16 >> Senyuman Menawan
Budayakan membaca notes, vote, dan comment😊
Sorry for any typo(s)
Selamat membaca🤗
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
-----------------------------------------------
"Aku tak tahu zat apa yang ada di senyumanmu. Yang jelas senyumanmu membuatku begitu candu."
------------------------------------------------
Gabriella sangat antusias menyambut hari ini, hari pertamanya bekerja. Saat ini ia sudah bersama dengan Tante Mutia di ruangan khusus pegawai. Di sana sudah ada dua lelaki dan satu perempuan yang ia yakini adalah pegawai Tante Mutia.
"Kenalkan ini Gabriella. Mulai hari ini dia akan bekerja di sini," Ketiga pegawai tadi pun menyunggingkan senyuman pada Gabriella. Gadis itu pun turut membalasnya dengan senyuman pula.
"Nah, yang ini namanya Agung, dia adalah koki di sini," tunjuk Tante Mutia pada seorang lelaki yang badannya sedikit tambun.
"Yang ini namanya Dea," tunjuk Tante Mutia pada gadis yang mengenakan jilbab biru itu.
"Dan yang terakhir namanya Bayu," tunjuk Tante Mutia pada lelaki bertubuh tinggi itu.
"Oh ya Bella, nanti Dea yang akan bimbing kamu karena tugas kamu sama dengan dia," jelas Tante Mutia pada Gabriella. Gadis itu pun mengangguk sebagai jawaban.
"Ya sudah kalo gitu Tante tinggal ya, tolong kalian bantu Bella. Selamat bekerja,"
"Iya Tante," ujar keempatnya serempak.
Lalu Tante Mutia pun pergi meninggalkan mereka berempat. Perempuan berjilbab biru yang diketahui Gabriella bernama Dea itu pun mendekatinya.
"Hai Gabriella, aku Dea," sapa gadis berjilbab biru itu.
"Hai... panggil Bella aja,"
"Seneng deh akhirnya aku ada temen cewek di sini, bosen tau ngeliat mereka berdua mulu," ujar Dea sembari melirik Agung dan Bayu yang berdiri tak jauh darinya.
Gabriella pun terkekeh mendengarnya.
"Eh dikira kita juga gak bosen apa ngeliat lu terus," ucap pria tambun yang bernama Agung itu.
"Gue saranin ya Bell jangan deket-deket sama Dea, dia itu berbisa kayak anaconda," imbuhnya.
"Ih apaan sih Gung, masa gue disamain sama ular,"
"Emang gitu kenyataannya,"
Gabriella dan Bayu hanya menggeleng melihat perdebatan antara mereka berdua.
"Biasain ya Bell, mereka berdua emang gitu rada sengklek," ujar Bayu.
Gadis itu pun terkekeh dan mengangguk kecil.
"Eh udahlah daripada lu berdua berantem unfaedah gini mending kerjain tuh tugas kalian, bentar lagi pelanggan pasti dateng," ucap Bayu menengahi pertengkaran Dea dan Agung.
"Bener juga, yuk Bell, kita pergi dari sini. Kalo lama-lama di sini bakalan makin spaneng," Dea pun mengajak Gabriella meninggalkan kedua lelaki itu. Gabriella yang tidak tahu apa-apa pun hanya menurut saja pada Dea.
"Oh ya, Mbak Dea udah kerja di sini berapa lama?"
"Eh jangan panggil Mbak, kayak apa aja. Panggil Dea aja,"
"Tapi aku nggak enak kalo manggil nama aja,"
"Nggak papa Bell, aku malah gak suka kalo kamu panggil Mbak gitu,"
Tanpa panjang lebar lagi, Gabriella pun mengangguk dan tidak memanggil Dea dengan embel-embel 'Mbak' lagi.
"Aku kerja di sini baru satu tahunan. Kalo Agung sama Bayu udah lama hampir dua tahun mungkin," jelas Dea.
"Lama juga berarti ya,"
Dea pun hanya mengangguk, "Ya lumayan,"
"Oh ya Bell, nanti tugas kamu ngelayanin orang-orang yang pesen sama nganterin pesanan mereka ya," imbuhnya.
"Iya Mba-- eh iya De,"
Lalu kemudian Dea mulai mengajari beberapa hal yang harus dilakukan oleh Gabriella. Gadis itu pun mendengarkannya dengan seksama tidak ingin melewatkan sedetik pun penjelasan Dea. Kalau sampai ia melewatkannya akan berakibat fatal nantinya.
"Nah kamu ngerti kan tugas kamu," Gabriella mengangguk sebagai jawaban.
"Iya,"
'Kling'
Suara lonceng berbunyi menandakan ada pelanggan datang.
"Nah itu pelanggan pertama kamu, good luck ya," ujar Dea.
Gabriella sudah menyiapkan diri untuk menghadapi pelanggan pertamanya. Karena ini yang pertama maka ia harus memberikan kesan yang baik untuk pelanggannya.
Ia harus bisa.
***
Sudah hampir setengah hari Gabriella bekerja ia pun menyeka keringat yang membasahi keningnya. Ia begitu kewalahan menghadapi pelanggan yang silih berganti datang. Meskipun begitu ia tetap menikmatinya, ia merasa puas jika pelanggan pun merasa puas. Saat ini ia keadaan cafe cukup lengang tidak seperti tadi waktu makan siang datang yang mana semua orang berbondong-bondong ke cafe. Setidaknya Gabriella bisa bernapas sejenak.
"Gimana capek?"
Gabriella hanya mengangguk menjawab pertanyaan Dea.
"Ya namanya juga kerja, harus kamu biasain,"
"Iya, ya emang capek sih awalnya. Tapi lama kelamaan nggak kok,"
"Sip, eh aku ke kamar mandi dulu ya," pamit Dea. Gabriella pun mengangguk.
'Kling'
Atensi gadis itu terpaku pada seorang lelaki yang baru saja memasuki cafe. Entah mengapa ketika melihat lelaki itu desiran halus tiba-tiba melanda hatinya. Lelaki dengan tubuh tegap tingginya, hidung mancung, sorot mata yang meneduhkan, serta rambut hitamnya yang tertata rapi. Astaga.
"Kenapa aku malah mikir yang nggak nggak sih," gumam Gabriella pelan.
Dengan cepat Gabriella menepis pikiran tidak rasionalnya. Kenapa juga ia tiba-tiba berpikir hal-hal seperti itu. Ia menepuk dadanya pelan mencoba mengurangi rasa sesak, namun hal itu seakan sia-sia saja sebab sesak itu semakin menjadi ketika lelaki itu berada di depannya.
Gabriella mengerjap pelan ketika lelaki itu sudah tepat berada di depannya. Kenapa rasanya lidahnya begitu kelu tak bisa mengucap satu kata pun.
"A--ada yang bi--bisa saya bantu?" Gabriella benar-benar tidak mengerti dengan keadaan tubuhnya yang tiba-tiba seperti ini. Kenapa juga ia tiba-tiba tergagap.
"Saya mau pesan cheesecake satu sama moccachinno satu," ucap lelaki itu diakhiri dengan senyuman.
Senyuman itu.
Astaga kenapa dia malah tersenyum seperti itu, membuat Gabriella semakin tidak bisa mengeluarkan kata-katanya. Tanpa sadar gadis itu menepuk kepalanya pelan.
"Eh... kok kepalanya dipukul?"
"Eh... eng--gak kok,"
Gabriella mengerjap pelan merasa bodoh sekali. Kenapa juga dia memukul kepalanya. Ia melirik sekilas kepada lelaki di depannya yang tengah tertawa kecil. Apa ia sedang menertawainya? --batinnya.
Karena kebodohannya tadi, ia jadi melupakan pesanan lelaki itu.
"Ma--af Mas nya tadi pesan apa?"
Lelaki itu kembali tersenyum, "Satu cheesecake sama satu moccachinno,"
"Oh baik, tunggu sebentar ya Mas,"
Lelaki itu tersenyum lagi, menampilkan lesung pipinya dan membuat Gabriella menahan napas. Kenapa lelaki itu sering sekali tersenyum. Astaga ia benar-benar harus istirahat mungkin dia kecapaian, makanya pikirannya tidak karuan.
"Terima kasih... Gabriella," lelaki itu pun tersenyum lalu kemudian pergi meninggalkan Gabriella.
Tunggu.
Bagaimana bisa dia mengetahui nama Gabriella. Kemudian Gabriella menepuk dahinya pelan.
"Ya iyalah dia tau nama aku, kan aku pake nametag," gumam Gabriella pelan.
Bersambung....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Maafkan dakuuhh karena lagi lagi harus berhutang😣 rabu kemarin aku nggak bisa up karena deadline di dunia nyata sedang menumpuk. Dan maaf juga kalo hari ini sepertinya aku nggak bisa up dua kali😔 doain aja semoga rabu depan bisa double up biar nggak hutang-hutang lagi....
Dan juga aku mau ngingetin buat para pembaca cerita swp gen-2 karena kita bakalan ngadain GA nanti di akhir dan hadiahnya pun menarik banget jadi kalian harus ikutan. Untuk persyaratannya bisa diliat di akun wattpad dan instagram swp. Jadi jangan lupa ikutan yaaa😄😄😄
Oh ya jangan lupa juga votmen dan krisannya untuk cerita ini😊
With Love
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro