19 >> Salah Tingkah
Budayakan membaca notes, vote, dan comment😊
Sorry for any typo(s)
Selamat membaca🤗
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Dia--dia bukan--ayah kandung kamu,"
Alis Gabriella tertaut, "Maksud Tante?"
Genggaman Mona semakin erat. Ia tahu pasti Gabriella sangat terkejut dengan ucapannya.
Mona menghela napas pelan, "Sandy bukan ayah kandung kamu,"
"Sebelum Martha menikah dengan Sandy, dia menikah dengan Surya. Ayahmu adalah Surya bukan Sandy," lanjutnya.
Gabriella memegang pelipisnya pelan. Pernyataan Mona membuatnya bingung. Ia tak tahu siapa yang benar dan harus ia percayai. Semuanya terasa begitu tiba-tiba dan begitu cepat. Jika memang Sandy bukanlah ayah kandungnya lantas kenapa mamanya tidak pernah bilang sebelumnya. Kenapa ia harus tahu dari orang lain dan bukanlah mamanya sendiri.
"Maafkan Tante, mungkin ini membuatmu bingung. Namun, Tante tidak ingin kamu hidup dengan ketidaktahuan dan kesalahpahaman terus menerus,"
"Lalu di mana ayah kandungku sekarang?"
Mona terdiam. Apa mungkin ia tega mengatakan yang sebenarnya pada Gabriella tentang Surya.
Gabriella menatap Mona serius. Ia ingin mendapatkan jawaban yang benar-benar jawaban. Jika memang Sandy bukanlah ayah kandungnya maka di mana keberadaannya sekarang.
"Kalau memang Papa bukanlah ayah kandungku, lalu di mana ayah kandungku sekarang?" tanya Gabriella lagi.
Posisi Mona serba salah sekarang. Jika ia tidak memberitahukannya maka Gabriella akan terus menanyakannya. Namun, jika ia mengatakannya Gabriella pun juga tidak akan mendapat jawabannya.
"Ayah kandungmu sudah meninggal saat kamu lahir,"
Deg.
Apalagi ini. Gabriella tak menyangka jika ia hidup sebatang kara sekarang. Mamanya sudah meninggal, ayah kandungnya pun, dan ayah tirinya tega menjualnya. Apa inikah takdir untuknya takdir yang sudah Tuhan siapkan untuk-Nya. Semua orang tersayangnya telah pergi meninggalkannya.
Apa yang harus ia lakukan sekarang. Hidupnya terasa hampa tak ada lagi yang dapat ia lakukan semua terasa sia-sia dan tak berguna.
"Gabriella...."
Gabriella tersadar dari lamunannya saat seseorang menggoyangkan bahunya.
"Eh iya..."
Ia kira siapa rupanya Dea yang menggoyang bahunya.
"Ada apa De?" tanya Gabriella.
Dea mengarahkan dagunya ke arah depan Gabriella seakan memberi isyarat pada gadis itu bahwa ada seseorang yang berada di depannya.
Gabriella pun mengarahkan pandangannya sesuai yang dimaksud Dea. Betapa terkejutnya ia ketika tahu siapa yang dimaksud oleh Dea.
"Makanya kalo kerja jangan melamun, tuh ada pelanggan datang," bisik Dea.
Sedangkan Gabriella hanya bisa diam mematung melihat pelanggan di depannya yang tengah menahan tawa. Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Malu rasanya.
Kalau saja pelanggannya orang lain mungkin Gabriella bisa bersikap biasa. Tapi ini beda situasinya, pelanggan di depannya kali ini ialah lelaki itu.
Lelaki yang beberapa kali mengusik pikir Gabriella.
Dialah lelaki pemilik senyuman menawan itu.
Bisa bayangkan malunya sekarang. Ya seperti itulah, jika belum tahu bagaimana, silahkan alami sendiri.
Dengan keadaan yang masih gugup dan grogi Gabriella langsung menuliskan pesanan lelaki tersebut. Padahal lelaki itu sama sekali belum mengucapkan apa yang mau dipesan.
"Loh Mbak saya kan belum pesan?" kata lelaki itu.
Kening Gabriella mengernyit, "Eh... bukannya kayak biasanya ya Mas, satu moccachinno sama satu cheesecake?" ungkap Gabriella.
Bukannya menjawab, lelaki itu malah menatap Gabriella, sedangkan yang ditatap pun juga balik menatap. Gadis itu semakin bingung sebenarnya lelaki itu mau pesan apa.
"Kalo udah ditulis ya udah pesen itu aja," ucap lelaki itu.
Gabriella pun merasa tidak enak, ini salahnya juga karena ceroboh yang langsung mencatat pesanan pelanggan tanpa bertanya terlebih dahulu apa yang mau dipesan.
"Maaf Mas sebelumnya atas kecerobohan saya. Kalau Mas nya mau pesan yang lain nggak papa kok, lagian juga belum saya tulis semua pesanannya,"
Lelaki itu menggeleng, "Eh nggak papa, lagian saya juga mau pesan yang itu tadi kok, hehe,"
Gabriella menatap tak percaya pada lelaki di depannya ini. Sepertinya ia sedang dikerjai. Sedangkan lelaki itu malah nyengir. Jikalau mau pesan hal yang sama, lantas kenapa tadi bertanya.
Lelaki itu menutup mulutnya seakan tengah menahan tawa, "Maaf," ucapnya.
Gabriella semakin dibuat bingung oleh lelaki itu. Namun, ia tak mau ambil pusing dan segera menulis pesanannya.
"Totalnya semua jadi lima puluh ribu,"
Kemudian lelaki itu mengeluarkan selembar uang berwarna biru dan memberikannya pada Gabriella.
"Terima kasih, Mas nya bisa tunggu sebentar nanti pesanannya akan diantar,"
Lelaki itu hanya mengangguk kemudian beranjak meninggalkan tempat Gabriella. Namun, baru beberapa langkah lelaki itu berhenti dan kembali ke tempat Gabriella. Gabriella pun menatapnya bingung kenapa ia kembali lagi.
"Ada yang bisa saya bantu lagi Mas?"
Lelaki itu menggeleng, "Cuma mau bilang, jangan terlalu sering melamun. Tidak baik,"
Setelah mengucapkan sebaris kalimat itu kemudian ia kembali meninggalkan tempat Gabriella. Sedangkan kalian tahu apa yang terjadi pada Gabriella? Ia langsung menunduk, secara tidak langsung ungkapan itu untuk menyindirnya. Lalu gadis itu menutupi mukanya.
Tanpa Gabriella ketahui, lelaki itu masih menatapnya dan tersenyum kecil saat melihat Gabriella menunduk sambil menutupi mukanya.
"Lucu," gumamnya.
Bersambung....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Akhirnya bisa up lagi, mungkin ini chapter yang pendek, tapi doakan aja semoga bisa update untuk yang kedua kalinya nanti insyaallah😄
Jangan lupa votmen dan krisannya😁
With Love
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro