november ╎ 8th.
[Full name] menatap dengan takut-takut. Yamaguchi yang sedang duduk di mejanya sendiri itu tengah memperhatikan brosur yang si gadis berikan. Sementara di sisi [name] sendiri, terpajang manusia jangkung yang menatap malas sohibnya.
"Oh, kalau beasiswa ini sistemnya bukan tertanggung keseluruhan. Tapi hanya sebagian. Aku juga dapat brosurnya dari kenalanku, kok," ujar Yamaguchi Tadashi itu akhirnya. Kini membolak-balikkan brosur yang diberi [name], lalu bertanya antusias, "kamu juga tertarik masuk Universitas Tokyo?"
Ragu-ragu [name] mengangguk.
Langsung dapat senyuman riang dari Yamaguchi, "bareng aku, dong?"
"Ya... Aku juga dengar dari Mata Empat, kamu katanya mau masuk Universitas Tokyo... Makanya aku jadi tanya-tanya kamu soal brosur beasiswa ini," jelas [name]. Berucap masih ragu-ragu.
"Ah, kamu mau daftar dengan beasiswa, ya?" tanya Yamaguchi itu. Dapat anggukan sebagai jawaban dari [name].
"Aku rasa kalo harus nanggung biayanya sendirian bakalan berat, apalagi aku cuman kerja part-time," [name] menggantung kalimatnya, dia menggerling ke arah lain sebelum berucap kembali dengan ragu-ragu, "...dan aku cuman dapat brosur beasiswa sebagian..."
Yamaguchi itu tersenyum, "kalau kamu emang tertarik, nanti aku bantu carikan beasiswa seluruhnya," katanya. Lalu menggulirkan manik ke arah sohibnya yang sedari tadi diam, "jadi Tsukki saja yang tidak ambil Universitas Tokyo, ya? Hinata dan Hitoka ambil juga, lho."
Tsukishima mendelik ketika diajak bicara seperti itu. Apalagi sejak tadi sebenarnya cowok jangkung itu sudah menahan sebal.
Sebal karena terkacangi.
Sebal karena ternyata dua orang ini memilih satu pilihan universitas yang sama.
Dan dengan rasa sebalnya itu, Tsukishima jadi mengeluarkan sebuah kalimat sindiran, "cari brosur beasiswa itu gampang. Yang patut kamu pikirin bukankah bagaimana caranya agar lulus seleksi?"
Cowok itu menekuk satu alisnya ke bawah, sementara satu lainnya ke atas, dan sebelah bibirnya pun diangkat. Membentuk ekspresi meremehkan, "jadi, belajar dulu yang rajin sana."
Langsung dapat delikkan tajam dari [name] karena telah ditohok dengan kenyataan oleh Tsukishima itu.
Tersenyum maklum, Yamaguchi pun menyemangati, "kamu pasti bisa, [last name]."
Si gadis yang sangat jelas mengetahui kenyataannya tak bisa membalas kalimat itu dengan senyuman optimis. Karena dia ini memang bodoh.
Tsukishima yang tampak bisa membaca pikiran [name] jadi makin mengembangkan senyum ejekannya, "wah, kayaknya kamu harus mulai kerja keras buat manasin otak karatanmu sekarang, ya."
[Name] itu tidak membalas. Masih tenggelam ia dalam pikirannya. Hingga sekelebat ide pun terlintas di otaknya. Cewek itu lalu menggebrak meja Yamaguchi tiba-tiba, "k-kamu--kamu pinter, kan? T-tolong bantu aku belajar, dong!"
Bukan hanya Yamaguchi saja yang kaget.
Tsukishima Kei bahkan lebih kelewat kaget.
"E-eh, aku?"
"Iya! Yamaguchi Tadashi, k-kita akan ke Universitas Tokyo bersama, kan? Maka dari itu t-tolong bantu aku belajar!" [name] dengan tekadnya itu menggenggam salah satu tangan Yamaguchi. Tanda bahwa ia sangat memerlukan bantuan dari cowok tersebut.
"A-aku bisa aja si---"
"--tunggu dulu. Kamu gak bisa maksa Yamaguchi begitu, dong?" Tsukishima dengan tiba-tiba menginterupsi perkataan Yamaguchi. Membuat kedua pasang manik itu jadi menatap wajahnya.
"Hah? Aku kan cuman minta bantuannya," balas [name], menyanggah perkataan Tsukishima.
"Tapi itu--sama aja maksa, kan?" Tsukishima tersebut menunjuk tangan [name] yang menggeggam tangan Yamaguchi di atas meja.
Kali ini Yamaguchi yang bantu membalas, "aku gak apa-apa kok, Tsukki."
"Tapi Yamaguchi, kamu yakin?" tanya Tsukishima sekali lagi.
[Full name] dan Yamaguchi kini jadi menurunkan alis. Menyadari keanehan Tsukishima jadi banyak bicara kali ini.
"Kamu kenapa, sih, Mata Empat? Gak boleh menghalangi orang lain untuk belajar, tau," ucap [name], melepas genggamannya pada tangan Yamaguchi kemudian.
Namun tidak seperti [name], Yamaguchi yang telah berteman sejak kecil dengan Tsukishima Kei mengerutkan kening karna mengerti.
Cowok helai hijau tua itu kemudian melukis senyum kecil. Sebelum akhirnya menatap [name], "maaf [last name], tapi kalau aku mungkin gak bisa. Aku gak sepinter yang kamu pikir, hehe."
"Eh? Bohong. Merendah untuk meroket itu namanya!"
"Tsukki lebih pinter dariku, kok."
"Hah?"
[Full name] dan Tsukishima Kei kompak menyahut.
[Name] yang lebih dulu menyambung, "dia cuman bakalan ngejek aku doang."
Lalu berikutnya barulah Tsukishima yang ikut menyahut, "aku juga gak mau kali ngajarin kamu."
Dan balasan dari kedua orang itu berhasil membuat Yamaguchi membuang nafas, sweatdrop.
.
.
.
↓continue↓
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro