Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

03 >> Mimpi

Budayakan vote dan comment ya😊

Selamat membaca💕

Sorry for any typo(s)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

-------------------------------------------

"Hiduplah dengan baik, sayangi orang-orang disekitarmu, dan jadilah seseorang yang bermanfaat untuk semua orang"

-------------------------------------------

Surabaya, Januari 2019

Tak terasa sudah satu tahun kau meninggalkanku Ma,

Semua berubah ketika kau pergi meninggalkan dunia ini,

Dan setiap hari Papa semakin berubah, dia sering tidak pulang Ma, bahkan dia juga sering memukuliku,

Aku takut Ma, Papa bukan seperti Papa yang dulu, Papa seperti monster,

Dia sering mabuk-mabukan dan dia juga tak pernah lagi pergi ke gereja bersamaku....

Ma, aku sendirian, aku tidak punya lagi seseorang yang akan melindungiku....

Aku merindukanmu Ma,

Aku lelah dengan hidup ini Ma, aku ingin ikut bersapunu....

Apa kau bahagia disana Ma, apa Tuhan berlaku baik padamu?

Aku juga ingin bertemu dengan Tuhan Ma, aku ingin bahagia,

Gabriella merindukan Mama, sangat rindu....

Gabriella mengusap air mata yang menetes di pipinya, dia menatap buku hariannya dengan sendu.

"Aku merindukan Mama," gumamnya lirih.

Kemudian ia menutup buku hariannya lalu meletakkannya ke dalam laci meja. Ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Apa Papa nggak pulang lagi?" gumamnya.

Kemudian Gabriella berdiri dari duduknya dan menuju tempat tidurnya. Ia merebahkan diri dan menarik selimut hingga ke dadanya, lalu ia menyatukan jari-jari dan kedua telapak tangannya.

"Ya Tuhan, pertemukan aku dengan Mama dalam mimpiku kali ini aku sangat merindukannya Ya Tuhan. Amen," Kemudian Gabriella mulai menutup matanya.

---

Hamparan rumput nan luas memenuhi penglihatan Gabriella, matanya pun berkilau menatap takjub karya Tuhan yang begitu indahnya.

"Wow, indah sekali," gumam Gabriella pelan.

Dia pun melangkah perlahan menuju tengah-tengah gugusan padang rumput itu. Ia rentangkan kedua tangannya, kedua matanya pun tertutup. Gabriella merasakan hembusan angin yang datang menerpanya.

"Gabriella,"

Perlahan kedua mata Gabriella terbuka, dahinya mengerut. Siapa yang baru saja memanggilnya. Ia pun membalikkan badan mencari tahu siapa yang baru saja memanggilnya.

Matanya terbuka lebar, saat tahu siapa yang baru saja memanggilnya.

"Mama," gumam Gabriella.

Dengan langkah cepat ia pun langsung menghampiri Martha yang berdiri tak jauh darinya.

"Mama," Gabriella langsung menubrukkan badannya pada Martha, memeluknya erat.

"Aku merindukan Mama," ucap Gabriella.

Martha hanya tersenyum, sembari mengusap punggung putrinda pelan, "Bagaimana kabarmu, Sayang?" tanyanya.

Gabriella menggeleng pelan dalam pelukan Martha, "Aku tidak baik, setelah Mama pergi,"

Martha melepaskan pelukannya, memegang kedua bahu Gabriella, "Tidak baik kenapa?"

"Papa... dia jahat padaku Ma," kata Gabriella.

Martha pun terdiam, perlahan ia lepaskan genggamannya di bahu Gabriella, "Maafkan Mama Sayang," ungkapnya.

Dahi Gabriella mengerut, "Mengapa Mama minta maaf?" tanyanya.

Martha hanya tersenyum, "Mama adalah Mama yang buruk untukmu,"

Dengan cepat Gabriella menggeleng, "Tidak, Mama adalah Mama terbaik yang Gabriella punya," tolaknya.

Martha mengusap pelan pipi Gabriella, "Kamu memang anak yang baik Sayang, tidak seharusnya kamu menanggung semua hal ini. Mama yang sudah membuatmu menanggung ini semua,"

"Maksud Mama apa? Menanggung apa?" tanya Gabriella tak mengerti.

"Nanti kamu akan tahu Sayang. Pesan Mama tetap jadi Gabriella yang Mama kenal ya. Tetap jadi anak yang baik dan kuat,"

Gabriella mengangguk, "Iya Ma, Gabriella berjanji,"

Martha pun tersenyum, "Kalau begitu Mama pergi ya, jaga diri kamu baik-baik,"

Gabriella menggeleng keras, dia tak mau mamanya pergi lagi, "Jangan pergi, Ma, Mama disini aja sama Gabriella," pintanya.

"Tidak Sayang, Mama tidak bisa,"

"Kalau begitu biar aku saja yang ikut Mama," kata Gabriella.

Martha menghembuskan napas pelan, "Jangan seperti ini, bukankah kamu sudah berjanji jika akan menjadi anak yang baik?" tanyanya pada Gabriella.

Gabriella pun tak dapat mengelak, ia mengangguk pelan.

"Kalau begitu, dengarkan Mama sekali lagi. Hiduplah dengan baik, sayangi orang-orang disekitarmu, dan jadilah seseorang yang bermanfaat untuk semua orang,"

Gabriella mengangguk, tanpa sadar air matanya menetes membasahi pipi. Martha pun tersenyum tipis lalu mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Gabriella.

"Jangan menangis, tunjukkan jika kamu adalah wanita yang kuat," ujar Martha.

"Mama jangan pergi," ucap Gabriella.

Perlahan Martha meninggalkan Gabriella.

"Mama jangan pergi, Mama.... "

'BRAAKK'

Gabriella sontak langsung membuka matanya. Napasnya tersengal. Ia pun mencoba untuk mengatur napasnya. Ia memegang dadanya, merasakan detakan jantung yang berdetak cepat.

Ia mencoba mengatur ritme detak jantungnya, "Mama," gumamnya lirih.

"GABRIELLA BUKA PINTUNYA!!!"

Terlihat kerutan di dahi Gabriella, dia sangat kenal siapa yang meneriaki namanya, "Papa," gumamnya pelan.

'TOK...TOK...'

"GABRIELLA CEPET BUKA PINTUNYA...."

Gabriella pun buru-buru bangun dari tidurnya dan langsung berlari menuju ruang tamu.

'cklek'

Gabriella melihat wajah papanya yang menahan amarah, ia pun segera menundukkan kepalanya takut.

"Kemana aja sih hah, lama banget bukanya," bentak Sandy, papa Gabriella.

"Maaf Pa, tadi Gabriella ketiduran,"

Sandy mendengus kesal, ia pun berlalu begitu saja dan langsung merebahkan dirinya di sofa ruang tamu.

Gabriella mencium bau alkohol yang menyeruak, "Papa habis minum lagi ya?" tanya Gabriella lirih.

Sandy langsung membuka matanya dan bangun dari rebahannya, "Kenapa emangnya, masalah?" tanyanya dengan nada tinggi.

"Bu... bukan gitu Pa. Papa jangan sering-sering minum alkohol itu nggak baik buat kesehatan Papa,"

Sandy pun berjalan mendekati Gabriella, "Tahu apa kamu hah? Gak usah sok nasehatin deh,"

"Tapi Pa... Papa juga harus peduli sama kesehatan Pa-"

Sandy menjambak rambut Gabriella dengan kasar.

"AAA!!! Sakit Pa," pekik Gabriella kesakitan. Ia memegang lengan Sandy di rambutnya.

Sandy mendekatkan bibirnya ke telinga Gabriella, "Eh dengerin ya gue gak peduli mau gue sakit kek ataupun mati sekalipun itu bukan urusan lu. Nggak usah berisik,"

Sandy melepaskan jambakannya dengan kasar hingga Gabriella jatuh terduduk. Gabriella pun menangis merasakan pusing menjalar di kepalanya.

"Haaahh, dasar anak gak tau diri. Anak sama bapak sama-sama gak tau diuntung kenapa dulu gue gak nyingkirin lo juga kayak bapak lo,"

Gabriella menatap Sandy bingung, "Maksud Papa apa?" tanya Gabriella.

Sandy mengusak rambutnya kasar, merutuki kebodohannya, "Haah stress lama-lama gue disini,"

Kemudian Sandy pergi keluar rumah lagi meninggalkan Gabriella. Gabriella hanya menatap kepergian papanya dengan tatapan bingung, "Apa maksud Papa tadi," gumam Gabriella.

Bersambung....

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bagian ketiga sudah hadir, gimana... gimana...
Sampe sini udah bisa meraba-raba mau dibawa kemana cerita ini? 😅
Mungkin ada yang bingung, pusing, mual, pingin ke toilet(?)😂 eh nggak-nggak.
Karena ini masih awal jadinya jangan terburu-buru ya, karena sesungguhnya buru-buru itu nggak baik hasilnya😁
Atau mungkin ada yang bertanya-tanya kok gini ceritanya, kalo ceritanya gitu beda lagi hasilnya😆
Terima kasih untuk vote comment-nya jangan bosen-bosen buat semangatin aku yaaa😊😊

With Love

missookaa😙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro