june ╎ 20th.
"Copet! Jambret! Tolong! Tolong dia menjambret tasku!"
Derap keras mericuhkan pusat perbelanjaan. Seorang manusia dengan berpakaian serba hitam melarikan diri dengan brutal. Sebisa mungkin menghindari manusia lain maupun pajangan baju, namun karena dirinya sedang terdesak ia hempas jauh-jauh niatan seperti itu. Kini yang terpenting baginya adalah menyelamatkan diri.
Beberapa orang lain juga terlihat ada yang mengejar di belakang dengan jarak beberapa meter cukup jauh. Mereka agak tertinggal karena cara mereka berlari tidak sebrutal sang pencopet. Dan teriakan mereka untuk menangkap si copet pada manusia di depan juga tak didengar. Mungkin manusia lain yang hanya bisa menonton itu tak mau urus. Jaman sekarang rasa keempatian memang sudah mulai tipis.
Niatnya mau ambil eskalator turun. Tapi pintunya telah dihalangi orang-orang pengejar itu di seberang sana. Jadilah sang pencopet mengambil eskalator naik. Setidaknya mungkin bisa mengulur waktu.
Pencopet itu berlari menaiki eskalator. Begitu sampai di lantai atas, ia ambil koridor sepi. Namun betapa bodohnya ia tidak menyadari, kalau koridor sepi berarti tak ada jalan keluar juga baginya. Di ujung hanya terdapat toilet. Dan dua jalan lainnya hanya akan mengantarkannya ke eskalator utama tadi.
Buntu pemikiran. Pencopet itu ambil arah kamar mandi dengan asal. Ia masih dilanda panik. Bingung pula mau ambil toilet cewek atau cowok. Atau bahkan ia pilih saja dua jalur lainnya? Pencopet itu berjalan bolak-balik antara dua pintu toilet tersebut. Kala ia dengar sebuah bising-bising. Pencopet itu makin panik. Namun baru mau memasuki toilet wanita, dirinya terseret lebih dulu masuk ke dalam toilet laki-laki akhirnya.
Mulutnya terbekap. Pencopet itu memberontak, berusaha melepaskan diri. Namun dipepetkan tubuhnya ke tembok oleh orang yang membekapnya.
"!? Kam--"
"Ssst."
"Ke mana dia?! Apa mungkin ke toilet?"
"Coba periksa toilet. Kami akan kembali menelusuri jalan tadi."
"Baiklah."
Tanpa diberi kesempatan berbicara. Pencopet itu langsung diseret lagi. Kini masuk ke dalam salah satu bilik. Walau heran, pencopet itu tak sempat bertanya atau bahkan membuka suara karena mereka mungkin akan ketahuan.
Setelah mengunci bilik, pencopet yang memakai masker hitam dan hoodie hitam itu membelalakan matanya kala merasa tubuhnya terangkat. Ia agak meronta tanpa suara kini. Sebelum akhirnya membatu.
Brak!
"Keluar! Kau tidak bisa melarikan diri lagi! Kita selesaikan tanpa kekerasan."
Empat orang laki-laki masuk ke dalam toilet dengan mengendap-endap. Satu dari mereka memeriksa bilik yang tidak ada penghuninya lalu mengintrogasi bilik yang tertutup.
Tok! Tok!
"Maaf apa kau lihat orang pakai baju serba hitam, memakai hoodie, dan masker?" Seorang lain di antara keempatnya merunduk. Agak mengintip ke bawah di mana kaki orang yang di dalam terlihat sedikit.
"Um, tidak. Sebentar-sebentar. Sebentar lagi aku akan selesai."
Orang yang meintrogasi itu berpindah bilik. Mereka hapal sepatu si pencopet. Hanya sepatu tali hitam putih lusuh.
Tok! Tok!
"Permisi?"
Orang itu merunduk lagi. Namun merasa aneh karena tak ada pasang kaki di bawah sana, laki-laki itu mengirim sinyal. "Halo ada orang?"
"Jawab atau dobrak?"
"J-jangan! Jangan didobrak!"
Merasa responnya ganjal dan tidak seharusnya. Salah satu di antara empat laki-laki itu memberi kode lewat mata. Yang berdiri di baris depan siap mendobrak.
Brak!
"W-wuah!"
Mereka sama-sama kaget. Bukan pencopet serba hitam yang ditemuinya. Bukan sepatu hitam putih lusuh juga yang ada di sana. Tapi hanya seorang pria, sedang berjongkok di closet duduk.
"A-aku gak biasa pakai closet duduk..."
Selepas meminta maaf. Keempat pria yang melihat kejadian itu langsung menutup kembali pintu.
Kini tinggal satu bilik berpenghuni. Tak seperti yang lainnya. Mereka kini intipi dulu ke celah bawah pintu.
Hanya satu pasang kaki dengan celana jeans biru dan sepatu tali berwara biru tua.
Tok! Tok!
"Maaf, apa anda lihat orang serba hitam ketika masuk ke sini?"
Keempat pria di luar itu mendengar desahan samar, sebelum suara berat menyahut, "ugh... gak-ngh..."
Memahami dari nada tertahan yang di keluarkan penghuni bilik. Salah satu di antara keempat pria itu langsung menutup hidung. "Baiklah. Maaf mengganggu aktifitas alam anda."
Empat pria itu langsung saling pandang.
"Mungkin dia masuk ke toilet wanita?"
"Terus siapa yang bisa masuk toilet wanita di antara kita berempat, hah?"
"Emang kalo dari perawakannya, pencopet itu tubuhnya kecil seperti perempuan... Jadi bisa aja dia masuk toilet wanita."
"Aku tanya memang kamu mau masuk toilet cewek dan di cap cabul?"
"Kalo emang kayak gitu, dia pasti udah kabur selagi kita masuk ke sini..."
Dengan begitu suara bising-bising itu mengecil. Lalu menjadi senyap saat pintu toilet tertutup.
Salah satu penghuni bilik di sana menghembuskan nafas.
Tapi Tsukishima Kei malah menahan nafasnya. Dia berbisik, "bisa gak sih kamu gak nafas di leher aku? Sengaja banget ya?"
Orang yang di pangkuannya menyahut pelan, "terus aku harus tahan nafas gitu? Di depan aku cuman ada leher kamu!"
Tsukishima menggeram. Bukan hanya embusan nafas hangat sang gadis. Tapi juga suara berbisik cewek itu berhasil memenuhi ruang di telinganya karena jarak mereka memang sangat dekat.
Ya iya.
[Full name], sang pencopet yang sedang dikejar-kejar itu kini sedang duduk nyaman berpelukan di pangkuan Tsukishima Kei yang duduk di atas closet. Kedua kaki cewek itu terangkat, melingkar di pinggang cowok yang memangkunya agar tak terlihat dari celah bawah pintu.
Berbeda dengan Tsukishima yang berhadapan dengan pucuk kepala sang gadis. [Name] berhadapan dengan bahu dan leher Tsukishima.
Tadi aja cewek itu menenggelamkan kepalanya ke leher cowok jangkung tersebut saat Tsukishima sedang ditanyai. Makanya cowok itu agak kelepasan mendesah, walau jadi terdengar sedang seperti buang air besar.
"Udah, udah pergi tuh. Cepat turun," bisik Tsukishima yang sudah tidak tahan dengan posisi mereka.
"Sebentar... Entar mereka masih mengawasi gimana?" sahut [name] sambil merunduk-runduk mengintipi dari bawah pintu.
"Bilang aja kamu keenakan di posisi ini," ejek Tsukishima. Mengeratkan pelukannya pada pinggang [name] agar tak terjatuh karena gadis itu sedang bergerak-gerak.
'Tapi ya tuhan. Setan banget cewek ini. Duduk di pangkuan cowok sambil gerak-gerak...' batin Tsukishima.
.
.
.
↓continue↓
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro