New Class, New Friends
***
Kegiatan semester awal para siswa kelas 12, Lee's Summit High School, pun akan segera dimulai. Liburan kenaikan kelas memang telah usai. Dan mungkin ini adalah saat yang tepat untuk sekadar mengenal atau pun bertegur sapa dengan para rekan satu kelas beserta para pengajar baru di sana.
Seorang gadis berlensa mata hitam serupa dengan warna rambutnya itu kini tengah melenggang, memasuki kelas yang diyakininya adalah kelas baru yang akan dipergunakan untuk menimba ilmu hingga masa akhir sekolahnya tiba.
Carissa Janell Sustaita, itulah nama lengkap gadis yang tampaknya telah berhasil memasuki ruangan kelas barunya tersebut. Keriuhan yang dihasilkan para siswa memang jelas terdengar, tetapi Carissa tak begitu menghiraukannya. Lantas, ia pun mengambil tempat di bangku terdepan baris kedua. Mungkin dikarenakan hanya bangku itulah yang tampak masih tersisa. Dan Carissa pun menyesalkan hal itu disebabkan oleh kebiasaan buruknya yang selalu saja datang terlambat. Maka, ia pun tidak memiliki kesempatan untuk memilih letak bangku favoritnya, yaitu tentu saja adalah bangku bagian belakang.
Sementara gadis lainnya bernama lengkap Ariah Anne Chandley itu, telah mengambil tempat yang diinginkannya terlebih dahulu. Ia terlihat duduk di bangku sebelah kanan baris ketiga berdekatan dengan posisi duduk seorang Carissa. Gadis berambut coklat terang senada dengan warna bola matanya itu kini tengah menatap sesosok gadis dengan helaian rambut panjang hitam melalui bagian belakangnya, meyakini bahwa ia mengenal sosok tersebut. Tak heran, ia segera menyahut nama gadis itu. Dan sosok gadis yang ternyata benar-benar Carissa, seperti yang Ariah duga pun menoleh ke arahnya.
"Carissa?"
"Oh, hey. Kau di sini juga?" Tanya Carissa pada Ariah dengan begitu sumringah.
"Ya, tentu saja." Ariah tersenyum sembari mengangguk. "Dan kurasa ini sangat bagus!" Ariah masih berada di tempatnya ketika berbicara dengan Carissa.
"Tapi.." Carissa mulai menebak. "Hey. bangku sebelah terlihat kosong." Carissa sungguh menerka.
"Ya, tapi sayangnya bangku ini sudah ditempati." Ariah menjawab terkaan Carissa. "Mungkin sebentar lagi pemiliknya akan datang."
Carissa pun hanya menjawab seperlunya dengan membentuk huruf O pada bibirnya. Kemudian memutar tubuhnya kembali ke depan atau bisa dikatakan ia tidak lagi berinteraksi dengan Ariah.
Lensa mata hitam gadis itu mulai menjelajah seluruh ruangan kelas barunya kembali. Matanya pun menangkap sosok gadis yang diyakini Carissa adalah sosok lain yang dikenalnya selain Ariah.
"Leah?" Sahut Carissa pada gadis yang tengah duduk di samping kiri bangku terdepan kelas barunya itu.
"Oh, hey, Carissa? Kita sekelas juga?" Tanya gadis yang ternyata namanya adalah Leah.
Leah Chuning, sesosok gadis berambut coklat kehitaman bergelombang dengan bola mata berwarna coklat cerah adalah teman sekelas Carissa ketika ia duduk di bangku kelas 10. Berbeda dengan sosok Ariah yang pernah menjadi teman sekelas Carissa di bangku kelas 11.
"Yup, seperti yang kau lihat." Jawab Carissa dengan sedikit cengiran. Dan Leah juga tampak membalas senyuman lebar Carissa sebelum gadis berambut hitam itu akhirnya mengalihkan pandangan pada yang lain.
Gadis bermanik mata coklat madu dengan helaian rambut panjang lurus berwarna coklat kelam itu tiba-tiba datang memasuki kelas. Kemudian ia mulai mendudukkan diri di sebuah bangku bersebelahan dengan Ariah.
"Kenzie, kau di sini juga?" Carissa memanggil Kenzie -teman sebangku Ariah, yang ternyata ia adalah teman sekelas Carissa sesaat ia duduk di bangku kelas 11 sama seperti Ariah.
"Umm, ya." Balas Kenzie dengan senyuman terarah pada Carissa namun singkat, yang kini ia terlihat berkutat pada layar ponselnya.
Carissa tampaknya masih mengawasi gerak-gerik beberapa orang yang memasuki kelasnya. Ia berharap untuk mendapatkan teman sebangku dan nantinya akan segera menemukan teman-teman atau mungkin sahabat baru di sini.
Dan kini sesosok gadis berambut panjang lurus dengan warna coklat terang disertai lensa mata abu-abu itu terlihat menghampiri bangku Carissa. "Hey, apa bangku ini kosong?" Tanya gadis itu pada Carissa kemudian.
"Umm, kebetulan sekali bangku ini tidak ada yang menempati." Balas Carissa dengan sedikit gurauan, membuat gadis yang saat ini menjadi lawan bicaranya terkekeh.
"Well, kalau begitu, bolehkah aku duduk di sini?"
"Yup, jika kau benar-benar tidak keberatan." Carissa mengangguk sembari tersenyum dengan sedikit nada gurauannya lagi. Alhasil gadis itu pun terkekeh kembali dan tak segan segera mendudukkan diri di bangku sebelah Carissa.
"Oke, jadi siapa namamu?"
"Carissa," Carissa pun segera menjabat tangan gadis itu, mencoba memperkenalkan diri. "Carissa Janell Sustaita. Dan ya, kau bisa memanggilku dengan nama apa pun."
Gadis bermanik mata abu-abu itu tertawa kecil sembari tersenyum. "Oke." Ia masih membalas jabatan tangan Carissa dan mulai menyebutkan namanya. "Aku, Katie. Ya, Katie Wright."
Jadi, gadis berlensa mata abu-abu dengan warna coklat pada rambutnya itu bernama Katie Wright.
Sesi perkenalan antara Carissa dan Katie pada akhirnya terjadi. Kini saatnya beralih pada sosok gadis bermanik mata biru laut. Ia tampaknya tengah mencari bangku mana yang masih kosong. Bangku yang masih tersedia ternyata ada pada bangku milik Leah. Otomatis gadis berambut pirang itu segera menawarkan diri untuk duduk di samping Leah. "Hey, bolehkah aku di sini?"
Dan Leah pun mengangguk pertanda setuju sambil berkata "Tentu saja." dengan senyuman tertuju pada gadis cantik di sampingnya.
"Oke, terima kasih." Gadis pirang itu mulai duduk. "Well, jadi siapa namamu?" Tanya gadis itu kemudian.
"Leah Chuning." Jawab Leah sembari mengulurkan tangannya.
Gadis pirang itu pun tak segan untuk menyambut uluran tangan Leah. "Alexis Woods. Panggil saja Alexis atau Alex."
Rupanya gadis berambut pirang dengan lensa mata biru indahnya itu memiliki nama lengkap, yaitu Alexis Woods.
Keenam gadis itu tampaknya telah saling memiliki teman satu bangku. Ariah dan Kenzie, Carissa bersama dengan Katie, begitu juga Leah serta Alexis. Masing-masing dari mereka mulai memperkenalkan diri atau pun sekadar menanyakan kelas apa yang dahulu ditempati ketika duduk di bangku kelas 11, terkecuali dengan sosok Ariah dan Kenzie.
Kedua gadis itu bisa dibilang satu kelas, begitu pula Carissa. Ariah, Kenzie, dan Carissa pun sama-sama pernah memiliki beberapa masalah saat ketiganya duduk di bangku kelas 11. Bedanya, Carissa dan Ariah bisa memperbaiki semuanya secara cepat, sedangkan Ariah dan Kenzie harus menyelesaikan masalahnya ketika keduanya dipertemukan kembali di kelas 12.
Di lain cerita, Carissa dan Leah sebelumnya memang pernah juga dipertemukan di bangku kelas 10. Bukan kehidupan seorang remaja namanya bila tidak memiliki hal sepele yang selalu berbuntut panjang, Carissa dan Leah juga memiliki masalah saat itu. Sama halnya dengan Ariah dan Kenzie, Carissa dan Leah pun bisa menemukan apa itu titik terang namun bedanya kedua gadis itu dapat memecahkan masalah mereka ketika duduk di bangku kelas 11.
Alexis dan Katie, sepertinya bisa dibilang kedua gadis ini belum pernah ditemukan dalam kelas yang sama saat keduanya duduk di bangku kelas 10 mau pun 11. Namun kali ini keduanya mulai dipertemukan. Alexis dan Katie sebelumnya memang belum pernah ditimpa masalah, baik itu perselisihan yang terjadi di antara teman-teman sekelas mereka dulu atau pun perselisihan yang terjadi di antara keduanya saat ini. Namun bukan menutup sebuah kemungkinan pula jika keduanya bisa masuk dalam masalah suatu saat nanti.
***
Seminggu kemudian rupanya telah memunculkan suasana keakraban yang terjalin di antara Kenzie, Ariah, Carissa, Katie, Alexis, dan Leah. Keenam gadis itu sudah mengenal masing-masing individu, memulai pertemanan mereka dengan canda tawa yang tercipta di kafetaria Lee's Summit pada jam makan siang.
"Oh, well," Alexis sang Queen Bee, memulai percakapannya yang semula dipenuhi tawa menjadi sedikit serius pada kelima temannya. "Jadi, apa kalian semua atau mungkin salah satu dan bisa jadi beberapa dari kalian ada yang selesai mengerjakan tugas bahasa inggris untuk hari ini?"
"Maksudmu, seusai jam makan siang?" Carissa menimbal dengan cengiran usilnya. "Anak rajin sepertiku tentu saja sudah!"
"Sial!" Ariah merutuki diri sendiri ketika menemukan kesombongan yang dibuat-buat oleh Carissa tadi. "Kurasa, aku belum sama sekali!"
"Aku juga." Kenzie hanya mengedikkan bahunya seolah-olah tak peduli.
"Baiklah. Apa itu sebuah pernyataan bahwa kau mengerjakan tugasmu atau tidak?" Ariah bertanya pada Kenzie dengan sedikit gurauan.
"Tentu saja, aku tidak mengerjakannya." Kenzie tersenyum tawa pada Ariah. Kedua gadis itu pun bereaksi sedikit berlebihan dengan cara melayangkan tos ketika menemui kesamaan dalam hal tidak mengerjakan tugas.
"Oh, well. Kalian terlihat sangat bodoh jika bangga dengan hal-hal malas seperti tidak mengerjakan tugas." Carissa mengeluarkan komentar pedasnya pada Ariah dan Kenzie.
"Guys!" Leah sepertinya hendak melerai pertengkaran yang sepertinya akan terjadi sesaat lagi di antara Carissa, Kenzie, dan Ariah. "Kurasa kita lupakan saja tentang tugas sialan itu! Karena aku yakin kalian akan terkejut dengan hal yang satu ini."
Leah mengisyarakatkan gerakan alis dan matanya ke arah depan dimana Carissa, Kenzie, dan Ariah berada di posisi belakang objek yang dimaksud. Lantas mengerti dengan apa yang diinstruksikan Leah, Kenzie, dan kedua teman lainnya -Carissa dan Ariah memutarkan posisi badannya menuju objek.
"Nah, lihatlah!" Ketika Leah berbicara lagi, Alexis yang berada di samping kirinya ikut menatap ke arah depan objek yang dituju. Sementara Katie yang berada di samping kanan Leah terlihat ragu-ragu untuk menoleh. "Brennan Fisher! Sedari tadi aku melihat lelaki itu terus saja menatap teman kita yang satu ini."
Leah memegang bahu Katie dengan kedua alis yang dimainkan, mencoba memperjelas maksud dari siapa gadis yang diincar oleh Brennan -teman sekelas mereka. Dan sesosok gadis itu tentunya adalah Katie.
Katie menanggapi godaan Leah dengan dengusan dan semburat malu yang mulai menyeruak. Karena bagaimana pun juga, ia memang menyadari suatu hal dimana Brennan tengah menatapnya tadi. Dan hal itu benar-benar mampu membuat Katie menjadi canggung.
"Wah," Carissa tampak takjub. "Jadi, apa ini artinya salah satu dari kita sesaat lagi akan melepas masa lajangnya??"
"Kau gila!" Katie akhirnya buka suara. Ia sepertinya sudah mulai tidak terima dengan godaan yang menimpanya. "Tatapan hanyalah tatapan, bukan berarti itu akan berlanjut ke tahap yang lebih serius."
"Ya, Katie benar." Alexis juga seketika itu menyuarakan pikirannya. "Girls, kita hanyalah sekumpulan gadis remaja. Jangan terlalu menganggap semua hal secara serius, lebih baik kita bersenang-senang saja selagi masih muda."
Ketika mendengar pendapat Alexis, kelima gadis itu termenung sejenak. Kebanyakan dari mereka berkesimpulan bahwa Alexis memang benar. Mereka semua seharusnya tidak perlu memusingkan hal-hal yang orang dewasa selalu pikirkan. Memikirkan seorang pria dan hubungan yang sangat serius. Tentu saja itu sangat terlampau jauh untuk dipikirkan oleh para gadis remaja seperti mereka.
Suara deringan ponsel salah satu dari mereka tiba-tiba terdengar, membuyarkan keheningan yang tercipta di antara keenam dari mereka. Dan pemilik ponsel yang berdering itu rupanya adalah Kenzie. Kelima mata itu tertuju padanya namun Kenzie tidak menyadari. Ia tampak serius berkutat pada layar ponselnya.
Dari : Chandler Butler
Untuk : Kenzie O'donnell
Kau tidak membalas pesanku hari ini. Ada apa denganmu??
Sebuah pesan dari sang kekasih Kenzie bernama Chandler itu rupanya mampu membuat Kenzie menghembuskan nafas berat. Pasalnya, kedua pasangan itu tengah bertengkar dikarenakan masalah sepele, dimana Chandler hari kemarin menemukan Kenzie yang tampak mengobrol akrab dengan seorang lelaki.
Kenzie sebenarnya sangat benci dengan sifat cemburu berlebihan kekasihnya itu. Namun sayangnya, ia tidak bisa berbuat banyak selain menghindari perdebatan dengan cara tidak membalas pesan dari sang kekasih. Ia hanya tidak ingin jika hubungannya dengan Chandler berakhir begitu saja. Karena bagaimana pun juga, Kenzie masih mencintainya.
"Kenzie? Apa itu Chandler?" Alexis membuyarkan lamunan Kenzie dengan memulai sebuah pertanyaan.
"Yang mengirimiku pesan?" Kenzie menjawab dengan nada bertanya. "Ya, tentu saja."
"Apa kalian semacam bertengkar?" Carissa mencoba peduli.
"Ya, pertengkaran yang biasa terjadi dalam suatu hubungan." Kenzie mengiyakan tebakan Carissa. "Dan kurasa saat ini seharusnya aku melepaskan semua beban itu kemudian bersenang-senang saja layaknya seorang gadis remaja."
'Nah, benar sekali." Alexis setuju dengan rasa semangat Kenzie yang sebenernya palsu. "Itu baru namanya gadisku!"
Dan seketika itu suasana keheningan perlahan memudar, tergantikan oleh suasana riuh yang diciptakan oleh keenam gadis itu. Mereka semua mulai memecahkan canda dan tawa lagi layaknya seorang gadis remaja SMA yang tidak penuh dengan penyesalan.
Untuk saat ini, keenam dari mereka merasakan sebuah kebahagiaan di dalam sebuah kelas bernuansa baru. Tak lupa juga kesenangan itu didapat ketika mereka memasuki sebuah lingkaran pertemanan baru. Kelas dan teman-teman yang baru, bagi Kenzie dan yang lainnya sungguh sangat tidak bisa dilupakan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro