ada banyak hal yang ingin lelaki itu sampaikan pada Adrian, adiknya.
"Adrian, tunggu Adrian,"
Adrian menoleh sekilas, melihat Nizam yang berlari ke arahnya. Namun, ia kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya ingin cepat-cepat pergi.
"Adrian tunggu," Nizam berhasil meraih pundak Adrian dan otomatis membuat lelaki itu terhenti.
"Jangan sentuh gue," Adrian menghempaskan tangan Nizam dengan kasar.
Nizam mencoba mengatur napasnya, ia tak ingin kehilangan langkah Adrian lagi, ia harus bicara dengan lelaki itu, "Dengarkan dulu ada yang ingin Kakak bicarakan denganmu,"
Adrian tertawa remeh, "Apa lo bilang, Kakak? Sejak kapan lo jadi Kakak gue, Hah?!"
Nizam menghembuskan napas pelan mencoba menenangkan diri agar tak terpancing emosi, "Oke maaf,"
"Aku hanya ingin bicara denganmu," lanjutnya.
"Nggak ada yang perlu kita bicarain," kata Adrian dingin.
"Sebenci itukah kamu denganku?" desis Nizam lirih.
Adrian tersenyum miring, "Gue gak bilang kalo gue benci, tapi gue muak sama lo. Karena lo keluarga gue berubah udah nggak kayak dulu!" sentak Adrian keras.
Nizam terdiam sejenak mencoba mengatur emosinya, "Kamu salah Adrian, keluargamu dari dulu hingga sekarang masih tetap. Hanya saja kamu yang tidak mau lepas dari jerat masa lalu,"
Tangan Adrian mengepal kuat setelah mendengar ucapan Nizam, "Lo nyalahin gue? Jelas-jelas kalo bukan karena lo dan selingkuhan Papa yang juga ibu lo, gue gak mungkin kayak gini,"
"Jaga ucapan kamu, ibuku tidak seperti apa yang kamu katakan!"
"Dasar perebut suami orang,"
"Cukup!"
"Kamu boleh membenciku, tapi jangan sekali-kali kamu menjelekkan ibuku!" ucap Nizam tegas.
Ingin sekali rasanya Nizam membalas perkataan Adrian. Namun, ia mencoba tenang sambil mengelus dadanya pelan dan terus melantunkan istighfar.
Adrian tersenyum remeh, "Terserah,"
Kemudian Adrian berlalu begitu saja tanpa mau mendengar apa yang ingin dikatakan Nizam.
Sebelum Adrian menjauh Nizam ingin mengutarakan apa yang sebelumnya ingin ia katakan pada lelaki itu.
"Aku menemuimu disini karena ingin bicara tentang Mama dan Papa," teriak Nizam.
Mendengar hal itu, langkah Adrian langsung terhenti. Entah mengapa hatinya terasa nyeri ketika Nizam menyebutkan kedua orang tuanya. Ia tak suka jika Nizam menyebut keduanya. Tanpa berbalik Adrian hanya menolehkan wajahnya kepada Nizam.
"Mau ngomong apa lo?"
Hembusan napas terdengar keluar dari hidung Nizam, "Papa sakit, tolong jenguk beliau, beliau ingin bertemu denganmu,"
Ungkapan Nizam kembali membuat hatinya berdenyut. Kapan terakhir kali ia bertemu dengan kedua orang tuanya? Dan sekarang Papanya tengah sakit.
"Mama juga sudah menghubungimu berkali-kali, tapi kamu sama sekali tak menghiraukannya benar begitu?"
Lagi. Kenapa semua yang diucapkan Nizam rasanya begitu menohok hatinya.
"Aku tau kamu membenciku, tapi aku mohon jangan menghindar dari Mama dan Papa. Beliau berdua tetap orang tuamu Adrian," imbuh Nizam.
Sungguh, Adrian pun juga merindukan mereka berdua. Namun, entah apa yang membuatnya begitu berat untuk sekadar bertemu.
"Kamu boleh membenciku, tapi jangan pernah kamu membenci kedua orang tuamu," ujar Nizam.
Mata Adrian terpejam, ia hembuskan napas pelan. Kemudian berbalik secara perlahan.
"Udah itu aja yang perlu lo omongin. Kalo udah gue pergi,"
Nizam mengangguk, lalu Adrian melanjutkan langkahnya meninggalkan lelaki itu yang masih berdiri tak jauh darinya. Melihat kepergian Adrian, Nizam menatapnya sendu. Ia berharap Adrian mau mendengarkan apa yang ia ucapkan.
***
Salwa harap-harap cemas sebabnya Nizam belum juga kembali. Apa lelaki itu berhasil membujuk Adrian ataukah masih saja keras kepala.
"Ane gak tau kalo Adrian punya Kakak, kenapa dia gak pernah bilang ke ane coba?" gerutu Jamal yang duduk di depan Salwa. Pria berpeci itu sudah mengetahui cerita yang sebenarnya antara Adrian dan Nizam. Salwa sudah menceritakan semuanya. Ia tak habis pikir ternyata kehidupan keluarga Adrian cukup rumit dan pelik.
"Dia nggak akan mungkin cerita hal yang udah buat hatinya kecewa," ungkap Salwa pelan.
Jamal menghembuskan napas. Ia sudah mengenal pribadi Adrian yang pendiam dan misterius, pantas saja jika dia menjadi pribadi yang begitu tertutup.
'Kling'
Pandangan Salwa dan Jamal langsung beralih ke arah pintu cafe yang baru saja terbuka dan menampilkan Nizam dengan kepala tertunduk. Kening Salwa mengernyit, benaknya bertanya-tanya apa yang membuat Nizam menunduk seperti itu.
"Aku pulang dulu ya Sal," ujar Nizam lirih.
Ingin sekali Salwa melontarkan banyak pertanyaan. Namun, melihat Nizam yang lesu dan tidak sedang dalam keadaan mood baik ia urungkan itu semua.
"Iya Mas,"
Nizam melirik sekilas ke arah Jamal, lelaki berpeci itu menyunggingkan senyum padanya yang turut membalas dengan senyuman pula. Kemudian Nizam menepuk pelan bahu kiri Jamal.
"Aku balik dulu, Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumussalam," jawab Salwa dan Jamal serempak. Lalu Nizam berjalan meninggalkan mereka berdua.
Sepeninggal Nizam, Jamal mulai membuka suara mencoba mengorek informasi mengenai Nizam dan Adrian.
"Mereka beneran kakak adik? Kok rasanya beda ya mereka sama sekali nggak mirip,"
Salwa melirik sekilas ke arah Jamal, "Cerita mereka rumit Mal,"
Kerutan dahi Jamal terlihat, "Maksudnya?"
"Seharusnya kamu tanya Adrian untuk lebih jelasnya, aku nggak ada kapasitas buat jelasinnya," terang Salwa. Jamal mencoba mengerti ia tak ingin lebih jauh ikut campur dalam masalah keluarga Adrian.
Di samping itu, tampak dari kejauhan Gabriella yang melihat semuanya, dari awal hingga akhir. Meskipun ia tak mengerti, namun yang jelas ia tahu jika ternyata Adrian dan Nizam adalah saudara.
Ia juga melihat bagaimana raut muka Nizam yang berubah sendu setelah bertemu dengan Adrian. Kenapa hatinya ikut bergemuruh saat melihat Nizam.
"Sebaiknya sekarang aku bekerja, nanti aku bisa bertanya Mbak Salwa untuk lebih lanjutnya," gumam Gabriella.
Bersambung....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hwaaaaa alhamdulillah akhirnya bisa update, insyaAllah hari ini double update😊 doakan ya semoga akhir april ceritanya bisa selesai tepat waktu.
Jangan lupa votmen dan krisannya😄
With Love
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro