Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

may ╎ 2nd.

Tim voli Karasuno kini sedang berjalan bersama menuju kedai milik Ukai Keishin. Kageyama Tobio yang merangkap sebagai kapten, memimpin di depan sana bersama partner ciliknya. Tsukishima Kei berjalan seraya menjaga jarak dengan dua kebodohan itu. Dihalangi ia oleh adik-adik kelasnya yang berjalan di tengah.

Sesuai kebiasaan mereka, Ukai Keishin masih menjadi pelatih tim juga sampai sekarang, kedatangannya mereka ke kedai pria berumur itu tidak lain adalah untuk mendapat pengarahan khusus. Sekalian juga merecoki pelatihnya dengan kebisingan mereka.

Sesampainya, Hinata Shouyo langsung menyapa lantang sang pemilik kedai yang sedang mengemas kardus di depan toko. Sempat berbincang dulu sebentar mereka, sebelum Kageyama akhirnya menggeser pintu untuk memasuki kedai.

Tapi alangkah kagetnya pemuda berhelai hitam itu kala di balik pintu ia temukan suatu sosok. Perempuan. Dengan masker yang ia turunkan sampai dagunya.

Sempat terdiam mereka di depan pintu, sang gadis di sana meneliti satu persatu wajah-wajah di hadapannya. Berikutnya jadi menurunkan ujung topi yang dikenakannya seraya mulai jalan merunduk dan menaikan maskernya.

Tsukishima Kei di belakang sana mengamati. Perempuan itu memegangi perutnya.

"Jadi kapan Daichi-san, Suga-san, dan Asahi-san akan main lagi ke sini?" ucap Hinata begitu sudah mengambil kursi di sana. Bertanya pada Ukai Keishin yang sudah masuk melalui pintu lain dan muncul di balik pintu tertutupi korden.

"Ha, entahlah. Dia bilang pastinya nunggu libur kampusnya dulu," jawab pelatihnya itu. Mulai memberesi meja counter di sana. Sebelum akhirnya bergerak lagi, kini mendekati meja anak didiknya.

Pria itu bercelinguk.

"Yamaguchi, Tsukishima ke mana?" Tanyanya. Membuat seluruh atensi di sana menghadap arah yang sama; Yamaguchi Tadashi yang juga tampak bercelinguk menatap pintu luar.

Sementara di sisi lain sana, pemuda jangkung yang sedang ditanyai keberadaannya itu kini sedang menghadapi perempuan di hadapannya. Sedari tadi masih terdiam walau awalnya perempuan tersebut sempat memekik; meminta untuk jangan mengikuti.

Atensi Tsukishima menurun. Menatap tangan sang gadis yang melingkar melindungi perutnya. Sebelum akhirnya menyeletuk sarkastik, "kamu jadi buncit, eh?"

Sang gadis yang wajahnya kini tak nampak jelas karena topi dan masker itu membelalak. Walau samar-samar dapat Tsukishima sadari responnya itu.

"Apa yang sedang kamu lakukan tadi saat pemilik tokonya sedang di luar?" Tanya pemuda itu. Tampak mulai mengucapkan hal yang menjurus. Seringai sarkas kecil di lukisnya, lalu tampak lebih mendominasi area mulutnya itu kala lawan di hadapannya hanya terbisu tak menjawab.

Diliriknya lagi bagian perut gadis tersebut, pemuda itu berucap lagi, "makanya jangan makan barang curian. Perut buncit adalah balasannya."

Kini gadis itu mendengus, "tau apa kamu, ha?"

Masih mempertahankan senyuman sarkastiknya, Tsukishima Kei lalu berjalan mendekati sang gadis.

Mengikuti instingnya, si gadis yang tengah waspada itu perlahan memundurkan diri.

Namun Tsukishima Kei yang lebih cerdik langsung bergerak cepat.

Pemuda itu rengkuh tubuh sang gadis yang mungkin akan melarikan diri lebih jauh apabila bergerak lamban.

Kemudian diucapkannya empat kata oleh si pemuda itu.

"Kamu tidak bisa mengelak lagi, [full name]."

Dieratkan lagi rengkuhannya oleh Tsukishima Kei. Sehingga tangan si gadis yang masih melingkari tubuhnya sendiri itu makin tergencet oleh tubuh mereka berdua. Begitu juga dengan sesuatu di balik jaket yang ia lindung-lindungi selama ini.

×××

Tsukishima masuk ke dalam kedai pelatihnya seraya membawa kantung keresek. Penghuni di dalam, langsung melontarkan pertanyaan-pertanyaan terkait ke mana hilangnya pemuda itu. Namun tak satupun digubris oleh Tsukishima.

Pemuda jangkung itu langsung berjalan menuju counter. Di mana sang pemilik kedai yang sedang ikut berkumpul bersama anak didiknya langsung mengekori si pirang tinggi.

"Aku mau bayar ini," ucap Tsukishima itu. Menaruh kantung ke atas meja untuk dihitung.

Ukai Keishin terheran-heran, "kenapa kamu bisa bawa belanjaan ini dari luar?"

"Tadi aku ambil, terus langsung ke luar tapi lupa bayar,"

"Kapan kamu ambilnya? Terus kapan kamu ke luarnya?"

"Cepat, Pak, bayar saja."

Pria berumur itu menyelipkan tanda tanya besar dalam pikirannya. Di bongkarnya lagi belanjaan dari kantung tersebut.

Lalu makin terheran.

"Tsukishima, kamu yakin mau membeli pembalut juga?"

.

.

.

continue

eh btw kok aku jadi galau sendiri pas bayangin tim voli karasuno tinggal sisa empat makhluk bodoh dan satu manager lugu:')

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro