Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17 >> Tak Terduga

Budayakan membaca notes, vote, dan comment ya😊

Sorry for any typo(s)

Selamat membaca🤗

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

------------------------------------------

"Masalah itu diselesain bukan malah dihindari apalagi ditinggal lari."

--------------------------------------------

Hembusan angin menerbangkan anak rambut Adrian yang tengah duduk tenang di atas gedung fakultasnya. Lelaki itu memang sering pergi ke Rooftop gedung fakultas untuk menyendiri dan menenangkan diri sekaligus menghilang sejenak dari rutinitas kuliahnya yang melelahkan. Bukan hanya rutinitas kuliahnya yang melelahkan, namun juga kehidupannya.

Tak lupa dengan sebatang rokok di tangannya yang sedang ia sesap. Kepulan asap pun keluar dari mulutnya. Setelahnya, ia pun menginjak puntung rokok yang hampir habis itu. Ia memang bukanlah seorang perokok aktif. Ia hanya akan merokok jikalau sedang kalut ataupun stres karena menurutnya daripada ia lampiaskan dengan emosi lebih baik ia melampiaskannya dengan menghisap batang tembakau itu.

Hembusan napas keluar dari mulutnya. Matanya memandang jauh, hanya ada gedung-gedung pencakar langit yang mengisi netranya. Ia pun mengalihkan atensinya menatap hamparan langit. Matanya menutup menikmati semilir angin yang menempa wajahnya.

'Drrtt... drrtt...'

Adrian sontak membuka mata ketika merasa ada pesan masuk di ponselnya. Sejenak ia menatap siapa yang baru saja mengiriminya pesan. Ia hembuskan napas pelan, pesan itu dari ibunya.

Hubungannya dengan sang ibu terbilang kurang baik semenjak kejadian bertahun-tahun lalu yang membuatnya seperti ini. Menjadi seorang Adrian yang brengsek.

Berkali-kali sang ibu mencoba menghubunginya, namun tetap ia hiraukan. Bukan karena ia tak mau, hanya saja ia belum siap. Ia belum siap luka lamanya kembali terbuka.

Adrian pun memutuskan untuk melihat pesan yang dikirimkan oleh ibunya.

Ingat. Hanya melihat.

From : Mama

'Assalamu'alaikum'
'Kamu kapan pulang Nak?'
'Mama sama papa kangen sama kamu, kamu pulang ya'
'Kalo kamu nggak bisa pulang, setidaknya angkat telpon mama'
'Mama mohon kamu pulang ya Nak'

Tanpa sadar setetes air mata menetes di ujung mata Adrian, namun dengan cepat ia menyekanya. Kemudian ia pun langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku. Tanpa berniat memberi jawaban kepada sang ibu.

Ia tahu. Sangat tahu. Jika apa yang ia lakukan ini adalah salah, namun egonya terlalu tinggi hanya untuk mengetikkan satu kata saja.

Ia pun memutuskan untuk beranjak dari tempatnya dan memilih pergi, entahlah ke mana ia akan pergi. Yang jelas saat ini ia hanya ingin menenangkan pikiran dan hatinya.

'Drrtt... drrtt...'

Ia kembali mengeluarkan ponsel dari sakunya. Ia melirik sekilas siapa yang menelponnya.

"Ngapain nih anak nelpon segala,"

"Apa Nyet?" ucap Adrian.

["Assalamu'alaikum dulu kali ah,"]

Adrian memutar bola matanya malas mendengar suara dari seberang sana.

"Mau apa lo?"

["Astaghfirullah, udah gak salam gak mau jawab salam pula. Kenapa bisa ada makhluk kayak ente,"]

Sudah tahu kan siapa yang sedang menelpon Adrian. Siapa lagi kalo bukan Jamal.

"Wa'alaikumussalam, kalo nggak penting gue matiin,"

["Eh sabar dong, gitu aja baper,"]

Adrian memutar bola matanya malas. Benar-benar menjengkelkan.

"Sumpah gak guna banget, kalo bahasan lo gak ada yang penting bukan cuma panggilan ini yang gue matiin, tapi lo juga,"

["Sadis amat. Aa' kan jadi takut,"]

"Bacot gue matiin--"

["Eh jangan dulu, ente di mana sekarang?"]

"Bukan urusan lo,"

["Lah ente tuh penting buat ane,"]

"Jijik, siapa lo?"

["Ente jahat banget sih sama ane. Ane kan udah perhatian sama ente, tapi kenapa ente gitu sama ane. Ente jahat,"]

Tanpa menjawab lagi, Adrian langsung mematikan panggilan Jamal. Percuma saja meladeni ocehan Jamal yang sama sekali tidak penting.

'Drrtt... drrtt...'

Adrian menghembuskan napas kasar, dengan sangat terpaksa ia membuka pesan yang baru saja dikirimkan oleh Jamal.

From : Jamalu-maluin

'Ane tunggu di parkiran ada hal penting yang mau ane omongin'

Dengan gontai Adrian melangkahkan kakinya menuju parkiran. Kalau saja bukan karena yang akan diomongkan Jamal ia juga malas menemui lelaki itu. Sesampainya di parkiran Adrian menelusuri ke penjuru parkiran mencari keberadaan Jamal.

"Ad...."

Adrian pun membalikkan ketika mendengar namanya dipanggil. Ia menatap datar Jamal yang tengah 'nyengir' tanpa dosa.

"Lo mau ngomong apaan?" tanya Adrian to the point.

"Santai dong, buru-buru banget sih kayak kebelet boker aja,"

Adrian memutar bola matanya malas. Rasanya percuma saja menuruti perkataan Jamal.

"Ente kosong kan setelah ini? Ane mau ngajak ente ke suatu tempat. Dijamin tempat ini bakalan bikin ente tenang,"

Dahi Adrian mengerut. Ia berpikir sejenak, sebenarnya ia juga ingin menenangkan pikirannya.

"Ke mana emang?"

"Udahlah ente nurut aja, nanti juga tau sendiri,"

Pria itu sedikit menimbang-nimbang ajakan Jamal. Tidak salah juga sih menerima ajakan Jamal sekalian me-refresh pikiran.

"Ya udah kalo gitu,"

"Nah gitu dong, dijamin ente gak bakal nyesel deh,"

"Ya udah berangkat sekarang aja kalo gitu,"

"Tapi pake motor ente ya, ane tadi gak bawa motor. Motor ane masih di bengkel soalnya,"

Adrian mendengus, padahal yang mengajak siapa, tapi yang direpotkan siapa.

"Nih," Adrian memberikan kunci motornya pada Jamal.

"Makasih banyak Aa' Adrian. Yok berangkat sekarang,"

Keduanya pun menuju motor Adrian dan setelah itu berangkat ke tempat yang disarankan Jamal.

***

Entah apa yang dirasakan Adrian sekarang. Pasalnya ia sama sekali tidak menyangka jika Jamal akan mengajaknya ke masjid.

Iya. Masjid.

Sebenarnya tidak salah jika Jamal mengajak Adrian ke masjid, tapi tetap saja rasanya berbeda. Adrian kira Jamal akan mengajaknya ke mana.

"Kenapa lo ngajak gue ke sini?"

"Ya buat sholat lah masa mau jualan cireng,"

Adrian terdiam. Ya memang benar tujuan ke masjid adalah untuk sholat, tapi entah kenapa ada sedikit rasa 'malu' dalam diri Adrian. Sholat saja masih bolong-bolong dan sekarang Jamal malah mengajaknya ke masjid.

"Ane kan udah bilang, ane bakalan ngajak ente ke tempat yang bakalan bikin ente tenang. Ane tau kalo ente lagi banyak pikiran. Nah, makanya ane bawa ente ke sini,"

Adrian masih diam ia menunduk menatap sepasang sepatunya. Jamal menepuk bahu pria itu pelan.

"Daripada ente pendem masalah ente sendiri mending curhatin aja sama Allah, Allah pasti punya jawaban buat masalah yang ente hadepin. Masalah itu diselesain bukan malah dihindari apalagi ditinggal lari,"

Meskipun Jamal pria slenge'an, tapi sekalinya ia bicara benar-benar menohok hati.

"Udahlah yok tunggu apalagi, bentar lagi waktu Dzuhur masuk," ajak Jamal.

Kemudian Jamal melangkah terlebih dahulu meninggalkan Adrian di belakangnya. Sedangkan Adrian, ia tak langsung menyusul Jamal, sejenak ia memandangi masjid di depannya. Lalu kemudian ia menghembuskan napas besar dan akhirnya melangkah mengikuti Jamal.

"Allahu Akbar... Allahu Akbar..."

Suara adzan berkumandang, mengajak setiap insan sejenak meninggalkan kesenangan dunianya. Memanggil mereka untuk menjalankan kewajiban yang sebagaimana mestinya harus dikerjakan, yakni Sholat.

Adrian baru saja selesai berwudlu, ia pun masuk ke dalam masjid dan di sana sudah ramai akan orang. Ada yang sedang sholat sunnah, lalu ada juga yang sedang mengaji. Adrian pun memilih duduk bersila di samping tiang sembari menanti iqamah.

"Kamu harus ingat, seorang lelaki itu harus cinta terhadap masjid,"

"Maksudnya apa Pa?"

"Maksudnya kamu harus sering-sering pergi ke masjid, seperti sholat, mengaji ataupun melakukan kegiatan positif lainnya. Sebab jika bukan para pemuda seperti kamu lantas siapa lagi yang akan menghidupkan suasana masjid,"

Adrian memejamkan mata mencoba untuk menghilangkan ingatan yang tiba-tiba terlintas di pikirannya. Ingatan tentang seseorang yang sudah membuatnya merasakan kecewa yang teramat dalam. Seseorang yang begitu ia hormati ia kagumi, namun dengan tiba-tiba mengkhianatinya. Inilah sebabnya Adrian tak pernah melupakan perbuatan seseorang itu yang hingga kini telah menorehkan luka begitu dalam di hatinya.

"Allahu Akbar... Allahu Akbar... "

Suara iqamah menyadarkan Adrian. Ia pun segera bangkit dari duduknya dan mengambil shaf tidak terlalu depan untuk melaksanakan sholat dzuhur berjamaah.

***

"Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Kemudian ayahmu."

Deg.

Adrian terdiam sejenak, ia mencoba mencerna perkataan dari penceramah pada siang ini. Setelah sholat Dzuhur tadi ia tak segera kembali karena Jamal mengajaknya untuk mendengarkan ceramah terlebih dahulu. Dan entah mengapa materi ceramah siang ini begitu menohok hatinya. Terasa sangat berhubungan dengannya. Adrian pun memilih untuk meninggalkan majelis itu dan keluar masjid terlebih dahulu.

Sesampainya di luar masjid ia menatap ponselnya sejenak. Ia men-scroll kontak di ponselnya dan berhenti pada satu nama yakni 'Mama'. Ia menarik napas dalam-dalam perasaan bersalah melingkupinya. Ia merasa bimbang apakah ia harus menghubungi ibunya atau tidak.

"Adrian?"

Belum sempat ia menghubungi ibunya, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya. Alis Adrian tertaut menatap orang itu.

Emosi Adrian memuncak, tangannya mengepal menahan amarah ketika tahu seseorang yang kini berdiri tak jauh darinya. Seseorang yang bahkan tidak pernah ingin Adrian temui.

Tanpa banyak bicara Adrian langsung meninggalkan orang itu.

"Adrian tunggu Adrian,"

Adrian pun langsung menghentikan langkahnya dan melirik orang itu sekilas.

"Jangan pernah sekali-kali lo manggil nama gue. Inget itu!"

Kemudian Adrian kembali berjalan meninggalkannya.

Bersambung....

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bab ke 17 sudah mengudara sebenernya masih punya tanggungan dua lagi sih😁
Pelan-pelan saja kalo kata kotak

Oke dah jangan lupa votmen sama krisannya yaaa😄

With Love

missookaa😙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro