Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

The Betrayer Comes In Between The Heartbroken Girl And The Heart breaker

***





Di suasana sore sehabis pulang sekolah, Kenzie dan Brennan masih berboncengan hampir setengah perjalanan menuju rumah gadis itu. Sebelumnya memang tak ada satu pun percakapan yang terjadi di antara mereka selain Kenzie yang terkadang berujar pada Brennan untuk sekadar menunjukkan jalan pulang. Maka, Brennan berusaha menghidupkan suasana dengan cara mengajak Kenzie untuk berbicara lebih dulu.


"Kenzie?" Suara Brennan terdengar seperti tengah beradu dengan angin. Maka, ia terdengar sedikit meninggikan volume suaranya pada Kenzie.


Dan Kenzie rupanya melakukan hal yang sama dengan Brennan dimana ia setengah berteriak. "Ya? Ada apa?"


"Apa kita semacam berteman sekarang?" Brennan masih berusaha untuk mengeraskan suaranya agar terdengar. Namun sepertinya usaha itu kurang berhasil karena Kenzie tidak terlalu bisa mendengar apa yang Brennan bicarakan.


"Apa? Apa yang kau bicarakan?"


"Apa kita sekarang berteman, Kenzie?" Brennan meninggikan lagi volume suaranya. Kali ini nampaknya berhasil.


"Tidak!" Kenzie menolak permintaan pertemanan Brennan dengan tegas.


"Kau yakin?"


"100 persen."


"Baiklah, bagaimana jika kau turun saja di sini sekarang?" Brennan sepertinya mulai mengancam.


"A.. apa?? Apa tadi kau bilang?" Kenzie berpura-pura tidak mendengar apa pun tadi. Padahal, ia sebenarnya mendengarkan dengan begitu jelas.


"Kau turun di sini saja, oke?"


Dan benar saja, beberapa detik kemudian Brennan mematikan mesin motornya di tengah jalan yang sepi. Ia seperti tidak main-main dengan ancamannya.


"A.. apa yang kau lakukan?" Kenzie terkejut dengan apa yang dilakukan Brennan padanya. Ia seperti hendak mengusir Kenzie dari jok belakang motornya. Apakah Brennan benar-benar tersinggung dengan penolakannya? Entahlah, Kenzie tidak tahu sama sekali.


"Aku hanya ingin menurunkan seorang gadis yang tidak ku kenal. Lagipula tadi kau bilang tidak ingin berteman denganku, kan?" Brennan menjelaskan dengan tenang. Dan hal itu mampu membuat Kenzie merasa aneh. Bukankah ia tadi tersinggung dengannya? Lalu kenapa tetap saja menunjukkan sikap tanpa amarah?


"Oh, rupanya kau tersinggung denganku hanya karena itu?" Kenzie mulai turun dari motor Brennan. "Ya sudah, terserah saja jika kau tak ikhlas mengantarkanku. Maka, aku akan turun lalu berjalan meninggalkanmu dengan kaki ini." Kenzie menunjuk bagian kakinya kemudian tersenyum sebelum mengambil ancang-ancang untuk pergi. "Bye, Brennan."


"Eh, tunggu!" Brennan menangkap lengan Kenzie dengan sigap, lalu menghembuskan nafasnya. "Baiklah, aku hanya bercanda. Ayo, naik lagi!"


Kenzie tersenyum kemenangan. "Wah, baiklah jika itu yang kau mau."


Keesokan paginya, seperti biasa masih ada kegiatan sekolah karena tentunya ini adalah hari selasa. Salah satu hari yang terbilang masih jauh dari hari jum'at mau pun akhir pekan. Dan salah satu murid yang bersekolah di Lee's Summit, pagi ini masih terlihat mengantuk seperti kurang bersemangat untuk berangkat.


Siswi itu pun rupanya berciri-ciri rambut coklat kelam dan mata hazel. Jika diperhatikan lagi dari ciri-cirinya, tentu saja itu adalah Kenzie.


"Ibu, aku berangkat!" Kenzie menutup pintu sembari menutup mulutnya dengan tangan dikarenakan menguap.


Ia kemudian mulai berjalan meninggalkan rumahnya dengan ekspresi malas. Kenzie rupanya masih mengantuk dikarenakan semalam ia tidur begitu larut sekitar pukul 2 dini hari. Alasannya pun tentu saja dikarenakan David yang meneleponnya, dan Kenzie juga begitu asyik berbicara dengannya hingga lupa waktu. Sementara di pagi hari, ia bangun pada pukul 6 dan itu artinya Kenzie hanya mendapatkan waktu tidur selama 4 jam. Maka, tidak salah lagi, jika ia terlihat masih mengantuk bahkan sangat di pagi hari yang cerah ini.


"Hey!" Suara seseorang tiba-tiba terdengar seperti hendak menyahut Kenzie, tak lupa juga di sana terdengar suara motor yang lumayan familiar.


Kenzie menoleh ke arah belakangnya, dan tepat sekali seperti yang diduganya bahwa itu adalah Brennan beserta motor yang dikendarainya. "A..apa yang kau lakukan di sini?"


"Aku di sini tentunya hanya ingin berniat baik untuk menjalin sebuah pertemanan baru dengan seseorang." Brennan mengangkat bahunya.


Kenzie berdecak. "Jadi, apa ini semacam sogokan?"


Brennan seperti tengah berpikir keras, meskipun ia sebenarnya hanya bergurau. "Ya, bisa dibilang seperti itu! Kau tahu terkadang aku adalah seseorang yang suka memaksa?"


"Eww, seorang pemaksa itu bagiku sangat menyebalkan dan aku tidak suka itu!" Sementara Kenzie rupanya tidak bercanda dengan omongannya. "Maaf!" Lalu, ia kembali untuk melangkahkan kakinya menuju ke sekolah, meninggalkan Brennan.


Brennan rupanya ingin mendesah frustasi. "Oke, oke, oke. Aku sebenarnya bukanlah tipe pemaksa! Aku hanya seseorang yang pantang menyerah!"


"Ya, terserah saja. Aku tidak peduli dengan itu!" Kenzie melayangkan salah satu tangannya di udara sambil terus berjalan seolah ia sungguh tidak peduli dengan apa yang dikatakan Brennan.


Dan sekali lagi, Brennan frustasi namun tetap saja ia tidak ingin menyerah. Maka, ia tetap mengejar Kenzie dari arah belakangnya untuk sekadar mengawasi kemudian meyakinkannya lagi agar bersedia menjadi seorang teman baru baginya.


Sementara di dalam kelas saat ini, suasana terdengar riuh seperti di pasar dikarenakan bel masuk belum berbunyi, dan itu artinya pelajaran pertama pun belum akan dimulai. Di dalam ruangan, para gadis rupanya tengah sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ariah dan Katie rupanya tengah mengerjakan tugas biologi yang belum selesai. Lalu Carissa yang sedang memainkan ponselnya sambil menunggu kedatangan rekan sebangku -Kenzie. Sementara Leah dan Alexis sedang asyik mengobrol sembari sesekali melihat katalog yang berisikan kosmetik di dalamnya.


"Hey, Ariah!" Suara seorang gadis yang sok asik bernama Julia saat ini terdengar. "Hey, Katie! Apa yang sedang kalian lakukan?"


"Mengerjakan tugas biologi seperti yang kau lihat, bitch." Ariah rupanya kesal dengan kehadiran Julia yang sangat tidak tepat pada waktunya.


"Sudahlah!" Katie berkata hampir berbisik, mencoba menenangkan amarah Ariah.


"Hmm, kenapa kau mesti berkata kasar padaku, Ariah? Kau tahu aku hanya bertanya?" Dan sekarang, Julia menampakkan raut wajah sedih buatan. Ketika Ariah melihat ekspresi itu, ingin sekali rasanya ia memukul wajah gadis itu. Namun seperti biasa Katie tetap berusaha untuk membuatnya tetap tenang.


Maka sekarang suasana di antara Katie, Ariah dan Julia terasa hening, hingga pada akhirnya Julia -satu-satunya gadis berisik itu yang memulai lagi ocehannya.


"Astaga, bukankah itu Brennan dan Kenzie? Jadi, mereka berdua datang ke sekolah secara bersamaan?" Julia menolehkan pandangannya lagi ke arah Katie dan Ariah. Namun kali ini pandangannya lebih terpusat pada Katie. "Tapi bukannya pacar Brennan itu kau, ya?"


Katie tidak menanggapi pertanyaan Julia. Pandangannya tetap terpusat pada kedatangan Kenzie dan Brennan yang tampak seperti bahagia layaknya sepasang kekasih. Dan pemandangan itu sungguh mampu mengobarkan lagi api cemburu yang sempat padam. Katie benar-benar tidak rela menemukan hal dimana Brennan sepertinya bahagia saat bersama dengan Kenzie. Maka, ia mulai beranggapan bahwa pesan multimedia yang kemarin didapatnya pasti memang bukanlah rekayasa. Itu adalah kebenaran dimana ia menemukan sebuah fakta bahwa Kenzie adalah seorang pengkhianat yang berada di sekitarnya selama ini.


Di lain sisi, dimana Leah yang tadinya sempat juga bergosip dengan Alexis mengenai apa pun itu, pandangannya ikut terarah menuju kedatangan Kenzie dan Brennan yang tampak berjalan secara berdampingan seolah mereka berdua saling mengenal dan punya hubungan akrab.


"Hey, apa itu Kenzie dan Brennan? Maksudku, sejak kapan mereka terlihat sedekat itu?"


"Wah, benar. Sejak kapan mereka terlihat dekat seperti itu?" Alexis juga merasa heran sekaligus penasaran.


"Yang jelas, aku tidak tahu." Leah menggeleng. "Apa harus kita tanyakan langsung saja pada Kenzie?"


"Menurutku, tidak usah. Karena sepertinya kita mendapatkan masalah yang lebih besar." Alexis melemparkan pandangannya pada Katie yang sangat jelas terlihat cemburu di sana.


"O-owh. Apakah ini akan jadi sebuah pertarungan hebat antara teman dan teman?" Leah terlihat panik.


"Maksudmu, antara sahabat dan sahabat?" Alexis memperbaiki perkataan Leah. "Ya, tentu saja. Maka dari itu, kita sebagai seorang sahabat harus bisa mencegah hal-hal buruk yang nantinya akan terjadi."


"Ya, kau benar. Ayo kita tenangkan Katie lebih dulu. Lalu setelahnya kita harus menanyakan Kenzie tentang kedekatannya dengan Brennan."


Suasana kafetaria pada jam istirahat tentunya selalu penuh. Itu pun terbukti dari beberapa antrian yang terlihat. Dan di antara antrian panjang yang tengah terjadi di sana, terdapatlah dua insan berlawanan jenis yang sedang menunggu giliran untuk mendapat makan. Kedua insan itu sama-sama berambut coklat namun berbeda warna pada manik matanya, dan itu rupanya adalah Kenzie dan Brennan. Keduanya entah mengapa selalu dipertemukan lagi dalam sebuah perbincangan mengenai penawaran pertemanan.


"Jadi, apa kau mau berteman denganku atau tidak?" Brennan berada di samping Kenzie, ketika keduanya telah mendapat giliran untuk mengambil santapan siang masing-masing.


"Kau itu menyebalkan, ya? Kenapa selalu memaksa?" Kenzie berujar ketus sambil memasukkan Burger dan potongan French fries ke dalam piring yang ada di nampan bawaannya.


"Karena menjalin pertemanan itu adalah hal yang baik, daripada aku harus memaksamu untuk melakukan hal buruk!" Brennan mengedikkan bahunya sambil memasukkan menu makan siangnya berupa nachos. "Apa aku benar sekarang?"


"Ya, kau selalu benar!" Kenzie akhirnya selesai mengambil semua santapan siangnya yang dibutuhkan. "Dan aku harus berkumpul dengan sahabat-sahabatku sekarang. Bye, Brennan!"


Dan benar saja, gadis itu tidak pernah berbohong dengan ucapannya. Ternyata ia sungguh pergi meninggalkan Brennan yang mendesah frustasi lagi meskipun di dalam hatinya, ia tidak akan pernah menyerah dengan semua keinginannya.


"Nah, bagaimana dengan Anthony Rowden?" Sayup-sayup terdengar Ariah yang tengah menawarkan seorang lelaki pada Katie ketika sosok Kenzie sedang berjalan menuju bangku para gadis. "Tapi, dia itu adik kelas Isiah."


Isiah James Crown adalah kekasih Ariah. Dan sepertinya ia hanya ingin membantu sahabatnya untuk melupakan Brennan lalu segera move on pada lelaki lain, seperti pada Anthony Rowden -lelaki lebih muda yang sedang ditawarkan.


"Umm.." Katie sedang menimbang-nimbang. "Baiklah, mungkin ada baiknya jika dicoba dulu." Pada akhirnya Katie memutuskan untuk berkenalan dengan Anthony terlebih dulu.


"Nah, itu bagus! Kalau begitu aku akan memberikannya nomormu agar kalian bisa secepatnya berkenalan." Ariah terlihat antusias ketika mulai mengetikkan isi pesan pada Isiah, yang nantinya juga akan Isiah sampaikan pada Anthony.


"Hey, guys!" Kenzie akhirnya datang, lalu ia duduk di bangku sebelah Ariah. "Apa aku melewatkan sesuatu? Ya, sepertinya sangat." Kenzie mulai mengigit roti dan isi burgernya.


"Kenzie, kau tampak senang hari ini. Apa kau mau berbagi cerita?" Alexis sang ketua terlihat melontarkan pertanyaan sarkastik. Lantas Leah pun ikut menampilkan senyum miring. Sementara Katie hanya diam saja, Carissa dan Ariah rupanya sibuk memainkan handphone masing-masing.


"Senang? Malahan aku hari ini mengantuk sekali, guys." Kenzie menjawab dengan tenang seolah tidak tahu apa yang sedang terjadi.


"Nah! Isiah sudah memberikannya nomormu. Jadi, tunggu saja ya, Katie!" Ariah berujar gembira. Sementara Katie hanya tersenyum tipis.


"Wah, jadi apa yang sedang terjadi di sini?" Kenzie mulai penasaran.

"Katie berusaha untuk move on." Carissa adalah satu-satunya orang di bangku itu yang sepertinya mau menanggapi Kenzie. "Itulah sekiranya yang tadi ku dengar" Kemudian ia memalingkan kembali wajahnya pada ponsel miliknya dengan sebuah artikel sang Bieber di dalamnya.


"Wahh! Itu mengagumkan!" Kenzie sepertinya tidak sadar jika ekspresi gembiranya yang berlebihan itu mampu menimbulkan sebuah kecurigaan. "Selamat, Katie! Semoga lelaki yang satu ini adalah lelaki terbaikmu!"


"Oke." Katie tersenyum kesal pada Kenzie. Ia tampak tidak pandai dalam menyembunyikan kemarahannya. "Terima kasih!" Kekesalan itu kemudian semakin nampak ketika Katie tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya, meninggalkan beberapa temannya di kafetaria.


"Katie!" Dan setelahnya, Alexis menyahut nama gadis itu. Lalu mengejar kepergiannya diikuti dengan Leah di belakangnya.


Melihat kepergian tiga teman lainnya, Ariah ingin ikut bergabung sementara Carissa masih serius berkutat pada ponselnya. Dan sebenarnya Kenzie juga ingin mengejar kepergian menganehkan yang terjadi pada Katie, sesaat ia mengucapkan kata-kata yang menurutnya itu terdapat unsur kebaikan di dalamnya. Namun sepertinya malah disalahartikan oleh Katie.


"Carissa, ayo!" Ariah menarik lengan Carissa.


"Eh, tunggu, tunggu!" Carissa merasa panik karena handphone-nya hampir terjatuh ketika lengannya ditarik begitu saja.


"Kenzie, kau tunggu di sini saja, ya!" Ariah mencegah Kenzie untuk ikut mengejar kepergian Katie dan yang lainnya. Karena sesungguhnya, Ariah tahu apa yang terjadi. Maka dari itu, ia hanya ingin memisahkan Katie dan Kenzie untuk sementara waktu agar tidak terjadi sesuatu yang buruk nantinya, yang kemungkinan akan menimpa persahabatan mereka dimana banyak kemungkinan apakah itu akan hancur atau sekadar terpecah belah? Dan segala kemungkinan itu memang mengerikan. Tapi lebih baik menghindarinya saja dulu dibanding semuanya telah terlanjur terjadi dimana pastinya akan dibutuhkan waktu sangat lama untuk bisa bersatu kembali.


Saat ini, Kenzie hanya bisa terdiam sambil mencerna semua kejadian apa yang sedang terjadi, sesekali pula ia memikirkan kesalahan apa yang baru saja ia perbuat pada Katie dengan perasaan menyedihkan yang tiba-tiba menyebar dalam dirinya.


Sementara dari arah kejauhan, masih terdapat seorang teman yang peduli padanya. Ia rupanya selalu mengawasi Kenzie sedari tadi. Sosok itu pun rupanya adalah seorang lelaki, yang ternyata bernama Brennan.


Dan mulai di hari ini, entah kenapa Brennan mulai merasa peduli pada Kenzie. Kepedulian itu tentu saja belum diketahui secara pasti apa maknanya. Namun yang jelas, secara sadar mau pun tidak sadar, Brennan tampaknya telah merasakan ikatan kenyamanan yang cukup kuat ketika ia bersama dengan Kenzie. Hanya saja, ia masih belum berani untuk mendefinisikannya.. Brennan hanya butuh waktu lebih banyak lagi untuk mencerna semuanya..





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro