Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

april ╎ 1st.

Atensi Tsukishima Kei bergulir. Mencari serangkaian namanya dalam ribuan barisan yang tersusun rapi di atas kertas putih. Tidak keseluruhan kertas ia telusuri. Tsukishima hanya harus mencari namanya dalam kolom kelas akhir. Karena itulah jenjang yang akan ia tempati sekarang.

"Eh, Tsukki, kita pisah kelas sekarang," celetuk sebuah suara. Dengan perawakan yang masih ikut juga memandangi list pembagian kelas di hadapannya. Setelah meyakini dirinya betul-betul bahwa nama temannya itu tidak tertera dalam kelas yang sama dengannya, pemuda yang agak lebih pendek dari si helai pirang itu menoleh. Beraut kecewa. "Tsukki kau di kelas mana?"

Tsukishima tidak langsung menjawab. Maniknya masih bergulir walau namanya kini telah ditemukan.

"Aku di 3-3," jawab pemuda jangkung itu kemudian. "Untunglah tidak satu kelas dengan dua bodoh itu," tambahnya. Menyebut kedua kenalannya yang tadi ia temui namanya berada dalam kelas 3-2.

Yamaguchi Tadashi, pemuda yang sedari tadi berdiri di samping Tsukishima itu masih beraut agak kecewa. Tak menyangka setelah dua tahun selalu bersama kini mereka terpisah. Walau di kelasnya ada Hitoka Yachi, namun tanpa hadirnya Tsukishima itu pasti akan terasa kurang.

Telah menemukan apa yang ia cari, Tsukishima pun bergerak dari keadaan statisnya. Untuk apalagi kalau bukan menuju kelas barunya sekarang?

"Aku duluan," pamitnya pada Yamaguchi. Tapi alih-alih berpisah, Yamaguchi itu malah tetap mengekori. Ya iya sih, tujuan mereka hampir sama; lantai tiga.

Berpisah sungguhan pada akhirnya saat mereka telah sampai lantai tiga, Tsukishima langsung saja memasuki kelas barunya itu. Kalau ia boleh jujur, perasaan 'kurang' itu ada pada dirinya juga kini. Ya gimana, sedari sekolah dasar selalu diintili Yamaguchi dan kini berpisah? Walau ia tak tampak sama sekali peduli.

Tsukishima ambil kursi baris belakang. Pemuda itu tampak sadar diri dengan tingginya yang mungkin saja menghalangi orang lain kala sedang menulis.

Satu perempuan masuk dengan mengenakan masker hitam. Langsung berjalan cuek mendekati kursi baris jendela. Niatnya mau ambil kursi paling belakang, namun baru disadarinya kursi itu sudah berpenghuni. Kursi depannya lah yang sedang kosong. Akhirnya gadis itu menghentikan langkah di depan kursi kosong tersebut. Berdiri menghadap pemuda yang menempati kursi belakang.

"Oi, mau tukar tempat gak?"

Lawan yang diajak berbicara masih statis merunduk; memainkan sesuatu di tangannya yang kalau tidak salah adalah kotak music-player.

"Oi,"

"Heh, Cowok,"

"Oi, mata empat!"

Tsukishima Kei baru menegap. Langsung ditatapnya tanpa ekspresi perempuan yang masih belum menurunkan maskernya di hadapan.

"Tuli, ya?" Tanya perempuan itu, seraya menurunkan masker ke dagunya kini. Terheran saja ia, padahal headphone masih menggantung di leher dan belum terpasang oleh pemuda itu. Tapi sudah tuli duluan.

"Makanya manggilnya yang benar," Tsukishima menyahut langsung. Kembali ia turunkan atensi pada kotak music-player-nya; berlaku cuek.

Sang gadis mencelos. Tak menyangka pemuda tersebut memperlakukannya seperti ini.

Merasa sebal, perempuan itu melengos. Langsung memilih untuk duduk saja ia di kursi kosong di depannya. Jadi merasa malas berurusan dengan cowok di belakangnya daripada harus menerima dengan lapang kursi baris kedua dari belakang ini.

Tsukishima masih bersikap cuek. Telah selesai mengotak-atik music-player, ia pasang headphone-nya kemudian seraya menunggu bel masuk. Kepalanya menegap. Mau tak mau gadis tak sopan tadi jadi pemandangan pertamanya kala menegap, mengingat gadis itu duduk di hadapannya.

Sambil mendengarkan alunan musik dari headphone-nya, manik Tsukishima menatap asal sosok di hadapannya tersebut. Gadis itu tengah melepaskan tali masker yang tersangkut di telinganya.

Detik berikutnya Tsukishima baru tersadar.

Langsung saja ia ingat-ingat.

Rasa familiar apakah yang sudah tergali kala melihat perempuan di hadapannya tadi menurunkan masker hitamnya?

.

.

.

↓continue↓

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro