Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

last.

Sakura bermekaran meramaikan pagi. Berayun turun dibelai angin. Memberi warna khas pada musim baru ini. Menghias acara wisuda yang diadakan setiap sekolah.

Karasuno High School mengumpulkan semua murid tahun akhirnya dalam sebuah gymnasium besar. Bersiap melaksanaan acara penghujung sekolah.

Murid-murid itu berpakaian rapi. Memakai blazer dengan pin bunga di saku kanannya. Duduk rapi mengisi setiap bangku. Mendengarkan dengan seksama setiap pembicara.

Yamaguchi Tadashi duduk tegap berhias senyum di bangkunya. Begitu juga Hitoka Yachi.

Kageyama Tobio sendiri hanya bisa berwajah datar.

Di barisan depan sana, Hinata Shouyo berada. Binar semangat tak pernah lepas dari maniknya sejak acara ini dimulai.

Sementara Tsukishima Kei duduk di baris belakang karna tinggi badannya itu. Namun berbeda dengan yang lainnya. Cowok berkacamata tersebut saat ini tak meluruskan pandangan. Kepalanya malah tertunduk.

Sebab sedari pagi tadi, ia tidak melihat sosok [full name] sama sekali. Dan mendengar bahwa ada satu kursi kosong di belakang, membuat Tsukishima tak bisa konsen dengan pidato pengarahannya.

×××

Selepas serangkaian pidato selesai, Tsukishima Kei langsung berlari meninggalkan gedung sekolah. Yamaguchi yang terus memanggilnya kala itu tak pernah didengar oleh Tsukishima.

Laki-laki jangkung itu meninggalkan sentuhan akhir masa sekolahnya.

Demi berkunjung ke rumah [full name] untuk menemukan sosok kecil itu.

Tsukishima berlari dengan membawa tabung gulungan berisi surat kelulusannya. Ia abaikan segala penampilannya yang rusak tertepa angin atau terbilas peluh. Otaknya menggemakan nama gadis itu, begitu pun kakinya yang terus berlari tanpa henti.

Karena entah kenapa, ia punya perasaan tidak enak.

Terengah-engah kala terhenti, Tsukishima menatap rumah di hadapannya dengan manik melebar.

Apakah yang terliliti garis polisi ini adalah rumah [name]?

Tsukishima ingin sekali beranggapan bahwa ini bukanlah rumah gadis itu. Namun ingatannya kala ia dirawat saat sedang sakit oleh [name], saat terakhir kali bertemu gadis itu dan mengusap kepala pendeknya masih teringat jelas.

Ia jadi mau tidak mau yakin bahwa ini rumah [name]. Namun masih coba menyanggah, mungkin saja gadis itu sudah pindah sehari atau duahari yang lalu.

Melihat ada tetangga yang baru saja keluar dari rumah, Tsukishima itu langsung menghampiri untuk bertanya.

"Permisi. Kalau boleh tau, kenapa sampai ada garis polisi di sana?" Tanyanya, dengan peluh mengalir. Dalam hati merasa takut pula.

Takut jawaban yang akan didapatkannya malah makin memperkuat dugaan negatifnya.

"Ah, kalau aku tak salah dengar, katanya ayah mereka itu ditangkap karna terlibat judi besar," jawab ibu-ibu itu.

Tsukishima yang mendengarnya jadi melebarkan mata.

Namun sambungan dari ibu itu, ternyata makin membuat hati Tsukishima Kei terasa jatuh.

"...sementara anaknya sedang dicari polisi karna diduga jadi pengedar narkoba."

×××

Tsukishima Kei tak pernah menyangka hal ini akan terjadi begitu saja. Benar-benar terlalu tiba-tiba baginya.

Sangat tiba-tiba, sehingga ia masih menganggap ini hanyalah sebuah kekhawatiran belaka yang sangat terasa nyata dari alam bawah sadarnya.

Tsukishima pernah menganggap kejadian buruk seperti ini hanyalah mimpi waktu ia jatuh pingsan waktu lalu. Namun apa yang menurutnya fana ternyata adalah kenyataan yang begitu mutlak.

Laki-laki itu jadi tak punya kesempatan untuk berpikir rasional. Bahkan untuk bernafas lega pun. Sebab banyak sekali pertanyaan yang berputar di pikirannya.

Tapi yang paling terpampang besar dalam otaknya adalah--

Kenapa hal itu bisa terjadi?

Dia pikir, [name] sejak itu sudah benar-benar berubah.

Dia pikir, [name] benar-benar tak lagi melakukan hal-hal kotor ini.

Dia pikir hari ini akan jadi hari kebahagiaannya saat melihat [name] juga tersenyum bahagia mendapat surat kelulusan tersebut.

Namun kenapa takdir begitu mudah menghempaskannya ke palung bumi terdalam?

Berapa kali pun Tsukishima mencoba menghubungi [name], nomor gadis itu selalu tak tersambung.

Tsukishima Kei merasa kecewa. Sangat kecewa. Namun entah kenapa dalam hatinya ia yakin sekali bahwa [name] tak melakukan ini tanpa alasan yang jelas atau dalam artian hanya memainkan kepercayaannya saja.

Atau seluruh kisah gadis itu dari awal dan klaim bahwa dirinya yang tidak mau jadi penjahat itu juga hanya akting belaka?

Sejak kapan ia dibohongi seperti ini?

Sejak kapan [name] itu melakukan hal seperti ini?

Di dalam kamarnya, Tsukishima Kei meremat rambut. Baru kali ini merasa sangat emosi dan ia tidak bisa mengendalikannya.

×××

Tsukishima Kei menatap buku kumpulan soalnya. Tulisan [full name] masih tercetak di sana. Sebelum punya sendiri, gadis itu meminjam bukunya dan Yamaguchi. Hasil dari coretannya terlukis di sana. Hasil dari kerja keras gadis itu juga.

Tapi tak disangka ternyata semua coretan ini tidak ada gunanya. Apa yang dilakukannya juga tak menghasilkan hasil yang sebenarnya, dan hasil yang gadis itu ucapkan.

Tsukishima yang selama ini mencoba menghentikan [name] untuk mencopet, apakah juga sia-sia pada akhirnya?

[Full name] kini sedang dalam pencarian polisi. Sependengar kabar lebih jelasnya, katanya penggerebekan dilakukan tepat malam hari sebelum hari kelulusan. Itu artinya garis polisi dipagi hari itu masih segar terlilit.

Tsukishima Kei tak habis pikir, bagaimana bisa [name] memberikan hal yang begitu tak disangka ini untuknya?

Dalam keadaan kecewa seperti ini, Tsukishima bisa saja membayangkan wajah [full name] yang melakukan ini sama halnya dengan raut ejekannya setiap hari. Mungkin gadis itu akan tersenyum mengejek, lalu memeletkan lidah karena sudah membuat Tsukishima kehilangan kata-kata.

Namun entah kenapa yang terbayang Tsukishima malah kalimat itu.

"...aku ada dalam keadaan seperti ini itu bukan karna kemauanku sendiri. Kalau bisa pun, aku tidak mau mencuri atau melakukan hal kotor lainnya."

Mengingatnya, lantas membuat Tsukishima mendengus. Apa kalimat itu sungguhan? Atau hanya skenarionya?

×××

Tsukishima Kei bersiap dengan kopernya. Di belakangnya terdapat Mama juga Kakaknya yang mau mengantarnya pergi ke stasiun.

"Kalau uangmu kurang, jangan sungkan meminta lagi, ya, Kei," ujar ibunda Tsukishima itu.

Anaknya yang diajak bicara hanya mengangguk kecil sambil menatap lurus.

Akiteru yang menatapi adiknya beringsut untuk berbisik, "pacarmu gak datang?" Tanyanya. Lagi-lagi hanya terabaikan adiknya itu.

Akiteru tentu merasa aneh. Sejak kelulusan, Tsukishima ini jadi lebih diam. Bahkan ketika Akiteru kadang menyeletuk menggoda adiknya dengan kejadian waktu lalu, Tsukishima hanya membiarkan ucapan itu diterpa angin.

Pikirnya, Tsukishima memang seperti ini jika menjalin hubungan dengan perempuan.

Namun ia tidak tau, bahwa ternyata Tsukishima akan pergi seraya menyimpan kekecewaan.

.

.

.

Walau kecewa, aku tetap percaya bahwa akan ada keajaiban sekali lagi.


Sesungguhnya aku berharap.
Benar-benar berharap.

inspired song by:
kana nishino - wishing

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro