Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Februari : Day 14

Iori hendak berangkat ke sekolah ketika netra hitam keabuan miliknya melihat Mitsuki yang tengah sibuk membungkus beberapa potong coklat dan memasukkannya ke dalam sebuah wadah kecil.

"Nii-san sedang apa? Tidak kuliah?" tanya Iori seraya menghampiri sang Kakak yang masih anteng dengan kegiatannya di meja makan.

"Aku masuk siang." jawab Mitsuki tanpa menoleh pada adiknya.

"Coklat sebanyak ini untuk apa? Apa Nii-san berjualan di kampus?"

"Sebagian untuk teman-temanku. Dan sebagian lagi memang untuk dijual. Kalau kau mau, ambil saja."

Iori menggeleng, "Aku tidak suka yang manis-manis."

"Kalau yang manis itu Rika, suka?"

Iori langsung memerah, "A-apa?"

Mitsuki tertawa melihat respon Iori yang menurutnya sangat menggemaskan. "Ini kan hari valentine."

"L-lalu?"

"Yah, siapa tau kau mau menyatakan perasaanmu pada teman merahmu itu."

"H-hubungan kami t-tidak seperti itu. K-kami hanya teman." jawab Iori gugup. Entah sudah semerah apa wajahnya saat ini.

"Lebih dari teman juga tidak apa-apa kok." Mitsuki semakin gencar menggoda Adiknya itu. Entahlah, ia hanya merasa menggoda Iori yang tsundere sangatlah menyenangkan.

"S-sudahlah. Aku berangkat sekolah dulu." Iori segera berbalik dan mulai berjalan menuju pintu utama. Namun baru beberapa langkah, Mitsuki memanggil namanya yang membuat Iori mau tidak mau menoleh pada Kakaknya itu.

"Apa?" tanya Iori pada Mitsuki yang kini tengah berjalan menghampirinya.

"Nih, ambil."

Sejenak Iori melirik beberapa coklat yang sudah terbungkus rapi di tangan Mitsuki sebelum beralih pada wajah sang Kakak. "Untuk apa?"

"Tentu saja untukmu." Mitsuki meraih tangan Iori dan saat itu juga coklat tersebut sudah berpindah tangan. "Berikan pada teman-temanmu. Valentine bukan hanya untuk merayakan romansa, tapi juga merupakan cara yang baik untuk menunjukkan kepada teman betapa kau menghargai mereka."

Iori menatap coklat di tangannya beberapa saat, lalu laki-laki itu menoleh pada sang Kakak dengan senyum yang kini terlukis di bibirnya, "Terimakasih, Nii-san."

.
.
.

Untuk kesekian kalinya, Iori melirik jam dinding kelas yang entah kenapa jarum panjangnya sangat lama sampai ke angka tiga. Lima menit lagi. Ya, lima menit lagi pelajaran akan segera berakhir. Lima menit lagi kelas bubar dan ia bisa segera pulang. Teman-teman sekelasnya yang lain juga terlihat merasakan hal yang sama dengan Iori. Mereka semua ingin segera pulang. Mungkin mereka semua ingin segera merayakan hari kasih sayang bersama dengan orang-orang yang mereka sayangi.

"Iorin dapet banyak coklat dari junior ya?" bisik Tamaki memecahkan lamunan Iori di lima menit terakhir.

"Ya." Iori mengangguk santai.

"Wah, Iorin banyak fans nya juga ternyata."

"Aku gak peduli. Kalau kau mau, kau boleh mengambil semua coklat itu." ucap Iori cuek. Dia bahkan tidak menoleh pada Tamaki dan hanya sibuk mencoret-coret buku tulisnya.

KRRRIIINGGG!!!!!

Sorak-sorai seluruh teman-teman sekelas Iori terdengar lebih keras dari bel barusan. Yama-sensei menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah mereka. Guru berkacamata itu pun membereskan buku-bukunya dan melangkah keluar dari kelas. Sebagian dari murid menyusulnya, sebagian lagi tinggal di kelas.

Iori segera membereskan buku-bukunya dan memasukkan semua barang ke dalam tas sekolah.

"Kita jadi jenguk Rika di rumah sakit, kan?" tanya Souko pada kedua temannya.

Iori dan Tamaki mengangguk. Sudah beberapa hari ini Rika memang tidak masuk sekolah karena keadaan gadis itu sedikit memburuk hingga akhirnya Rika harus dirawat di rumah sakit.

Coklat untuk Rika juga masih ada di tangan Iori. Sedangkan sisanya sudah ia berikan pada Tamaki dan Souko ketika ia tiba di sekolah tadi pagi.

Setelah selesai memberekan barang-barangnya, mereka pun segera melangkah keluar kelas dan berangkat menuju rumah sakit.

*******

Seorang gadis menatap jauh ke jendela rumah sakit. Tidak ada yang dilakukannya beberapa hari ini selain tiduran, berdiam diri, istirahat, makan dan minum obat.

Bosan sekali rasanya menahan sakit yang ada, tidak ada teman berbicara, kerjaannya hanya tidur, minum obat dan makan. Sekarang masih jam setengah 2 siang. Mungkin teman-temannya di sekolah masih menunggu waktu untuk pulang.

Sudah seminggu di rumah sakit, namun Rika belum boleh pulang. Teman-temannya memang sering datang menjenguk. Begitupula Kakak dan Ayah tirinya. Tapi tetap saja, berada di rumah sakit tidak ada enak-enaknya sama sekali. Yang ada hidung Rika sakit karena menghirup bau obat-obatan setiap hari.

Menghela napas untuk kesekian kalinya, Rika akhirnya memilih tidur untuk mengusir rasa jenuh yang ia rasakan.

.
.

Setelah kurang lebih dua jam tertidur, Rika mendengar kicauan-kicauan yang berisik. Kicau-kicauan itu bukanlah kicauan burung, melainkan kicauan teman-temannya. Gadis itu membuka mata secara perlahan, melihat ke kanan dan ke kiri. Ternyata benar, di sana ada Souko, Iori dan Tamaki yang entah sedang membicarakan apa.

"Minna..."

Ketiga manusia itu menoleh dan mendapati Rika sudah bangun dan kini tengah mencoba untuk mendudukkan dirinya.

"Kami membangunkanmu, ya? Maaf, Rika." ucap Souko seraya berjalan menuju ranjang Rika diikuti Iori dan Tamaki di belakangnya.

Rika menggeleng dan tersenyum, "Tidak. Aku memang sudah tidur terlalu lama. Kapan kalian datang?"

"Sekitar 30 menit yang lalu." jawab Souko.

"Ri-chan, kenapa kau betah sekali di rumah sakit sih?" tanya Tamaki. Souko dan Iori hanya bisa memutar matanya malas. Pertanyaan macam apa itu?

"Tidak ada orang yang betah di rumah sakit, Tamaki." jawab Rika seraya tersenyum kecil.

"Kalau begitu, ayo pulang. Sekolah sepi tanpamu, Ri-chan."

"Lebay sekali kau." Souko mencibir, "Bilang saja kau jadi tidak ada teman bertengkar, Tamaki-kun."

Tamaki hanya bisa cengengesan, "Kok Sou-chan tau sih? Jangan-jangan Sou-chan sering merhatiin aku ya?"

"Dih, Ge'er."

Iori menghela napas melihat Souko dan Tamaki yang kini sibuk berdebat. Pemuda berambut hitam itu memilih untuk berjalan lebih dekat ke arah ranjang Rika.

"Bagaimana keadaanmu?"

Rika menoleh pada Iori sebelum menjawab, "Sudah lebih baik. Tapi Dokter belum memperbolehkanku untuk pulang."

"Souka..." Iori mengangguk mengerti. Sejenak pemuda itu terdiam untuk berpikir. Apakah ia harus memberikan coklat itu sekarang? Tapi ...

"Rika, aku keluar dulu ya? Ayahku menelpon." Souko tiba-tiba berkata seraya menunjukkan layar ponselnya. Di sana memang tertera adanya sebuah panggilan dari Ayah gadis bermata violet itu.

Setelah mendapat anggukan dari Rika, Souko segera berjalan menuju pintu keluar.

"Ah, aku juga mau beli minum dulu. Haus." Tamaki langsung melesat keluar tanpa menunggu jawaban kedua temannya yang hanya bisa melongo menatap kepergian pemuda jangkung itu.

Kini hanya tersisa mereka berdua di dalam ruangan. Iori merasa, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan coklat itu pada Rika.

Pemuda itu berdehem sejenak sebelum merogoh sesuatu di dalam ransel miliknya.

"Ini." tangan Iori terulur menyerahkan sekotak kecil coklat yang dihiasi pita berwarna merah.

"Ini ... apa?" tanya Rika bingung. Tangannya terangkat untuk menerima kotak tersebut.

"I-itu coklat. Kakakku yang membuatnya. Tamaki dan Souko sudah menerima jatah mereka. Dan itu untukmu." jawab Iori gugup seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Rika menatap coklat itu lama. Gadis itu baru ingat jika sekarang adalah tanggal 14 Februari yang berarti hari ini adalah hari valentine.

Ah, ini adalah coklat pertama yang ia dapat di tahun ini. Biasanya Tenn yang pertama memberinya coklat disusul oleh Souko selaku sahabat baik Rika.

"Terimakasih, Iori." ucap Rika tulus. Bibirnya melengkungkan sebuah senyum yang entah kenapa membuat jantung Iori kembali berdetak sedikit lebih cepat.

"Y-ya. Sama-sama."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro